Goenawan Mohamad Terima Tanda Kehormatan Official Cross of the Order of “Isabel la Catolica” oleh Kerajaan Spanyol

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025 | 18:00 WIB

 

Jakarta, 18 Maret 2025 – Atas kontribusi Goenawan Mohamad dalam dunia sastra, seni, dan jurnalistik, Raja Spanyol H.M. King Felipe VI melalui Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Francisco Aguilera Aranda menganugerahi Goenawan Mohamad Official Cross of the Order of “Isabel la Catolica” pada Selasa (18/03) di kediaman Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Jakarta.

Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi luar biasa Goenawan Mohamad dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi, keadilan sosial, serta kontribusinya dalam mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Spanyol.

Ketertarikan Goenawan Mohamad terhadap sastra global salah satunya sastra Spanyol, menjadi salah satu alasan Ia dianugerahi penghargaan ini. Sosok Goenawan Mohamad digambarkan persis seperti sosok Don Quijote dalam karya Miguel de Cervantes yang selalu mengangkat tema akan keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan.

“Tema universal seperti keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan—yang begitu kuat diwujudkan dalam sosok Don Quijote—tercermin dalam karyanya. Sebagaimana ksatria pengembara ciptaan Cervantes yang menentang norma-norma kaku pada zamannya, Goenawan secara konsisten menggunakan suaranya untuk mempertanyakan kekuasaan dan memperjuangkan kebenaran.” ujar Fransisco dalam pidato pembukaan di kediamannya.

Jembatan budaya antara Spanyol dan Indonesia tercermin dalam pertunjukan teater boneka yang ditulis oleh Goenawan Mohamad yang berjudul Den Kisot. Pentas boneka  ini  pertama kali dipentaskan pada 2019 di Salihara Arts Center, dan disutradarai oleh Endo Suanda.. Setelahnya, pementasan ini mulai dipentaskan di berbagai tempat antara lain Bandung, Solo, Yogyakarta, Ternate, dan Tidore. Perjalanan karya Den Kisot ke berbagai daerah ini merupakan bentuk kolaborasi antara Komunitas Salihara dengan Kedutaan Besar Spanyol.

“Kisah Don Quijote telah menginspirasi saya sejak kecil. Saya merasa terhormat dapat mementaskan pertunjukan wayang yang mengadaptasi dari kisah tersebut. Prosesnya cukup berat namun menyenangkan, saya begitu senang dan bangga. Bagi saya pribadi, pementasan (Den Kisot) ini merupakan sebuah pencapaian budaya bagi saya. Di mana karya ini dipentaskan dalam format wayang golek ala Sunda dari cerita Don Quijote de La Mancha.” Ujar Goenawan Mohamad saat pidato penyerahan medali Order of “Isabel la Catolica”.

Seusai pemberian medali acara ini ditutup dengan dua rangkaian pertunjukan, yang pertama adalah pembacaan puisi berjudul Epilog dari kumpulan puisi Don Quixote (2024) karya Goenawan Mohamad oleh Rebecca Kezia. Rangkaian penghargaan ini ditutup dengan pertunjukan musik oleh DeKa yang juga menjadi pengiring dalam pentas boneka Den Kisot dan membawakan lagu-lagu dalam pertunjukan tersebut. 

 

Pidato Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Francisco Aguilera Aranda:

Text diterjemahkan ke bahasa Indonesia. 

Hari ini, kita berkumpul untuk memberikan penghormatan kepada seorang ikon sastra dan jurnalistik Indonesia, Goenawan Mohamad. Kariernya yang ditandai dengan komitmen teguh terhadap kebebasan berekspresi dan keadilan sosial menjadikannya penerima yang layak dari Order of “Isabel la Católica”, sebuah penghargaan yang tidak hanya mengakui pencapaiannya secara individu, tetapi juga dampak besar terhadap masyarakat serta kontribusinya dalam memperkuat hubungan budaya antara Indonesia dan Spanyol.

Goenawan Mohamad lahir pada 29 Juli 1941 di Batang, Indonesia. Sejak usia muda, kecintaannya terhadap sastra telah membawanya pada karier yang kaya, termasuk penerbitan berbagai kumpulan puisi seperti Parikesit (1971) dan Asmaradana (1992), serta esai-esai yang menantang norma dan membuka dialog kritis tentang budaya serta politik Indonesia.

Lebih dari itu, ia juga mendalami tradisi sastra global, termasuk sastra Spanyol. Tema universal seperti keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan—yang begitu kuat diwujudkan dalam sosok Don Quijote—tercermin dalam karyanya. Sebagaimana ksatria pengembara ciptaan Cervantes yang menentang norma-norma kaku pada zamannya, Goenawan secara konsisten menggunakan suaranya untuk mempertanyakan kekuasaan dan memperjuangkan kebenaran.

Kecintaannya terhadap sastra tidak terbatas pada karyanya sendiri. Sebagai penerjemah dan kritikus, ia telah memperkenalkan para pembaca Indonesia kepada para sastrawan dunia, sebagaimana Spanyol telah menjadi jembatan antarbudaya sepanjang sejarah. Ia memiliki rasa ingin tahu intelektual yang sama dengan para penulis besar Zaman Keemasan Spanyol—Quevedo, Calderón, dan terutama Cervantes.

Salah satu pencapaian paling signifikan dari Goenawan adalah pendirian majalah Tempo, di mana ia menjabat sebagai pemimpin redaksi selama lebih dari dua dekade. Melalui platform ini, ia menjadi pembela gigih jurnalisme independen, menggunakan kata-katanya untuk mengungkap ketidakadilan dan mempromosikan hak asasi manusia. Kolom mingguannya, Catatan Pinggir, menjadi mercusuar pemikiran kritis, memberikan analisis tajam terhadap isu-isu sosial dan politik—mirip dengan esai intelektual ternama Spanyol seperti Ortega y Gasset ketika mendirikan La Revista de Occidente pada tahun 1920-an. Suaranya, seperti para penulis kronik terdahulu, telah membentuk wacana publik dan membimbing generasi pemikir serta penulis.

Goenawan bukan hanya seorang penyair dan jurnalis; ia adalah pemikir yang pengaruhnya melampaui batas tulisan. Esai-esainya, seperti Seks, Sastra, dan Kita (1980) serta Kesusastraan dan Kekuasaan (1993), mengeksplorasi hubungan antara sastra dan kekuasaan, mendorong para penulis untuk merenungkan peran mereka dalam membentuk masyarakat. Pendekatan humanistiknya serta kemampuannya untuk menghubungkan diri dengan perjuangan sehari-hari mengingatkan kita pada pemikiran sastra dan filsafat Spanyol, mulai dari refleksi eksistensial Miguel de Unamuno hingga kritik sosial Federico García Lorca.

Kontribusinya terhadap sastra kontemporer Indonesia tidak terbantahkan. Ia telah menginspirasi para penulis muda untuk menemukan suara mereka sendiri dan mengangkat tema-tema kompleks dengan keberanian. Seperti yang dikatakan Ayu Utami dengan begitu indah, “Melalui karya-karya Goenawan Mohamad, kita belajar bagaimana berinteraksi dengan filsafat global dan mengasah kepekaan estetika kita.”

Kemampuan untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan kreatif inilah yang menjadikan warisannya begitu berharga, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia, termasuk di Spanyol, di mana kebebasan intelektual dan ekspresi seni telah lama menjadi nilai yang dijunjung tinggi.

Sepanjang kariernya yang cemerlang, Goenawan telah menerima berbagai penghargaan yang mengakui kiprahnya dalam jurnalisme dan sastra, termasuk International Press Freedom Award yang bergengsi dari Committee to Protect Journalists pada tahun 1998. 

Penghargaan-penghargaan ini menjadi bukti dedikasinya yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran, keadilan, dan kebebasan—prinsip-prinsip yang menjadi dasar tradisi demokrasi baik di Indonesia maupun Spanyol.

Dengan menganugerahkan Order of “Isabel la Católica” kepada Goenawan Mohamad, kita merayakan perannya sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan Spanyol. Karyanya mencerminkan semangat Don Quijote dari Cervantes—sebuah pengejaran ideal yang tak kenal lelah, perlawanan terhadap penindasan, dan keyakinan pada kekuatan transformatif kata-kata. Tulisan-tulisannya mengingatkan kita bahwa sastra dan jurnalisme bukan sekadar alat pencatat sejarah, tetapi juga kekuatan yang mampu membentuk masyarakat dan menginspirasi perubahan.

Selamat kepada Goenawan Mohamad atas penghargaan yang sangat layak ini. Semoga warisannya terus menginspirasi mereka yang percaya pada kekuatan abadi sastra dan pencarian kebenaran yang tak pernah surut, sebagaimana Spanyol dan Indonesia terus memperdalam pertukaran budaya dan intelektual mereka untuk generasi mendatang.

 

___________________________________________________________________ 

 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter