blog-bpupki

Yang Ada dalam Risalah

Risalah Sidang BPUPKI berisi notulensi rapat persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh pendiri bangsa. Nama-nama tokoh yang muncul, seperti Abdul Abbas, Oto Iskandardinata, Abdul Kadir, Hatta, Radjiman, dan juga ada Soekarno sebagai salah satu anggota. Soekarno adalah tokoh yang muncul sebagai simbol dan sebagai personifikasi dari nilai-nilai politik yang diperjuangkan oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah tokoh yang identik dengan rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia. 

Pada 1 Juni 1945, Pancasila pertama kali disebut oleh Soekarno dalam sebuah pidato panjangnya tentang Dasar Negara Indonesia, melalui rapat sidang BPUPKI. Rumusan tersebut muncul setelah melalui proses diskusi dan perdebatan yang panjang oleh tokoh-tokoh penting Indonesia, di antaranya Muhammad Yamin, Soeroso, dan Soepomo.  

“Kedaulatan rakyat Indonesia dan Indonesia Merdeka adalah berdasar perikemanusiaan yang universeel berisi humanisme dan internasionalisme bagi segala bangsa.” 

Muh. Yamin dalam Rapat Besar, 29 Mei 1945

 

Dalam notulensi Risalah Sidang BPUPKI, proses pembentukan Dasar Negara Indonesia dimulai pada 28 Mei hingga 1 Juni 1945. Di dalam notulensi tersebut memuat panorama pemikiran, perasaan, dan ketetapan hati para pelopor kemerdekaan. Impian dan harapan, gambaran hari lalu dan visi masa depan juga mendapat tempat dalam usaha mendirikan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. 

Lantas bagaimana suasana dan perdebatan para tokoh pendiri bangsa dalam menentukan berdirinya bangsa Indonesia? Ikuti Membaca Kitab yang “Hilang” : Risalah BPUPKI untuk membaca kembali dan melihat bagaimana perjalanan sejarah terbentuknya bangsa Indonesia. Daftar di sini.

Dikutip dan disarikan berdasarkan buku kumpulan Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),  Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta 1998.

Let’s Save the Earth! oleh Wayang Motekar: Menutup Perhelatan Musim Seni Salihara 2022

Teater Salihara, 3 & 4 September 2022 | Sabtu & Minggu: 20:00 & 16:00 WIB

 

Jakarta, 7 September 2022 – Musim Seni Salihara menutup tirainya melalui pementasan wayang kontemporer oleh kurator dan  perupa asal Bandung, Herry Dim pada 04 September lalu setelah berjalan selama satu bulan lamanya. Melalui pertunjukan Let’s Save the Earth!, Herry Dim dan kelompok Wayang Motekar mempersembahkan perpaduan antara pertunjukan wayang konvensional dengan pemanfaatan teknologi digital berupa pemetaan video (video mapping).

Wayang Motekar sendiri merupakan sebuah karya rupa yang terbuat dari potongan plastik berwarna. Digagas pertama kali oleh Herry pada tahun 1991-1993 dan merupakan karya yang interaktif dan menarik di kalangan anak-anak; di mana di era tersebut mereka menggunakan medium OHP (Over Head Projector) untuk memantulkan dan menciptakan siluet yang berwarna-warni. Kebanyakan cerita-cerita Wayang Motekar yang dimainkan juga akrab terhadap dunia anak dan dimunculkan dengan tokoh-tokoh karikatur yang banyak menggambarkan sosok binatang.

Pada tajuk Let’s Save the Earth! dengan dalang Opick Sunandar Sunarya bercerita tentang kerusakan alam dan pentingnya merawat kelestarian bumi. Sebuah karya dengan wacana yang mudah dicerna namun selalu penting untuk dibahas berpuluh-puluh tahun ke depan.

“Masalah ancaman lingkungan hidup yang rusak sesungguhnya telah banyak diungkap berita ataupun uraian teks informatif lainnya. Tapi itu semua akan lain jika diungkap dengan seni, khususnya Wayang Motekar yang berlandas pada seni gambar,” jelas Herry Dim terkait pesan apa yang ingin diangkat dalam pertunjukan di Teater Salihara kemarin.

Tidak hanya mengandalkan kekuatan pesan dan proyeksi dari pemetaan video, pertunjukan Let’s Save the Earth! juga mengadaptasi berbagai unsur kesenian lain seperti instrumen band yang dimainkan secara langsung untuk membangun suasana dan adegan teatrikal yang menampilkan siluet gerakan tari oleh Ine Arini.

Penampilan tari Ine Arini dalam lakon Let’s Save the Earth! | Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

 

Sebagai acara puncak, pertunjukan Let’s Save the Earth berhasil menarik 223 penonton dan menjadi salah satu pertunjukan yang berhasil menarik lebih dari 200 penonton dalam dua hari pementasan. Respons baik ini juga disambut oleh para penikmat baru Komunitas Salihara yang baru pertama kali merasakan pengalaman menonton pertunjukan seni secara luring.

Ardhi (23), mahasiswa asal Pasar Minggu mengungkapkan pengalaman pertamanya yang membuat ia puas pada pertunjukan dan pameran yang dipersembahkan oleh Komunitas Salihara. “Pertunjukkan ini membuat saya terkesima. Hal ini didasari oleh cara penyajian yang diberikan sangat memanjakan mata dan telinga. Visual, musik, cahaya, dan bunyi yang disuguhkan membuat durasi 45 menit terasa sebentar.” Seperti Ardhi, melalui survei yang dibagikan kepada seluruh penonton pertunjukan,  pengunjung lainnya pun berharap agar Salihara tetap hadir secara konsisten membawakan karya-karya yang menawarkan konsep kebaharuan di Jakarta.

 

Tentang Wayang Motekar:

Pertama kali digagas oleh seniman rupa Herry Dim seusai pentas Metateater sepanjang 1991-1993, dan kali pertama dipentaskan pada 30 Juni 2001. Saat ini Wayang Motekar telah memasuki generasi keempat. Awalnya, Herry Dim menggunakan plastik sebagai bahan untuk membuat wayang hingga menghasilkan bayang-bayang berwarna dari sorot lampu pada layar. Eksperimen itu melahirkan pentas wayang yang semula dan pada umumnya berupa siluet menjadi warna-warni. Kini, pada Wayang Motekar generasi keempat bergerak menuju pertunjukan rupa dan bunyi.

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________

 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Membaca Kitab yang “Hilang” : Risalah BPUPKI

Terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari gagasan dan pemikiran para tokoh-tokohnya, seperti Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Radjiman dan tokoh lainnya. Gagasan dan pemikiran itu terkumpul dalam risalah dan notulensi sidang BPUPKI & PPKI. Misalnya gagasan tentang perumusan Pancasila atau mengenai Piagam Jakarta. Ibarat Kitab Suci Republik Indonesia, isi naskah ini sangat penting bagi sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Kita pantas bangga dan terharu dengan perdebatan yang terjadi di dalamnya.

Perjalanan pencatatan dan penerbitan naskah ini juga penuh lika-liku, sebelum pada 1998 setelah Reformasi, Sekretariat Negara menerbitkan edisi keempat yang lebih lengkap. Namun, adakah yang betul-betul membaca isi dari Risalah Sidang BPUPKI?

Program ini mengajak kita membaca kembali naskah Risalah BPUPKI untuk menemukan perspektif lebih kaya mengenai apa yang terjadi dalam bulan-bulan menentukan berdirinya bangsa Indonesia.

Jadwal

25 sesi setiap Selasa & Kamis,
04 Oktober – 22 Desember 2022
19:00 WIB
via Zoom

Tujuan

  • Melibatkan publik sebagai peserta aktif dengan membuka ruang partisipasi
  • Menyebarluaskan pengetahuan akan naskah BPUPKI-PPKI
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Selasa, 04 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 29 Mei 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia
Peran:
Narator, Muhammad Yamin, Soeroso.

LIHAT NASKAH

Kamis, 06 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 31 Mei 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia (lanjutan)
Pembicaraan tentang Daerah Negara & Kebangsaan Indonesia.
Peran:
Narator, Ki Bagoes Hadikoesoemo.

LIHAT NASKAH

Selasa, 11 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 31 Mei 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia (Lanjutan)
Pembicaraan tentang Daerah Negara & Kebangsaan Indonesia.
Peran:
Narator,  Soepomo.

LIHAT NASKAH

Kamis, 13 Oktober 2022
Masa Sidang Pertama
Rapat Besar, 31 Mei 1945
Acara :
Pembahasan tentang Dasar Negara Indonesia (lanjutan)
Pembicaraan tentang Daerah Negara & Kebangsaan Indonesia (lanjutan)
Peran:
Narator,  Muhammad Yamin.

LIHAT NASKAH

Selasa, 18 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 1 Juni 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia (Lanjutan)
Peran:
Narator,  Soekarno, Suara tepuk tangan.

LIHAT NASKAH

 

Kamis, 20 Oktober 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 10 Juli 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Bentuk Negara
Peran:
Narator, Radjiman, Soeroso, Soekarno, Yamin, Soekardjo Wirjopranoto, Wongsonagoro, Woerjaningrat, Oto Iskandardinata, Abikoesno, Ki Bagoes Hadikoesoemo.

LIHAT NASKAH

Selasa, 25 Oktober 2022
Rapat Besar, 10 Juli 1945
Lanjutan (Sidang Kedua, 10 Juni 1945)
Acara :
Pembicaraan tentang Bentuk Negara
Aktor:
Narator, Radjiman, Soesanto, Dahler, Muhammad Yamin, Radjiman, Singgih, Soeroso, Soekardjo Wirjopranoto, Soekarno, Soekiman, Latuharhary, Sanoesi, Nyonya Soenarjo, Woerjaningrat, Mansoer, Moezakir, Dasaad.

LIHAT NASKAH

Rabu, 26 Oktober 2022
Rapat Besar, 10 Juli 1945 (Lanjutan)
Acara :
Pembahasan tentang Wilayah Negara
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soekarno, Sanoesi, Woerjaningrat, Moezakir, Muhammad Yamin, Abdul Kaffar, Soemitro Kolopaking.

LIHAT NASKAH

Selasa, 01 November 2022
Rapat Besar, 11 Juli 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Wilayah Negara (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soeroso, Hatta, Soekarno, Muhammad Yamin, Soetardjo, Agoes Salim, Wedyodiningrat, Maramis, Sanoesi, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Rooseno, Mr. Besar.

LIHAT NASKAH

Kamis, 03 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 11 Juli 1945 (Lanjutan)
Acara :
– Persiapan penyusunan Rancangan Undang-undang Dasar
– Pembentukan Panitia Perancang Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Parada Harahap, Wedyodiningrat, Soemitro Kolopaking, Liem Koen Hian, Wongsonagoro.

LIHAT NASKAH: SESI 10 & SESI 11

 

Selasa, 08 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 11 Juli 1945 (Lanjutan)
Acara :
Persiapan Penyusunan Rancangan Undang-undang Dasar
Pembentukan Panitia Perancang Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Oei Tian Tjoei, Oei Tjong Hauw, Baswedan, Lim Koen Hian, Soekarno, Soerjo Hamidjojo, Abikoesno, Soeroso, Muhammad Yamin.

LIHAT NASKAH

 

Kamis, 10 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Panitia Hukum Dasar, 11 Juli 1945
Acara:
Pembicaraan tentang Rancangan Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Soekarno, Wongsonagoro, Maramis, Oto Iskandardinata, Soepomo, Singgih, Salim, Sartono, Latuharhary, Santoso, Djajadiningrat, Soebardjo, Soekiman, Wachid Hasjim.

LIHAT NASKAH

 

Selasa, 15 November 2022
Rapat, 13 Juli 1945.
Acara:
Pembicaraan tentang Rancangan Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Soesanto, Woerjaningrat, Wachid Hasjim, Agoes Salim, Soekiman, Djajadiningrat, Wongsonagoro, Oto Iskandardinata, Nyonya Santoso (Maria Ulfah), Parada Harahap, Latuharhary, Soekarno.

LIHAT NASKAH

 

Kamis, 17 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 14 Juli 1945
Acara:
Pembicaraan tentang Pernyataan Kemerdekaan
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soekarno, Hadikoesoemo, Muh. Yamin, Soerjo, Agoes Salim, Wiranatakoesoema, Abikoesno.

LIHAT NASKAH

 

Selasa, 22 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman, Soekarno, Hatta.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 24 November 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soepomo, Soeroso.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Selasa, 29 November 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soeroso, Soetardjo, Soekiman, Soepomo, Hatta, Soekardjo Wirjopranoto, Kolopaking, Boentaran.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 01 Desember 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Yamin, Soepomo, Soekardjo, Radjiman, Hatta, Soekarno, Dahler.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Selasa, 06 Desember 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman, Liem Koen Hian, Hatta, Dahler, Baswedan, Soekardjo Wirjopranoto, Soepomo, Soetardjo, Maramis.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 08 Desember 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman, Hatta, Soepomo, Radjiman, Soerdjohamidjojo, Soekardjo, Woerjaningrat, Soetardjo, Soerjohamidjojo, Abikoesno Tjokrosujoso, Hadikoesoemo.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Selasa, 13 Desember 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 16 Juli 1945
Acara:
Melanjutkan Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Radjiman, Soekarno, Soepomo, Hatta, Soetardjo, Muhammad Yamin.

