Mengenang Seratus Tahun Kelahiran Chairil Anwar dalam Pameran Aku Berkisar Antara Mereka

28 Oktober – 04 Desember 2022 | Galeri Salihara

Jakarta, 31 Oktober 2022 – Kesusastraan Indonesia tidak akan lepas dari tokoh Chairil Anwar. Kurator Edukasi dan Gagasan Komunitas Salihara, Zen Hae, mengatakan bahwa Puisi Chairil Anwar merupakan pencapaian terbaik dalam sastra Indonesia yang menginspirasi perpuisian Indonesia modern di generasi selanjutnya.

Menjadi salah satu rangkaian dari program Seratus Tahun Chairil Anwar yang diselenggarakan oleh Komunitas Salihara, pameran arsip sang penyair dengan tajuk Aku Berkisar Antara Mereka telah dibuka pada 28 Oktober 2022 dan masih dapat dikunjungi oleh publik hingga 04 Desember 2022. 

Pembukaan pameran ini juga menghadirkan sambutan dari sejumlah tokoh-tokoh penting seperti: Goenawan Mohamad; sastrawan dan pendiri Komunitas Salihara, Nadiem Anwar Makarim; Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Eka Nuretika Putra; Kepala Bidang Deposit Pengembangan Koleksi, Layanan dan Pelestarian Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Laksmi Pamuntjak; sebagai perwakilan kurator pameran, dan resmi dibuka oleh Rizal Mallarangeng selaku Komisaris PT. Telkom Indonesia.

Rizal Mallarangeng memberi sambutan dalam peresmian pameran Aku Berkisar Antara Mereka. foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

Pameran Aku Berkisar Antara Mereka merupakan sebuah program kerja sama dengan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang dikuratori oleh Cecil Mariani dan Laksmi Pamuntjak.  Dalam tulisan kuratorial yang ditulis oleh keduanya, pameran ini ingin memaknai ulang kontribusi sang penyair dalam dunia sastra Indonesia dan memberikan dimensi lain selain mitos “binatang jalang” yang melekat pada dirinya.

“Popularitas Chairil tak dapat dilepaskan dari mitos “binatang jalang” yang telah lama berkembang seputar kepenyairannya. Kami percaya bahwa penyair tak berdiri sendiri; ia adalah produk tradisi yang mendahuluinya. Bagi kami, kekhususan Chairil justru terletak pada penghormatan dan pembaharuannya atas tradisi yang ia pilih, sesuai dengan wawasan, bacaan, kepribadian, hasrat dan situasinya.

Di sinilah perayaan seratus tahun bisa berharga: untuk memaknai ulang kontribusi sang penyair kepada sastra Indonesia, serta mendekonstruksi mitos-mitos seputar karya-karyanya. Dalam semangat itulah pameran ini hendak mengembalikan sang penyair kepada identitasnya yang hakiki: kata-katanya.”

Pameran ini tidak hanya menampilkan karya-karya Chairil Anwar saja namun juga memperlihatkan dimensi-dimensi lain dalam kesusastraannya seperti peran kritikus H.B. Jassin, pengaruh penyair-penyair dunia pada sajak-sajaknya, serta perdebatan sengit seputar mana yang merupakan karya asli, saduran, terjemahan atau jiplakan.

Pengunjung sedang menikmati salah satu bagian dalam pameran Aku Berkisar Antara Mereka.
foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

 

Tidak hanya tentang Chairil Anwar, pameran ini juga menyoroti sejumlah tokoh baik dari kalangan pelukis Indonesia hingga penyair luar yang sedikit banyak memengaruhi kekaryaannya. Para kurator hendak menampilkan hubungan-hubungan yang terjadi sehingga bisa memberikan  gambaran sang tokoh terhadap sumber inspirasi yang datang dari pandangan akan seni rupa, agama, dan politik pergerakan.

Bagian penyair dunia yang memengaruhi kekaryaan Chairil Anwar dalam Aku Berkisar Antara Mereka.
foto: Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

 

Pameran Aku Berkisar Antara Mereka buka untuk umum dari 28 Oktober-04 Desember 2022. Dengan tiket masuk; Umum: Rp35.000,- dan Pelajar: Rp25.000,- pengunjung bisa menikmati seluruh tilikan sang penyair yang terbagi ke beberapa bagian. Pameran ini buka setiap Selasa-Minggu pukul 11:00-19:00 WIB.

 

Tentang Kurator

 

Cecil Mariani

Seorang desainer grafis, seniman, dan pengajar di program studi Desain Komunikasi Visual, Institut Kesenian Jakarta. Cecil juga tergabung dalam Prakerti Collective Intelligence, sebuah kolektif yang mendukung pengumpulan data untuk riset dan studi seni. Ia juga  merupakan anggota dari Sekolah Pemikiran Perempuan. Saat ini Cecil aktif sebagai bagian dari Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta.

 

Laksmi Pamuntjak

Seorang penulis dwibahasa yang novel-novelnya telah diterbitkan ke dalam pelbagai bahasa. Novel pertamanya, Amba, memenangi Penghargaan Sastra Jerman LiBeraturpreis 2016. Film berdasarkan novel keduanya, Aruna dan Lidahnya, memenangi dua Piala Citra 2018 dan ditayangkan secara perdana di Eropa dalam Festival Film Internasional Berlinale.

 

Sejak tahun lalu, Laksmi menjadi host Podcast Kitab Kawin—sebuah siniar tentang perempuan dan pergulatan mereka, berdasarkan cerita-cerita dari kumpulan cerpennya. Laksmi kerap tampil di forum-forum sastra dan akademik internasional sebagai pembicara atau keynote speaker, termasuk di University of Oxford dan Australian National University (ANU).

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________

 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Undangan Terbuka Jazz Buzz 2023: Berita Acara Penjurian

Pada Selasa, 25 Oktober 2022 telah dilaksanakan Penjurian Jazz Buzz 2023 di Komunitas Salihara secara luring. Dewan Juri yang melakukan penilaian terhadap pendaftar Jazz Buzz 2023 adalah:

  1. David Tarigan
  2. Nita Aartsen
  3. Tony Prabowo

Berdasarkan hasil rapat Dewan Juri, musisi dan grup pendaftar yang terpilih untuk tampil pada Jazz Buzz 2023, sebagai berikut:

  1. Filipus Cahyadi dengan judul karya “Lima” dan “Lucky Number”;
  2. Guernica Quartet dengan judul karya “Enigma” dan “Sun Dance”;
  3. Sandikala Ensemble dengan judul karya “Herutjokro as Posthuman” dan “Kafka, Postmortem”.

Ketiga grup tersebut mengetengahkan ide dan konsep yang cukup menarik, unik dan segar, sesuai dengan tema yang ditawarkan oleh Salihara, yaitu “Pertukaran/Exchange”. Komposisi musik dengan tema, gaya ritme, motif, serta warna yang dinamis telah memberi peluang yang menarik untuk bisa dikembangkan ke arah gaya yang lebih ekspresif.

Karya ketiga grup ini menawarkan unsur kebaharuan dan diharapkan bisa bekerjasama dengan para kolaborator yang telah dipilih oleh pihak Salihara yaitu Adra Karim, Sri Hanuraga, dan Indra Perkasa untuk bisa memberikan warna dan gaya dalam perkembangan jazz masa kini.

 

Jakarta, 31 Oktober 2022

David Tarigan

Nita Aartsen

Tony Prabowo

_Final Kompetisi Debat Sastra 2022-Thumbnail_id

Kompetisi Debat Sastra 2022: Berita Acara Penjurian Tahap II Penentuan Pemenang

Kompetisi Debat Sastra 2022
Berita Acara Penjurian Tahap II Penentuan Pemenang

 

Pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022, telah dilaksanakan Penjurian Tahap II Kompetisi Debat

Sastra 2022 Komunitas Salihara, bertempat di Teater Blackbox Komunitas Salihara. Dewan Juri dalam Penjurian Tahap II ini, yaitu:

  1. Arief Bagus Prasetyo
  2. Dewi Anggraeni
  3. Nirwan Dewanto

Catatan juri atas final Kompetisi Debat Sastra 2022  sebagai berikut:

Dewan juri menilai kelompok yang menjadi juara kedua berani melakukan pembacaan dekat terhadap puisi-puisi Chairil dan puisi penyair berbahasa Inggris yang mereka pilih. Namun, mereka menghadapi kesulitan mengartikulasikan gagasannya sendiri. Mereka kerap kali tampak kebingungan baik dalam menjawab pertanyaan lawan debat atau bahkan dalam mendebat lawan. Mereka juga terlihat kurang kompak dan kurang memanfaatkan waktu yang tersedia.

Sedangkan kelompok yang menjadi juara pertama memiliki keberanian dalam menjelajahi gagasan, terlepas dari ide itu tepat atau tidak. Hal itu memperlihatkan wawasan mereka yang lebih luas. Mereka juga tampak lebih siap dalam menghadapi kompetisi ini. Mereka kelihatannya tidak hanya belajar mengenai sastra tetapi juga teori-teori lainnya. Mereka mampu memanfaatkan waktu dengan sangat baik dan demikian kompak. Mereka juga menyadari bahwa dalam kompetisi ini, penguasaan aksi panggung dan retorika sangat penting.

Namun, konsistensi mereka dalam menampilkan satu sudut pandang yang kuat juga menjadi kekurangan kelompok ini. Kerap kali tafsiran mereka terlalu jauh dan cenderung memfilosofikan penafsiran mereka sendiri terhadap puisi-puisi Chairil. Hasilnya narasi lebih kuat daripada analisis.

 

 

Berdasarkan hasil penjurian dan diskusi yang dilaksanakan, Dewan Juri mengambil keputusan Pemenang II Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2022 adalah:

Cinta, Patriotisme, dan Perang; Suara ‘Amerika’ dalam Sajak-Sajak Chairil Anwar karya Kelompok Senja di Pelabuhan Kecil (SMAS ISLAM NURUL IMAN)

Dan Pemenang I:

Cinta Diri, Cinta Kamu, Cinta Bangsa: Mengungkap Rupa-Rupa Cinta dalam Kelindan Kalam si Binatang Jalan  karya Kelompok TigaMuda (BINUS SCHOOL Serpong)

 

Demikianlah keputusan Dewan Juri Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2022 dibuat dan tidak dapat diganggu gugat.

 

Jakarta, 29 Oktober 2022

 

Dewan Juri

Arief Bagus Prasetyo
Dewi Anggraeni
Nirwan Dewanto

 

Mengetahui

Zen Hae
Kurator Gagasan Komunitas Salihara

Chairil-banner web

Merayakan Seratus Tahun Kelahiran Chairil Anwar

Merayakan Seratus Tahun Kelahiran Chairil Anwar 
bersama Komunitas Salihara
27 Oktober – 30 Oktober 2022 | Teater & Galeri Salihara

 

Jakarta, 10 Agustus 2022 – Kesusastraan Indonesia tidak akan lepas dari tokoh Chairil Anwar. Sajaknya yang impresif kerap diperkenalkan kepada generasi muda sejak bangku Sekolah Dasar (SD). Karya-karya dari pria kelahiran Medan, 26 Juli 1922 atau tepat seratus tahun yang lalu tersebut juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Inggris, Belanda, Jerman, Perancis dan lain-lain. 

Kurator Edukasi dan Gagasan Komunitas Salihara, Zen Hae mengatakan bahwa Puisi Chairil Anwar merupakan pencapaian terbaik dalam sastra Indonesia yang menginspirasi perpuisian Indonesia modern di generasi selanjutnya, 

“Puisi-puisi Chairil Anwar adalah pencapaian terbaik sastra Indonesia pada paruh pertama abad ke-20. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang modern dan segar, puisi-puisi Chairil Anwar menjadi penanda penting, bahkan semacam “cetak biru”, bagi perpuisian Indonesia modern masa itu dan masa berikutnya, sampai hari ini. Chairil memperbaharui bahasa Indonesia sebagai bahasa sastra, membuat puisi Indonesia masa itu menjadi berbeda dari puisi-puisi sebelumnya atau yang sezaman….”.

Untuk mengenang dan merayakan seratus tahun kelahiran sang penyair, Komunitas Salihara mengadakan program Seratus Tahun Chairil Anwar yang akan dilaksanakan pada 27-30 Oktober 2022 di Teater Salihara dan pameran arsip Aku Berkisar Antara Mereka pada 28 Oktober-04 Desember di Galeri Salihara.  Program Seratus Tahun Chairil Anwar di Salihara akan dimeriahkan oleh sejumlah acara yang berkaitan dengan Chairil Anwar. Mulai dari ceramah, diskusi berseri, debat sastra, pembacaan puisi hingga pameran arsip Chairil Anwar. 

 

Salihara Memperkenalkan Kembali Chairil Anwar Kepada Generasi Muda

Zen Hae menyampaikan bahwa tujuan dari program ini bukan hanya merayakan seratus tahun kelahiran Chairil Anwar sebagaimana yang telah terjadi di banyak tempat, tetapi lebih dari itu, memperkenalkan kembali Chairil kepada khalayak pembaca dan kritikus generasi muda. 

“Program-program di Salihara berusaha menawarkan pertimbangan baru terhadap karya Chairil Anwar. Dalam diskusi dan ceramah akan kelihatan bagaimana sosok seorang penyair bukanlah yang utama, tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana karya-karyanya sampai kepada kita dalam nuansa dan penafsiran yang baru dan menyegarkan dan itu dilakukan hampir seluruhnya oleh para kritikus sastra generasi terkini.”

Adapun program-program yang dapat disaksikan di Seratus Tahun Chairil Anwar di Komunitas Salihara adalah ceramah yang akan disampaikan oleh Arif Bagus Prasetyo, seorang kritikus sastra dari Denpasar, yang akan menilik pembaharuan Chairil Anwar terhadap puisi berbahasa Indonesia masa 1940-an dan sesudahnya. Selain itu peserta juga bisa mengikuti diskusi berseri yang menampilkan para penulis pemenang Sayembara Kritik Sastra Dewan Kesenian Jakarta 2022 “Modernisme Chairil Anwar”, juga penulis undangan dalam tajuk Chairil Anwar dalam Enam Tilikan

 

Jadwal Acara:

 

Kamis, 27 Oktober 2022 

Ceramah: Modernisme Artistik Chairil Anwar | 19.00 WIB | Teater Salihara
Pembicara: Arif Bagus Prasetyo

 

Jumat, 28 Oktober 2022 

Diskusi Sesi 1: Chairil Anwar dalam Enam Tilikan | 16.00 WIB | Teater Salihara
Pembicara: Royyan Julian dan Laksmi Pamuntjak  | Moderator: Fariq Alfaruqi
Diskusi ini akan menimbang kepeloporan Chairil Anwar dalam khazanah puisi Indonesia modern. Bagaimana sosoknya tumbuh dan lingkungan kesusastraan saat itu mendukungnya? Bagaimana pula ia mengolah tema-tema penting dalam puisinya, misalnya tema maut yang konon disadapnya dari J. Slauerhoff.

Pembukan Pameran: Seratus Tahun Chairil Anwar: Aku Berkisar Antara Mereka | 19.00 WIB | Galeri Salihara
Pameran: 28 Oktober – 04 Desember 2022 | Galeri Salihara
Jam buka: Selasa-Minggu, 11.00-19.00 WIB | Senin dan hari libur nasional tutup.

 

Sabtu, 29 Oktober 2022

Final Kompetisi Debat Sastra: Membandingkan Chairil Anwar dan Penyair Amerika Serikat | 13.00 WIB | Teater Salihara
Acara ini akan menampilkan perdebatan antara kelompok Senja di Pelabuhan Kecil (SMAS Islam Nurul Iman) melawan Kelompok TigaMuda (Binus School Serpong). Keduanya merupakan kelompok dengan makalah terpilih hasil pilihan Dewan Juri. 

 

Diskusi Sesi 2: Chairil Anwar dalam Enam Tilikan | 16.00 WIB | Teater Salihara
Pembicara: Asep Subhan dan Yusri Fajar | Moderator: Dwi Ratih Ramadhany
Diskusi ini akan memperkarakan diksi-diksi kunci yang digunakan Chairil Anwar terkait aspek feminin dalam puisi-puisinya. Juga tentang bagaimana kecenderungan Chairil Anwar dan generasinya memperlakukan alam dalam puisi-puisinya. Apakah benar Chairil dan kawan-kawan tidak mengindahkan alam sebagaimana dituduhkan Sutan Takdir Alisjahbana?

Pembacaan Puisi | 19.00 WIB | Teater Salihara
Sutradara: Ruth Marini 

 

Minggu, 30 Oktober 2022

Diskusi Sesi 3: Chairil Anwar dalam Enam Tilikan | 13.00 WIB | Teater Salihara
Pembicara: Ari Adipurwawidjana dan Eka Ugi Sutikno 
Moderator: Dhianita Kusuma Pertiwi
Diskusi ini akan menimbang kembali modernisme Chairil Anwar, apakah benar Chairil Anwar sepenuhnya modernis dan dari mana ia menyerap modernisme itu. Juga soal bagaimana Chairil mengadaptasi puisi Conrad Aiken jika ditilik dari sudut Studi Penerjemahan.

Diskusi: Modernisme Artistik di Sekitar Chairil Anwar: Seni Rupa dan Arsitektur
16.00 WIB | Teater Salihara
Pembicara: Ari Respati dan Setiadi Sopandi | Moderator: Ibrahim Soetomo
Diskusi ini akan membahas perkembangan modernisme artistik di bidang seni rupa dan arsitektur. Bagaimana modernisme artistik di dua bidang ini berkembangan dan beririsan dengan modernisme artistik di bidang sastra yang memunculkan Chairil Anwar sebagai tokoh penting.

 

Diharapkan bahwa rangkaian program ini dapat memahami lebih dalam terhadap sosok Chairil Anwar itu sendiri.  Kami mengajak peserta untuk bersama-sama menghidupkan kembali sang penyair lewat sajian diskusi, perdebatan, serta pameran arsip akan karya-karya legendarisnya yang akan tetap hidup puluhan tahun ke depan.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

budi

Menggali Pengetahuan di Dunia Digital melalui Kelas Filsafat Salihara Putaran Ketiga

Pengampu: F. Budi Hardiman

kelas.salihara.org | Setiap Sabtu, 05, 12, 19, 26 November 2022

 

 

Jakarta, 13 Oktober 2022 – Sukses dengan putaran pertama dan kedua Kelas Filsafat tahun ini, Komunitas Salihara kembali hadir dengan putaran ketiga dengan tajuk Epistemologi: Pengetahuan dan Dunia Digital. Kelas Filsafat Salihara tahun ini membahas kaitan antara kehidupan kita dengan dunia digital dan bagaimana filsafat memandang semua itu. 

Setelah kita membahas aspek antropologi dan etika dalam dua putaran sebelumnya, pada putaran ketiga atau putaran terakhir ini kita akan membahas perihal epistemologi atau bagaimana duduk perkara pengetahuan kita jika dikaitkan dengan dunia digital. Tindak komunikasi kita atau bagaimana cara kita mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan akan ditilik dari berbagai sudut yang terpenting.

Melalui kelas ini kita akan mendapatkan berbagai perspektif pengetahuan dunia digital ditilik dari psikoanalisis Freud, fenomenologi Merleau-Ponty, komunikasi ganda ala Luhmann hingga etika Kantianisme dalam dunia digital melalui pemikiran Jurgen Habermas. Bagi peserta yang belum pernah mengikuti dua putaran sebelumnya, putaran ketiga ini tetap bisa diikuti secara lengkap.

Kurator Edukasi dan Gagasan, Zen Hae mengatakan bahwa Kelas Filsafat Salihara ini diadakan sebagai bagian dari pendidikan alternatif tentang bidang-bidang seni dan pengetahuan yang mungkin tidak bisa kita dapatkan di lembaga resmi atau kampus/sekolah. 

“Kami merancang kelas-kelas yang sebisa mungkin memberikan pengetahuan dan pencerahan baru kepada khalayak. Terutama Kelas Filsafat, ini adalah kelas yang sangat menjanjikan untuk menumbuhkan dan merawat daya kritis kita di tengah dunia yang penuh godaan, bukan hanya kehidupan modern yang kapitalistik-konsumerisme, tetapi juga hasrat beragama yang kelewat merangsek ruang publik sebagaimana terjadi akhir-akhir ini.”

Diharapkan melalui kelas ini peserta bisa menumbuhkan perspektif yang kritis dan memperluas wawasan melalui empat pertemuan yang terbagi sebagai berikut:

 

Freud dan Media Sosial | 05 November 2022 | 13:00 WIB

Kebebasan komunikasi di dunia digital telah mengangkat “id” atau bagian irrasional manusia ke ranah publik yang seharusnya dikendalikan oleh “ego” dan “superego”. Kuliah ini adalah sebuah eksperimen untuk menginterpretasi komunikasi dalam dunia digital dengan psikoanalisis Freud. Bagaimana teknologi digital meningkatkan sekaligus memerosotkan pengenalan kita akan orang lain?

 

Merleau-Ponty dan Perjumpaan Digital | 12 November 2022 | 13:00 WIB

Teknologi digital telah memungkinkan multiplikasi perjumpaan yang tidak tergantung lokalitas tertentu. Sejauh mana perjumpaan digital mendukung pengenalan akan orang lain dan sejauh mana memiskinkan pengenalan itu? Kuliah ini akan menggali ambivalensi epistemis ini.

 

Luhmann dan Sistem Digital | 19 November 2022 | 13:00 WIB

Komunikasi digital membuat kita makin terbiasa dengan komunikasi sebagai sistem. Pandangan Luhmann bahwa bukan orang-orang yang berkomunikasi, melainkan komunikasi berkomunikasi dengan komunikasi banyak menjelaskan apa yang terjadi dalam dunia digital. Kuliah ini akan mendiskusikan hal itu.

 

Habermas dan Demokrasi Digital  | 26 November 2022 | 13:00 WIB

Apakah etika diskursus mengantisipasi moralitas dalam dunia digital? Dapatkah teknologi digital membawa kita kepada kosmopolitanisme yang dicita-citakan pada filsuf Kantian termasuk Habermas? Kuliah ini akan membahas kemungkinan itu tanpa melewatkan tantangan-tantangan realnya.

 

Tentang Pengampu

Budi Hardiman adalah alumnus Hochschule für Philosophie München. Penulis belasan buku filsafat, salah satunya Filsafat Modern (2004) Buku terbaru: Aku Klik maka Aku Ada. Ia kini mengajar di Universitas Pelita Harapan.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Chairil-banner web

Mengenal Lebih Dalam Sosok Chairil Anwar

Mengenal Lebih Dalam Sosok Chairil Anwar 
lewat Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil Anwar
Youtube Salihara 

 

Jakarta, 04 Oktober  2022 – Pesona dari penyair Chairil Anwar masih terus menggema bahkan lebih dari 70 tahun pasca-kematiannya. Sajak Chairil telah menjadi pendobrak perkembangan sastra Indonesia. Ia melahirkan karya-karya yang banyak menginspirasi perkembangan seni masa kini seperti film, teater, tulisan dan sebagainya. Untuk merayakan 100 tahun kelahiran sang penyair, Komunitas Salihara hadir dalam Siniar Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil Anwar

Siniar yang dipandu oleh Manajer Galeri Komunitas Salihara, Ibrahim Soetomo akan mengajak pendengar untuk bersama mengenal sosok Chairil lebih dalam lewat paparan tokoh-tokoh yang akan menceritakan pengalaman mereka dengan sang legenda. Program ini akan dibagi ke dalam tiga episode dengan jadwal tayang sbb:

Episode 1:  Putri Minangsari | Tayang: 10 Oktober 2022

Pertemuan Putri Minangsari dan karya Chairil Anwar dimulai sejak bangku Sekolah Dasar lewat puisi “Aku”. Puisi tersebut kerap menginspirasi serta menjadi sumber penguatan Putri selama masa remajanya. Episode ini juga akan melihat karya-karya Chairil Anwar yang menjadi pilihan Putri, seorang penari Bali dan penulis yakni; Sia-sia, Doa, Taman, dan Sajak Putih.

Episode 2: Hamzah Muhammad | Tayang: 17 Oktober 2022

Sebagai seorang penerjemah dan penyair, Hamzah banyak menemukan relevansi antara sajak Chairil dengan kehidupan sehari-harinya. Hamzah akan menghadirkan tiga puisi Chairil sebagai sajak pilihan yakni Lagu Biasa, Prajurit Jaga Malam, dan Aku Berkisar Antara Mereka. Bagi Hamzah, ketiga puisi ini memiliki benang merah dengan peristiwa sehari-hari yang ia alami. Siniar ini juga akan memperlihatkan bagaimana pertemuan awal sang penulis buku Hompimpa Alaium Gambreng dengan karya Chairil.

Episode 3: Dewi Anggraeni | Tayang: 24 Oktober 2022

Diskusi dengan Dewi Anggraeni akan menjadi episode penutup dalam Ngomong-ngomong Soal putaran kedua. Sebagai seorang dosen Program Studi Jepang, Universitas Indonesia, Dewi mendalami karya-karya Chairil saat dirinya sedang meneliti hubungan Jepang dan Indonesia di masa Penjajahan Jepang. Dalam pandangan Dewi, karya-karya Chairil yang bertemakan bahari memiliki kesan tersendiri yang berbeda dengan penggambaran wacana laut di sastra-sastra lainnya; seperti karya bertema laut oleh Chairil namun bersudut pandang dari daratan. Sajak-sajak ini bisa dilihat dalam karya Chairil yang berjudul; Buat Album D.S., Kabar dari Laut, Cintaku Jauh di Pulau, dan Senja di Pelabuhan Kecil.

 

Produksi Siniar Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil Anwar merupakan bagian dari program Seratus Tahun Chairil Anwar oleh Komunitas Salihara. Acara Seratus Tahun Chairil Anwar akan diselenggarakan pada 27-30 Oktober 2022 menghadirkan beberapa program seperti diskusi, ceramah, kompetisi debat sastra, dan pameran arsip Chairil Anwar yang berlangsung hingga 04 Desember 2022.

 

Diskusi lengkap mengenai Aku dan Chairil Anwar dapat didengar melalui kanal-kanal Komunitas Salihara Spotify, Apple Podcast dan aplikasi NOICE, serta dapat ditonton di  YouTube Komunitas Salihara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

putriminang

Dari Cinta hingga Maut

Nama Chairil Anwar tidak pernah lepas dari pembahasan sastra Indonesia hingga hari ini. Tepat pada seratus tahun setelah kelahiran Chairil, Siniar Salihara pada musim kedua hadir dengan tajuk Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil. Pada episode pertama dengan narasumber Putri Minangsari, seorang penari Bali dan penulis, berbicara tentang pertemuan-pertemuannya dengan karya Chairil. Siniar ini mencoba mengembalikan pembahasan Chairil pada karya-karyanya secara utuh dan lebih dekat. 

Siniar berdurasi 30 menit ini, Ibam (Ibrahim Soetomo) bertindak sebagai pemandu atau host siniar. Obrolan-obrolan mengalir melalui tanya jawab persoalan Chairil dan karyanya. Pembicaraan ini mengupas pengalaman Putri sebagai pembaca karya Chairil. 

Jembatan Waktu 

Ibam, selaku pemandu siniar memulai dengan melontarkan pertanyaan tentang bagaimana awal perjumpaan Putri dengan puisi, khususnya dengan sajak-sajak Chairil Anwar. Sajak Chairil berjudul “Aku” menjadi jalan pembuka bagi masa anak-anak Putri untuk mengenal puisi. Umumnya di bangku Sekolah Dasar, sajak “Aku” kerap dijadikan salah satu contoh puisi Indonesia. 

Putri yang masih anak-anak merasakan adanya gumpalan emosi besar pada bait-bait puisi “Aku”. Kesan marah, emosi meluap yang diutarakan secara jujur tergambar pada masa kecil Putri ketika berhadapan dengan puisi “Aku”. Putri seperti tengah menyeberangi jembatan waktu yang melewati masa anak-anaknya dan bertumbuh remaja, jembatan waktu yang berupa bait-bait puisi Chairil. Ingatannya pada “Kalau sampai waktuku, ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu. Tidak juga kau.” menumbuhkan perasaan memberontak pada diri remajanya. Hidup sebagai anak sulung dari empat bersaudara membuat Putri merasa kehilangan ruang kebebasannya. Bait puisi “Aku” memberikan inspirasi pada Putri untuk melepas batas-batas posisinya sebagai anak sulung untuk lebih bisa mengutarakan gagasan dan pilihan-pilihannya. Puisi “Aku” kemudian mengantar Putri pada gerbang-gerbang tulisan sastra yang lain, baik karya-karya penulis dalam negeri maupun luar negeri. 

Menyoal Cinta dan Maut Pada Sajak Putih, Sia-Sia, Taman dan Doa

Narasumber pada siniar kali ini memilih tiga hingga empat puisi karya Chairil untuk kemudian dibahas bersama. Putri memilih empat puisi Chairil yang kebanyakan ditulis pada tahun 1943, yaitu “Sia-Sia”, “Taman”, “Doa”, dan “Sajak Putih” (1944). Pilihan-pilihan puisi ini didasari oleh rasa penasaran Putri pada tema-tema cinta yang terasa pada bait-baitnya. Tiga puisi di antara yaitu “Sia-Sia”, “Taman”, dan “Sajak Putih”, terasa memiliki penyampaian rasa cinta yang begitu kuat, entah cinta soal kisah-kisah asmara manusia maupun cinta pada lalu-lalang suasana manusia-manusia pada era Chairil saat itu. Pada puisi “Doa”, menyoal cinta tidak terlalu kentara, bagi Putri bait-bait puisi tersebut lebih menyampaikan persoalan hubungan manusia dengan harapan atau lebih tepatnya pada kepasrahan hidup. Menyoal cinta pada puisi Chairil, seperti mendapat tawaran tentang relasi cinta yang tidak terkesan rumit.  Bagi Putri, relasi manusia pada hari ini terasa penuh dengan kerumitan. Puisi Chairil hadir membawa angin yang lebih sederhana. menggambarkan hubungan yang terasa tidak menuntut banyak hal yang kemudian menimbulkan berbagai persoalan. 

Jika dibawa pada masa sekarang, sajak-sajak Chairil masih begitu relevan terutama tentang jalinan hubungan antar manusia. Meski sajak-sajak itu ditulis pada masa-masa Indonesia membangun jalan kemerdekaannya, namun Chairil seperti menatap tajam bagaimana zaman berjalan. Bagaimana antar manusia saling berhubungan di masa lalu dan justru masih terasa memiliki hubungan dengan masa sekarang. Ketelitian Chairil dalam membaca suasana hari-hari di tengah-tengah masyarakatnya dan menuangkannya pada bait-bait puisi, membuat pembacanya akan merasa barangkali Chairil justru tak pernah mati. Ia juga turut hidup hingga kini, melihat bagaimana kelelahan sekaligus harapan menempel pada tubuh manusia. 

Tak hanya menyoal cinta, Chairil juga seperti dengan sengaja menghadap-hadapkan cinta dengan perkara maut. Seperti pada puisi “Sajak Putih”:

Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah

Bagi Putri, Chairil seolah ingin berbicara pada kita bahwa persoalan cinta dan maut adalah hal yang tidak bisa kita hindari. Keduanya bisa kapan saja saling berhadap-hadapan dan menyerang. Rasa luka tak jadi soal ketika dihadapi bersamaan dengan cinta. 

Pencarian Jati Diri

Pada obrolan ini Putri berbagi bagaimana kemudian ia dari dunia tari menuju ke dunia sastra dan bersama kawan-kawannya menciptakan ruang pembacaan puisi yang diberi nama Unmasked Poetry. Sastra bagi Putri juga memiliki kesinambungan dengan tari, pencarian gerak dalam tari tradisi Bali yang ia geluti seringkali mendapat inspirasi dari bait-bait puisi yang ia baca. Tari dan puisi memiliki kaitan erat dalam meluapkan emosi dalam diri, emosi yang lama tersembunyi dan tak terbahasakan dengan istilah yang terikat. 

Penghujung obrolan ini sampai pada kenapa karya-karya Chairil begitu penting? Putri menyampaikan bahwa membaca karya Chairil seperti menyelami pencarian jati diri sebuah bangsa. Pada sajak-sajaknya, banyak bentuk-bentuk baik emosi maupun keadaan masyarakat yang digambarkan saat itu dapat menjadi referensi pembacaan ulang bagaimana mulanya manusia Indonesia berpikir dan menyelesaikan masalah-masalahnya. Dikemas dengan kemampuan cerdik mengatur diksi yang tak pernah padam oleh zaman. Chairil sekali lagi seolah tak pernah mati, ia betul-betul hidup seribu tahun lagi. 

Dengarkan obrolan lengkapnya tentang Chairil dan karyanya di Siniar Salihara Ngomong-Ngomong Soal: Aku dan Chairil episode 01.

Chairil-banner web

Seratus Tahun Chairil Anwar

Kamis-Minggu, 27-30 Oktober 2022

Komunitas Salihara

Seratus Tahun Chairil Anwar adalah acara sastra yang mencoba memberi warna lain dari momentum satu abad kelahiran penyair avantgardis Chairil Anwar (1922-2022). 

Sejumlah program terpilih kami tampilkan untuk memperkuat aspek perayaan sekaligus untuk memberikan penekanan yang berbeda dari program-program serupa yang telah dan tengah berjalan di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini.

Mulai dari Kompetisi Debat Sastra SMA, Ceramah, Diskusi Berseri, Pembacaan Puisi hingga Pameran Arsip Chairil Anwar. Program-program ini secara keseluruhan merupakan rangkaian acara sastra yang penting sepanjang Oktober 2022. 

Waktu penyelenggaraannya sengaja pula dibarengkan dengan momentum Sumpah Pemuda dan penabalan bahasa Indonesia sebagai “bahasa persatuan”, yakni 28 Oktober. 

Bukan hanya menampilkan hasil-hasil pemikiran terbaru tentang sastra—bahkan dari generasi siswa SMA/MA—tetapi juga memajang kembali jejak-jejak sejarah Chairil Anwar dalam lanskap kesusastraan Indonesia.

JADWAL

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Ceramah | 19.00 WIB
Modernisme Artistik Chairil Anwar
Pembicara: Arif Bagus Prasetyo

DAFTAR

Sesi 1 | 16.00 WIB
Diskusi Chairil Anwar dalam Enam Tilikan
Pembicara: Royyan Julian dan Laksmi Pamuntjak
Moderator: Fariq Alfaruqi

DAFTAR

 

Pembukan Pameran | 19.00 WIB
Seratus Tahun Chairil Anwar: Aku Berkisar Antara Mereka
Pameran: 28 Oktober-04 Desember 2022
Galeri Salihara
Jam buka pameran: Selasa-Minggu, 11.00-19.00 WIB
Senin dan hari libur nasional tutup.

