Setelah enam tahun, Lucy Guerin Inc. —kelompok tari kontemporer asal Australia—kembali menginjakkan kakinya di panggung Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) 2024. Kali ini Lucy Guerin bersama dengan dua penarinya Amber McCartney dan Geoffrey Watson membawakan karya terbarunya One Single Action.
One Single Action merupakan karya Lucy Guerin Inc. yang pertama kali dibawakan pada Juli 2024 dalam Festival Rising Melbourne, Australia. Karya ini dimulai oleh dua penari yang bekerja sama dalam irama yang sinkron mencapai satu tujuan; menghancurkan bola kaca yang tergantung.
Adegan awal memperlihatkan penari wanita yang menggunakan palu memukul-mukul lantai diikuti penari pria. Keduanya begitu menyatu dalam irama gerak yang senada pula dengan scoring yang diputar. Bagaimana bisa? Berapa lama latihan yang dilakukan? Kira-kira seperti itulah reaksi yang terlintas saat melihat gerakan sinkron mereka yang tidak hanya seirama antar pemain namun juga dengan musik latarnya.
Gerakan repetitif yang dilakukan Amber dan Geoffrey dalam mencapai tujuan mereka mengunci fokus penonton, dari ujung atas kiri panggung bergerak diagonal ke kanan depan panggung dengan palu mereka. Setiap kali sampai di dekat bola kaca dan hendak memecahkan bola tersebut dengan palu, keduanya selalu gagal dan kembali lagi ke titik awal atau terkadang dimulai dari tengah panggung.
Greget! Begitu emosi yang terlintas setiap kali mereka mengurungkan niatnya memecahkan bola kaca. Hal yang mudah dilakukan di mata penonton namun begitu sulit diwujudkan, mau berapa lama mereka melakukannya? Namun di lain sisi, saya pun mendambakan gerakan-gerakan menarik lain yang mereka bawakan dengan multi-interpretasi yang disajikan dalam koreografi ini.
Dalam catatan karya yang ditampilkan di laman web mereka, One Single Action merupakan kisah dua orang yang berkonspirasi untuk membuat perubahan bersama. Namun, ketika mereka berhasil dalam misi mereka, intensitas tindakan mereka menciptakan ketegangan dan ketidakpercayaan sehingga mereka terpecah belah tidak bisa didamaikan.
Membaca catatan tersebut ada rasa penasaran apa yang akan terjadi saat kaca itu pecah? Gerakan nan harmonis terus berulang hingga PRANG! Bola kaca–yang seperti bulan tersebut–akhirnya pecah, ada rasa lega yang akhirnya terbayarkan. Koreo memasuki babak kedua, penari laki-laki menata kembali apa yang sudah pecah tersebut dan menyusunnya ke dalam garis linier. Penari wanita; mengenakan jas hujan berbahan plastik tebal–dibantu oleh penari laki-laki– melengkapi dirinya dengan mikrofon di badan.
Penari wanita tersebut dari ujung pecahan kaca yang telah disusun berguling; menciptakan suara ASMR renyah yang muncul dari gesekan kaca dan jas hujan plastik yang ia kenakan. Dari sini hingga akhir suasana menjadi berubah menjadi intens. Kedua penari seolah berkonflik, nuansa dari permainan lampu pun berubah, bukankah mereka tadi bekerja sama dalam memecahkan kaca? Konflik berakhir dengan kematian penari pria di panggung yang disebabkan oleh penari wanita. Ia lantas mengenakan atribut lain, yakni topeng berbentuk anjing dan menjelma menjadi binatang buas.
Ketegangan dan ketidakpercayaan yang tertulis dalam teks web Lucy Guerin Inc. seolah memberikan interpretasi pribadi: apakah sifat ‘binatang’ dalam diri akan muncul saat keteraturan (yang direpresentasikan oleh bola berbentuk bulan) bisa timbul saat hal tersebut hancur? Tanpa aturan manusia berlaku bagai binatang hingga mencelakai manusia lain–bahkan sebelumnya mereka baik-baik saja–apakah sebenarnya perubahan itu tidak diperlukan?
Drama yang ditampilkan di atas panggung memberikan interpretasi yang luas bagi penonton terlebih saat memahami bahwa isu besar dalam pertunjukan ini mengangkat kompleksitas mengenai teknologi dan lingkungan sehingga kita juga bisa ikut berkontemplasi melalui alur yang diberikan. Namun demikian, dari makna yang hendak dicari dalam pertunjukan ini, One Single Action merupakan kemasan yang begitu menyenangkan. Permainan cahaya, sinkronitas dalam gerak dan suara, semuanya menyatu dalam harmoni yang memuaskan.
Lucy Guerin dan kedua penarinya tepat membawakan koreografi ini di Teater Salihara yang menjadikan pertunjukan ini begitu intim, eksperimental, dan berkesan.