Manusia dan Alam dalam Dua Novel

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Sekilas tentang novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis dan novel Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta karya Luis Sepúlveda.

 

Novel Harimau! Harimau! (1975) karya Mochtar Lubis adalah salah satu novel yang memiliki pengaruh penting dalam sastra Indonesia. Melalui novel tersebut, Mochtar Lubis menggambarkan realitas sosial-politik Indonesia pada masa Orde Baru. Hubungan antar manusia dan keresahan pada munculnya harimau di hutan Sumatra pada novel ini adalah cerminan kondisi ketegangan masyarakat Indonesia di tengah kekangan, pemerintahan yang otoriter dan pembungkaman pendapat di masa Orde Baru. Bahkan, buku-buku Mochtar Lubis termasuk Harimau! Harimau!, dilarang beredar pada masa itu. 

Mochtar Lubis membuka ruang untuk mempertanyakan dan merenungkan tentang kondisi masyarakat pada masa itu. Harimau! Harimau! meski berada pada daftar bacaan yang dilarang, namun tetap memiliki peran penting sebagai alat untuk membangkitkan kesadaran akan kebebasan berekspresi dan keadilan sosial. Novel ini masih sangat relevan untuk kita baca di hari ini. 

Tidak hanya menggambarkan ketegangan hubungan sosial-politik, Harimau! Harimau! juga menggambarkan bagaimana rumitnya hubungan manusia dan alam. Harimau dalam hal ini mewakili kekuatan alam liar yang terangsek oleh ulah manusia, baik karena pemukiman, penambangan maupun perburuan yang telah menjadi tradisi panjang masyarakat setempat. Sumber makanan harimau menipis dan membuatnya kelaparan. Itulah kenapa sang harimau menuntut balas, memangsa manusia. Sebaliknya, korban-korban yang berjatuhan menjadi alasan manusia untuk memburu harimau. Pada akhirnya, sang harimau mati di tangan para pemburu. Dengan begitu, salah satu kekuatan alam telah ditaklukkan oleh manusia itu sendiri. 

 

Sang harimau telah dua hari menderita lapar. Dia telah tua. Tenaganya tak cukup cepat lagi untuk mengejar buruannya yang biasa seperti babi atau rusa. Dia dahulu sungguh seekor harimau jantan yang gagah perkasa, dan lama sekali menjadi raja di hutan besar. Sepanjang ingatannya tak pernah dia menderita kelaparan seperti sekarang. 

— petikan novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis. 

 

Selain novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita juga akan menemukan gambaran hubungan manusia dan alam pada novel Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta (1989) karya Luis Sepúlveda (berdasarkan terjemahan Ronny Agustinus).  Luis Sepúlveda adalah penulis dan wartawan asal Chili, ia juga seorang pembela kebebasan dan lingkungan hidup. Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta adalah salah satu karya Luis Sepúlveda yang paling terkenal. Novel ini tentang perjalanan seorang pria tua yang tinggal di hutan hujan Amazon dan menemukan kehidupan baru melalui buku-buku cinta yang ia baca.

 

Antonio José Bolívar Proaño, yang tak pernah berpikir soal kata “kebebasan”, kini menikmati kebebasan tak terbatas di hutan. 

— petikan novel Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta karya Luis Sepúlveda. 

 

Kedua novel ini sama-sama memberikan pelajaran betapa pentingnya merawat alam dan menghormati apa-apa yang ada di dalamnya. Tanpa kesadaran ini maka perusakan alam (dalam hal ini: perburuan dan penambangan) akan terus terjadi. Dua pengarang, dengan cara masing-masing, telah menunjukkan betapa konflik antara manusia dan harimau hampir selalu dimulai dari terancamnya sang harimau oleh manusia. Manusia yang kelewat rakus menjarah hasil hutan akan menanggung akibat kemarahan para penghuni rimba raya. Tetapi, manusia selalu dimenangkan dalam konflik ini.

Membandingkan kedua novel ini berarti membandingkan juga dua budaya dalam melihat alam dan rimba raya. Termasuk cara pandang masyarakat dalam melihat ancaman harimau. Antara yang melihatnya dengan cara pandang realistis-pragmatis dan yang melihatnya dengan bumbu mitos harimau jadi-jadian. Antara cara pengarang yang tangkas dan penuh humor dan pengarang yang bertele-tele dan penuh petuah. Antara sapuan erotisme yang samar-samar dan maksud politik jahat penguasa setempat. Masing-masing novel hadir dengan kekuatan dan kelemahannya.

Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara, tahun ini menggunakan tema membandingkan kedua novel tersebut. Perbandingan seperti apa yang akan diurai dan ditelaah oleh pembaca tingkat SMA di hari ini? Apakah kita akan menemukan pembacaan baru dan segar dari novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis dan novel Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta karya Luis Sepúlveda? Mari menunggu jadwal Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2024 di September mendatang!

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter