Memaknai 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia dengan Membaca Ulang Naskah Sidang BPUPKI

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Pada 2025 ini, sudah 80 tahun Indonesia merdeka. Perjalanan panjang dilewati untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa hingga hari ini. Meski dalam perjalanannya kita melalui berbagai fenomena yang mencederai kemerdekaan tersebut, dari pembatasan berekspresi atas nama menyinggung kelompok tertentu hingga penyalahgunaan posisi kekuasaan. Bahkan beberapa catatan sejarah bangsa kita masih ada yang dicap sebagai “koleksi arsip terlarang”. 

Tapi, penting pula bagi kita untuk kembali menengok arsip pembentukan Indonesia. Kita dapat memulainya dari membaca ulang catatan notulensi Sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan) yang berlangsung pada 28 Mei hingga 1 Juni 1945. Sidang tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh bangsa, antara lain, Mohammad Yamin, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Soepomo, dan Soekarno. Naskah ini ibarat kitab suci bangsa Indonesia, memuat argumen dan perdebatan mendasar tentang bangsa dan negara. 

Dari naskah BPUPKI, kita akan menemukan misalnya pandangan Mohammad Yamin tentang poin-poin penting yang perlu dimasukkan ke dalam Dasar Negara ialah Peri- Kebangsaan, Peri- Kemanusiaan, Peri- ke-Tuhanan, Peri- Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Berbeda pula dari pandangan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa Negara Indonesia baru yang akan datang itu berdasarkan agama Islam dan akan menjadi negara yang tegak dan teguh serta kuat dan kokoh. Pendapat lain muncul dari Soepomo, menurutnya penting pula untuk memikirkan perhubungan negara dan agama, cara bentukan pemerintahan, perhubungan negara dan kehidupan ekonomi. Dari pembacaan tersebut kita akan menemukan ketegangan dari argumen setiap tokoh yang hadir. Masing-masing dengan kokoh dan berapi-api mempertahankan gagasan-gagasannya. 

Membaca ulang naskah BPUPKI adalah juga merefleksikan kembali apa-apa yang sudah disusun untuk negara dan bangsa ini. Kita juga dapat secara kritis memahami ulang pendapat-pendapat para tokoh bangsa. Selama 80 tahun Indonesia merdeka, jejak-jejak pembentukannya penting untuk kita telusuri. Sebab, dari penelusuran tersebut generasi yang baru akan lebih mengenal bagaimana seluk-beluk negara dan bangsa ini terbentuk. 

Sebagai bangsa Indonesia, manusia yang kemudian terlahir sebagai Indonesia, tentunya memiliki harapan agar kemerdekaan senantiasa tumbuh, hadir, dan seiring dengan kehidupan kita di negara ini. Maka, salah satu upaya untuk turut menjaga kemerdekaan adalah dengan kembali menelusuri pemikiran dan kerja-kerja tokoh bangsa kita. Catatan sejarahnya seharusnya menjadi bekal untuk generasi hari ini dan seterusnya untuk tidak mencederai kemerdekaan yang telah terbangun. 

Menyambut Literature and Ideas Festival of Salihara (LIFEs) 2025, Komunitas Utan Kayu dan Komunitas Salihara menggagas sebuah program Undangan Terbuka Pembacaan Naskah BPUPKI yang dapat diikuti oleh publik yang lebih luas hingga Juni nanti. Tak hanya membaca, para peserta dapat memerankan tokoh bangsa dan pembacaan tersebut akan direkam seluruhnya. Informasi selengkapnya kunjungi bit.ly/PembacaanNaskahBPUPKI.

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter