Komunitas Salihara kembali menyelenggarakan lokakarya Peta Sastra Kebangsaan, pada 27-28 April 2024. Lokakarya ini pertama kali diselenggarakan pada 2017. Program ini bertujuan untuk mempermudah pengajaran dan pengenalan sastra Indonesia bagi pelajar maupun masyarakat awam. Pada Peta Sastra Kebangsaan 2024, lokakarya akan melibatkan 12 guru SMA terpilih dari Indonesia, di antaranya Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Metode Peta Sastra Kebangsaan memperkenalkan garis besar sastra Indonesia dengan kata kunci yang dianggap relevan bagi pelajar. Tujuannya adalah agar pelajar merasa terlibat dengan materi yang dipelajari. Ini bukan peta geografis, melainkan peta logis-naratif (mind map). Sebagai metode, Peta Sastra Kebangsaan bisa dipresentasikan secara fleksibel. Yang telah Komunitas Salihara perkenalkan adalah peta sastra dengan sebelas kata kunci yang berhubungan dengan pertumbuhan mental seorang remaja menjadi dewasa, sebagaimana bertumbuhnya bangsa Indonesia. Pada sesi lokakarya Peta Sastra Kebangsaan, pilihan kata kunci ini bisa disesuaikan dan dikembangkan sesuai konteks.
Dua belas peserta terpilih adalah Apip Kurniadin (Jawa Barat), Arsi Juwandi (Nusa Tenggara Timur), Ayu Kurniasih (Sumatera Barat), Christi Walangitan (Sulawesi Utara), Edi Purwanto (Lampung), Frederika Giay (Papua), Galih Mulyadi (Lombok), Restituta Devi (Yogyakarta), Rhendi Sepriany (Kalimantan Tengah), Titan Sadewo (Sumatera Utara), Walidha Tanjung Files (Jawa Timur), dan Wulan Dewi Saraswati (Bali). Lokakarya Peta Sastra Kebangsaan menghadirkan fasilitator, yaitu Debra Yatim, Ibrahim Soetomo, Sri Astuti, dan Stebby Julionatan. Serta menghadirkan pemateri Ayu Utami, Nirwan Dewanto, dan Zen Hae.
Pengenalan dan pencarian kata kunci Peta Sastra
Sesi pertama lokakarya pada 27 April 2024, adalah mengajak 12 peserta ke Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin untuk melakukan tur, melihat praktik digitalisasi arsip, dan enkapsulasi karya sastra. Para peserta dengan dipandu oleh staf PDS H.B. Jassin, diajak melihat koleksi-koleksi arsip sastra yang tersimpan di sana. Peserta juga diperlihatkan bagaimana proses perawatan arsip-arsip dengan kondisi kertas yang sudah tua. Setelah peserta mengalami langsung dan melihat bagaimana penanganan arsip sastra dari penulis-penulis Indonesia, sesi selanjutnya bertempat di Ruang Berkarya, lantai 6 PDS H.B. Jassin, masuk pada pengenalan tiap peserta dan fasilitator serta pengenalan metode Peta Sastra oleh Ayu Utami, Kurator Sastra dan Direktur Literature and Ideas Festival (LIFEs) di Komunitas Salihara serta Direktur Program Teater Utan Kayu. Dalam pengenalan metode Peta Sastra, Ayu Utami membahas tentang menentukan Peta Sastra melalui penelusuran tema menjadi kata kunci tertentu yang kemudian terkait dengan tokoh-tokoh sastra yang ada. Metode ini adalah tawaran baru dan lebih relevan selain menggunakan metode periodisasi yang lebih terikat pada suatu masa. Peserta juga bisa menanggapi tentang video 11+1 Peta Sastra Indonesia yang sebelumnya telah dikerjakan dan dapat disaksikan melalui Youtube Komunitas Salihara.
Setelah sesi pertama di PDS H.B. Jassin usai, para peserta menuju ke Komunitas Salihara untuk masuk pada Sesi Berbagi. Peserta pada sesi ini memiliki kesempatan untuk berbagi masalah dan tantangan pengajaran sastra yang dialami guru. Sesi ini juga dilanjutkan dengan presentasi Ayu Utami yang mengurai satu-persatu tema 11+1 Peta Sastra Indonesia dan dilanjutkan dengan tanya-jawab dari para peserta. Sesi ketiga di hari pertama ini dilanjutkan dengan Sesi Berbagi bersama Nirwan Dewanto, sastrawan yang telah menerbitkan beberapa buku antara lain, Buli-Buli Lima Kaki dan Dua Marga (keduanya puisi); Satu Setengah Mata-Mata dan Kaki Kata (keduanya esai); Buku Merah dan Buku Jingga (keduanya fiksi). Nirwan Dewanto berbagi pengalamannya dari pertama kali mengenal sastra hingga kemudian menjadi seorang sastrawan. Ketika memasuki sesi tanya-jawab dengan para peserta, dibahas juga isu tentang AI dalam penciptaan karya sastra yang kemudian ditanggapi oleh Nirwan Dewanto. Setelah sesi bersama Nirwan Dewanto, peserta masuk pada sesi keempat untuk pengembangan peta sastra menggunakan model baru atau yang sudah dikembangkan Salihara. Pengembangan ini mempertimbangkan ketersediaan materi, waktu, dan taraf pengetahuan murid dengan capaian menetapkan kata kunci dan susunannya dan mempertanggungjawabkan logika susunan tersebut. Dipandu oleh Ayu Utami, peserta berdiskusi dengan kelompok yang sudah ditentukan oleh panitia. Mereka mendapat tugas untuk menentukan kata kunci dan materi apa yang digunakan untuk mewakili kata kunci tersebut. Tugas ini juga dipandu oleh tiga fasilitator untuk teman diskusi peserta. Hasil dari tugas pertama ini akan dipresentasikan pada hari kedua.
Memasuki hari kedua bertempat di Komunitas Salihara, peserta mengawali sesi pertama dengan Sesi Berbagi bersama Zen Hae, Kurator Gagasan di Komunitas Salihara. Dalam sesi ini Zen Hae berbagi pengalaman tentang tahap-tahap sastrawan bertumbuh dari anak menjadi sastrawan mapan, serta pengembangan perspektif guru untuk menginspirasi murid. Peserta diperbolehkan untuk bertanya dan menanggapi pada sesi tanya-jawab. Banyak pula peserta yang berbagi bagaimana kesulitan yang dihadapi ketika membagikan bacaan-bacaan sastra kepada sekolahnya. Sesi selanjutnya adalah melanjutkan latihan peserta untuk pengembangan peta sastra, pembuatan narasi dan memilih contoh teks. Sesi terakhir adalah bagian presentasi Peta Sastra Kebangsaan oleh peserta lokakarya, sesi-sesi ini dipandu oleh Ayu Utami. Pada sesi terakhir, tiap kelompok diwakili oleh satu peserta untuk memaparkan hasil kerja kelompoknya. Beberapa kata kunci turut muncul dari presentasi peserta, salah satunya isu tentang lingkungan. Hasil presentasi ini diharapkan dapat menjadi materi untuk para guru mengenalkan sastra pada murid-murid di daerahnya.
Lokakarya selama dua hari tersebut berjalan dengan lancar dan membuka isu-isu penting tentang bagaimana sastra hidup dan berkembang di sekolah-sekolah setingkat SMA di berbagai daerah Indonesia.
Didukung oleh: