Sastra juga tak bisa berjarak dengan cerita-cerita yang memiliki tempat tersendiri pada adegan seks atau kita seringkali mengaitkannya dengan istilah erotika. Cerita-cerita yang memuat adegan seks ini tak hanya dituliskan begitu saja tanpa eksperimen estetika di dalamnya.
Di Indonesia menyebut sastra erotika, kita tak asing dengan tulisan-tulisan penulis yang memakai nama Enny Arrow–meski kita tak pernah yakin siapa sebetulnya sosok Enny Arrow ini. Tulisan-tulisan erotis Enny Arrow yang hadir pada 1980-an diedarkan dalam bentuk buku tipis dengan gambar sampul yang tak jarang menampilkan tubuh perempuan. Narasi yang ditulis Enny Arrow lebih banyak berpusat pada adegan persetubuhan yang dituliskan cukup detail. Kita bisa melihatnya dari potongan cerita berjudul Sepanas Bara:
“…sensasi nikmat teramat sangat saat kepala rudalnya menyerodok masuk ke dalam lubang sempit..”
Jika di Indonesia sastra erotis sering dikaitkan dengan tulisan Enny Arrow, dalam sastra Prancis juga ada penulis erotika, di antaranya adalah Colette, Marguerite Duras, Annie Ernaux, Anne Desclos, dan Anaïs Nin. Prancis menjadi salah satu negara dengan karya sastra erotis yang tak hanya ditulis oleh laki-laki, tapi juga penulis perempuan. Dengan menuangkan pengalaman seksual dari tubuh perempuan, penulis-penulis perempuan Prancis tersebut mampu bereksperimen dengan diksi dan estetika seru untuk diikuti pembaca. Salah satunya muncul pada karya Anaïs Nin, seorang penulis perempuan yang lahir di Prancis. Tulisan-tulisannya berupa cerita pendek dan novel berisi catatan-catatan harian. Baginya, menulis karya sastra dalam bentuk catatan harian adalah upaya untuk pembebasan diri, keluar dari sistem-sistem yang mengikat tiap individu.
Dalam salah satu bukunya bertajuk Les Petits Oiseaux (Little Birds) berisi 13 cerita pendek, ia menyajikan kisah-kisah erotis dengan tokoh beragam. Ia mampu menciptakan tokoh-tokoh dengan beragam latar belakang. Anaïs Nin tidaklah menuliskan cerita dengan adegan erotis persetubuhan seperti Enny Arrow, ia juga menggambarkan bagaimana kehidupan orang-orang dari beraneka kelas dan status sosial.
Usaha untuk membebaskan diri dari segala kungkungan sistem seperti digambarkan Anaïs Nin dalam salah satu cerpennya berjudul Runaway. Cerpen ini berkisah tentang seorang perempuan yang melarikan diri dari rumahnya dan tinggal bersama temannya. Perkenalan pada seorang tokoh laki-laki membawanya pada kebebasan hasrat bercinta. Bahwa kebebasan juga berhak didapatkan dalam aktivitas persetubuhan.
Dalam salah satu cerpennya berjudul Chanchiquito, Anaïs Nin berkisah tentang seorang perempuan yang mengingat masa kecilnya. Tokoh perempuan ini mengingat tentang lubang di antara kedua kakinya yang diendus oleh seekor anjing dan ia pun merasakan sensasi aneh sekaligus menyenangkan dalam dirinya. Ingatan ini muncul ketika ia tengah menjadi model lukisan seorang seniman dan ia melihat lukisan di dinding yang mengabadikan adegan perempuan dengan anjing-anjingnya.
Masih banyak cerita-cerita erotis sekaligus menarik yang tidak hanya memperlihatkan unsur kecabulan ditulis oleh Anaïs Nin. Tulisan-tulisan Anaïs Nin menunjukkan bahwa penulis perempuan tidak hanya sekadar menulis persoalan pengalaman pribadi, namun ia mengolahnya, menjelmanya menjadi eksperimen sastra yang patut diakui kemahirannya.
Seperti apa karya-karya Anaïs Nin lainnya? Adakah tulisan-tulisannya berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Prancis hari ini? Dan seperti apa karya penulis perempuan Prancis lainnya yang juga menciptakan sastra erotis? Mari temukan jawaban-jawaban pertanyaan ini melalui LIFEs 2023 yang mengusung tema Frankofon. Tema ini hendak meneroka karya-karya sastra dan pemikiran dari negara-negara penutur bahasa Prancis. LIFEs akan berlangsung pada 05-13 Agustus 2023, sampai jumpa pada LIFEs mon Amour!
Sumber Bacaan:
Little Birds karya Anaïs Nin, cetakan pertama Pocket Books, 1990.
Sepanas Bara karya Enny Arrow, tahun tak diketahui.
Tulisan Erotika (di) Indonesia: Sedikit Catatan karya Goenawan Mohamad, 2022.