Diskusi Daring (Live)
Pembicara: Ria Papermoon, Yola Yulfianti, Hilmar Farid
Moderator: Nirwan Dewanto (Rabu, 17 Juni 2020)
Wabah Corona telah mengubah cara pandang kita terhadap dunia, manusia, masa kini, masa depan—segalanya. Produksi seni sekarang ini sepenuhnya mengandalkan presentasi daring, melalui jejaring media sosial, dengan kolaborasi yang tanpa batas.
Di samping itu, seni bukan melulu ekspresi yang indah dan subtil, tetapi juga punya kekuatan terapeutik atas trauma akibat pandemi. Pengelola museum seni rupa atau seniman pada umumnya melihat semua ini sebagai cara baru dalam melihat hubungan antara seniman, karya seni dan penikmatnya.
Dalam Situasi seperti ini status ontologis seni dipersoalkan kembali. Seni mengalami “pendefinisian kembali” karena berbagai perubahan yang terjadi akibat wabah yang mendunia dan tidak terduga sebelumnya.
Apakah sebenarnya seni itu? Siapa penikmat seni sekarang ini? Bagaimana ia bisa diakses di tengah penjarakan sosial seperti sekarang ini? Masih diperlukannya “seni tinggi” yang melulu berkutat pada nilai-nilai keindahan yang adiluhung? Ataukah yang kita perlukan sekarang ini adalah seni yang bisa menyembuhkan kita dari trauma? Yang bisa membuat kita bertahan lebih lama di tengah derita dunia ini? Apakah seniman itu sebenarnya? Di mana posisinya di antara derita dunia ini? Apakah akan ada genre baru seni setelah wabah global ini? Komunitas Salihara membuka wadah bagi pertanyaan-pertanyaan itu dalam diskusi daring yang disiarkan secara langsung.
Bersama: Maria Tri Sulistyani (Ria Papermoon), Yola Yulfianti, Hilmar Farid yang akan di moderator oleh Nirwan Dewanto. Diskusi ini akan mempersoalkan perkembangan terbaru di Indonesia dan dunia terkait dengan produksi seni.
Diskusi ini akan mempersoalkan kembali latar belakang filosofis produksi seni di satu sisi, di sisi lain akan meneroka upaya-upaya seniman dalam mengalami wabah global ini. Perbandingan situasi mutakhir wabah global ini dengan peristiwa yang mirip di masa silam, Perang Dunia Kedua misalnya, juga dimungkinkan.
Jika setelah Perang Dunia Kedua muncul pernyataan Adorno “Menulis puisi setelah Auswitcz adalah barbar”, apakah produksi seni setelah wabah Corona akan bernasib serupa. Saksikan diskusinya secara langsung via Youtube: Komunitas Salihara Arts Center, Rabu, 17 Juni 2020, 16:00 WIB.
Untuk mengetahui detail pertunjukan sila kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara atau hubungi: media@salihara.org/0822-2552-3959 (Muhammad Ridho)