Penulis: Ezra Reyhan M
Dewa Alit, komposer gamelan kontemporer, bersama grup musik Gamelan Salukat, pada 20-21 Agustus lalu, menampilkan pertunjukan Chasing the Phantom di SIPFest 2024. Dewa Alit menampilkan tiga repertoar bertajuk Ngejuk Memedi, Likad, dan Siklus, yang menggabungkan tradisi gamelan Bali dengan elemen modern.
Ngejuk Memedi adalah eksplorasi mistik tradisional Bali yang diharmonisasikan dengan sistem pelarasan baru. Inovasi ini menciptakan suara yang memadukan unsur musik Bali dan Barat, sehingga memberikan pengalaman auditif yang unik. Karya Likad, yang diciptakan selama pandemi, mencerminkan kecemasan Dewa Alit dan para musisi. Karya ini ditandai dengan struktur kompleks dan perubahan ritme yang mendadak, dan menciptakan dinamika penuh emosi yang menantang. Sementara itu, Siklus, satu-satunya repertoar yang bukan berasal dari album Chasing the Phantom, menonjolkan bagaimana modernisasi dapat membawa musik tradisional Bali ke dimensi baru. Setiap repertoar juga diperkaya dengan improvisasi dari para pemain, menjadikan setiap pertunjukan unik.
Pertunjukan ini terasa lebih spesial karena dimainkan secara langsung di Teater Salihara (berbeda saat pertunjukan daring, Musim Seni Salihara dalam karya GENETIC), sehingga membangkitkan getaran mistikal yang sulit dijelaskan. Suara gamelan yang menggema di teater menciptakan atmosfer transendental, menambah kedalaman pengalaman penonton. Penampilan ditutup dengan repertoar Ngejuk Memedi, yang dimulai dengan ritme bagaikan film fiksi ilmiah dan berakhir dengan nuansa tradisional, disertai dengan standing ovation dari penonton.
Dewa Alit berhasil menunjukkan bahwa tradisi gamelan tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang. Ia memadukan elemen-elemen modern dengan esensi tradisional, menghasilkan harmonisasi baru yang jarang terdengar dalam komposisi gamelan klasik. Upayanya untuk memajukan kebudayaan gamelan Bali melalui teknik yang inovatif menciptakan pengalaman suara yang lain dari lainnya.
Salah satu aspek paling menonjol dari pertunjukan ini adalah penggunaan sistem pelarasan baru, yang menghasilkan warna timbral unik dan memperluas palet sonik gamelan. Ritme yang kompleks dan asimetris menambah dinamika musikal yang kaya, menjadikan Chasing the Phantom sebagai pengalaman yang sangat spesial.
SIPFest 2024 menjadi panggung yang ideal bagi Gamelan Salukat untuk memperkenalkan inovasi ini kepada publik yang lebih luas. Pertunjukan ini tidak sekadar karya seni, tetapi juga merupakan pernyataan tentang identitas budaya Bali di era global. Dewa Alit telah membuktikan bahwa tradisi gamelan dapat terus relevan dengan konteks zaman tanpa kehilangan esensinya, sekaligus memperkaya khazanah musik Indonesia dan memperkenalkan gamelan Bali kepada khalayak yang lebih luas.