DAFTAR

Final Kompetisi Debat Sastra | 13.00 WIB
Membandingkan Chairil Anwar dan Penyair Amerika Serikat
Komunitas Salihara

DAFTAR

 

Seri 2 | 16.00 WIB
Diskusi Chairil Anwar dalam Enam Tilikan
Pembicara: Asep Subhan dan Yusri Fajar
Moderator: Dwi Ratih Ramadhany

DAFTAR

 

Pembacaan Puisi | 19.00 WIB
Sutradara: Ruth Marini
Komunitas Salihara

DAFTAR

Seri 3 | 13.00 WIB
Diskusi Chairil Anwar dalam Enam Tilikan
Pembicara: Ari Adipurwawidjana dan Eka Ugi Sutikno
Moderator: Dhianita Kusuma Pertiwi

DAFTAR

 

Diskusi | 16.00 WIB
Modernisme Artistik di Sekitar Chairil Anwar: Seni Rupa dan Arsitektur
Pembicara: Ari Respati dan Setiadi Sopandi
Moderator: Ibrahim Soetomo

DAFTAR

Pendaftaran acara akan dibuka mulai 15 Oktober 2022

Kompetisi Debat Sastra 2022: Berita Acara Penjurian Tahap I Finalis

Pada Hari Kamis, 29 September 2022, telah dilaksanakan Penjurian Tahap I Kompetisi Debat Sastra 2022 Komunitas Salihara melalui platform virtual, Zoom. Dewan Juri dalam Penjurian Tahap I ini, yaitu:

  1. Arif Bagus Prasetyo
  2. Alpha Hambally
  3. Dhianita Kusuma Pertiwi

Berdasarkan hasil penjurian dan diskusi yang dilaksanakan, Dewan Juri mengambil keputusan bahwa dua makalah yang terpilih menjadi finalis Kompetisi Debat Sastra 2022, sebagai berikut:

Cinta, Patriotisme, dan Perang; Suara ‘Amerika’ dalam Sajak-Sajak Chairil Anwar
karya
Kelompok Senja di Pelabuhan Kecil (SMAS ISLAM NURUL IMAN)

Dan:

Cinta Diri, Cinta Kamu, Cinta Bangsa: Mengungkap Rupa-Rupa Cinta dalam Kelindan Kalam Si Binatang Jalang
karya
Kelompok TigaMuda (BINUS SCHOOL Serpong)

 

Jakarta, 29 September 2022

Arif Bagus Prasetyo

Alpha Hambally

Dhianita Kusuma Pertiwi

Ayu Utami

Kurator Sastra Komunitas Salihara

blog-bpupki

Melihat Detik-detik Berdirinya Bangsa Indonesia Lewat Pembacaan Risalah BPUPKI

Zoom Webinar Salihara | 04 Oktober – 22 Desember 2022 

Jakarta, 26 September 2022 – Terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari gagasan dan pemikiran para tokoh-tokohnya, seperti Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Radjiman dan tokoh lainnya. Gagasan dan pemikiran itu terkumpul dalam risalah dan notulensi sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) & Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ibarat Kitab Suci Republik Indonesia, isi naskah ini sangat penting bagi sejarah berdirinya bangsa Indonesia. 

Untuk bisa berempati dan melihat bersama kilasan sejarah di detik-detik kelahiran NKRI tersebut, Komunitas Salihara akan mengadakan program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI. Program ini akan mengajak peserta untuk bersama-sama aktif membaca risalah dan notulensi dari naskah BPUPKI yang terbagi ke dalam 25 sesi. Menariknya, para peserta dapat memilih tokoh-tokoh bangsa yang ingin mereka perankan mulai dari Soekarno, Muhammad Yamin, Soeroso, Oto Iskandardinata, dan lain sebagainya.

Pengusul program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI sekaligus kurator sastra Komunitas Salihara, Ayu Utami mengungkapkan bahwa membaca BPUPKI penting untuk dilakukan, karena di dalam risalah dan notulensi ini kita bisa melihat berbagai perdebatan para pendiri bangsa mengenai bentuk, dasar, wilayah, dan ideologi negara serta kedudukan warga negara sebelum akhirnya lahirlah Indonesia yang kita kenal. 

“Ini adalah suatu naskah yang penting tetapi naskah ini tidak pernah dibaca secara umum. Kita bisa melihat dinamika di antara peserta sidang yang sangat manusiawi. Program ini intinya ingin mengajak sebanyak mungkin orang untuk membaca “kitab suci” bangsa Indonesia.”

Acara ini akan rutin dilaksanakan dari 04 Oktober hingga 22 Desember 2022 setiap Selasa dan Kamis pukul 19:00 WIB via Zoom Salihara. Peserta dipersilakan untuk memilih peran yang tersedia di setiap sesinya mulai dari tokoh-tokoh bangsa, narator, atau ingin hadir sebagai pendengar saja. Untuk bisa mengetahui jadwal sesi, peserta bisa melihat di laman kami: Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI

Tidak hanya membaca, peserta juga bisa berdiskusi bersama membicarakan hasil pembacaan terkait temuan-temuan baru yang didapat setelah sesi pembacaan berakhir. Acara ini juga didukung oleh Teater Ghanta sebagai kolaborator.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org