LIHAT NASKAH: SESI 23 & SESI 24

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 15 Desember 2022
Lanjutan Lampiran-Lampiran
Keterangan:
Bagian ini berisi lampiran.
Aktor:
Narator, Soekarno, Kaityoo, Mohammad Hatta.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Program ini berkolaborasi dengan:

helatari-hero-2022-1

Undangan Terbuka Helatari Komunitas Salihara 2023

Komunitas Salihara membuka kesempatan seluas-luasnya kepada koreografer dan kelompok tari di seluruh Indonesia untuk menjadi peserta Helatari 2023. Peserta terpilih akan mendapatkan bantuan produksi dan kesempatan mementaskan karyanya pada Helatari Salihara 2023. Tim Kurator Salihara selalu mengupayakan mencari koreografer berkualitas yang berminat pada karya-karya inovatif.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Karya tari adalah karya baru yang berangkat dari khazanah tradisi maupun kontemporer.

  1. Tim Juri akan memilih 3 (tiga) koreografer/kelompok tari dengan proposal terbaik dan akan dipentaskan di Helatari Salihara 2023;
  2. Bantuan produksi untuk setiap koreografer/kelompok tari terpilih maksimal
    Rp 35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah);
  3. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara juga memberikan bantuan berupa
    fasilitas yang tersedia: ruang pentas dan fasilitas pendukungnya, promosi dan
    publikasi acara, dokumentasi (foto dan video), dan akomodasi di Wisma Salihara;
  4. Komunitas Salihara tidak menanggung biaya transportasi dan konsumsi koreografer
    /kelompok tari terpilih;
  5. Selama persiapan pementasan, koreografer/kelompok tari terpilih akan mendapatkan pendampingan dari Dewan Kurator Komunitas Salihara.
  1. Koreografer/kelompok tari adalah warga negara Republik Indonesia dan belum berusia 35 tahun pada 31 Desember 2023;
  2. Menulis konsep karya maksimal 1 halaman (400 kata);
  3. Menulis portofolio/CV koreografer/kelompok tari;
  4. Membuat surat pernyataan yang ditandatangani koreografer di atas kertas bermeterai Rp10.000 bahwa karya tersebut adalah karya asli, bukan jiplakan atau plagiat;
  5. Konsep karya, RAB produksi, CV dan portofolio koreografer/kelompok tari, dan 2 (dua)rekaman pertunjukan berupa tautan atau file dikirim ke opencall@salihara.org. Proposal dan berkas pelengkap dikirim dengan subjek Undangan Terbuka Helatari 2023_Nama koreografer/Kelompok Tari selambatnya 28 Desember 2022 pukul 23:59 WIB. Formulir pendaftaran, CV dan RAB produksi bisa diunduh di sini;
  6. Panjang karya tari kurang-lebih 30-50 menit;
  7. Karya tari belum pernah dipentaskan di Komunitas Salihara dan tidak sedang diikutkan dalam perlombaan lain;
  8. Jumlah keseluruhan tim produksi tidak lebih dari 12 orang (sudah termasuk koreografer, penari dan kru).
  1. Pengiriman proposal: 25 September-28 Desember 2022.
  2. Pengumuman: 15 Februari 2023*.
  3. Pentas: Juni-Juli 2023.

*Pengumuman diundur (semula tanggal 04 Februari)

Dewan Kurator Salihara.
  1. Undangan terbuka ini tidak berlaku untuk koreografer/kelompok tari yang termasuk keluarga inti karyawan Komunitas Salihara dan anggota Tim Juri.
  2. Keputusan Tim Juri tidak bisa diganggu gugat.
sakatoya web

Amongraga: Hadirkan Kolaborasi Teranyar dari Komunitas Sakatoya dan Ugo Untoro

Teater Salihara, 27 & 28 Agustus 2022 | Sabtu & Minggu: 16:00 & 19:00 WIB 

Jakarta, 30 Agustus 2022 – Setelah sempat tampil secara daring dalam Helateater 2021 lalu, kali ini Komunitas Salihara berhasil menghadirkan kelompok teater asal Yogyakarta Komunitas Sakatoya secara luring. Berkolaborasi dengan seniman yang berasal dari daerah yang sama yakni Ugo Untoro, Komunitas Sakatoya hadir membawakan pertunjukan Amongraga pada Sabtu dan Minggu lalu, disaksikan oleh -+200 penonton.

Amongraga merupakan pementasan yang diambil dari kisah dalam Serat Centhini. Kisah ini tentang pelarian salah satu putra raja dari Kerajaan Giri yang kalah perang melawan Kerajaan Mataram. Pada pelariannya, Amongraga melakukan semadi dan tirakat di dalam goa. Dalam kisah ini Amongraga tidak sendirian, ia ditemani oleh dua pengikut setianya; Jamal dan Jamil yang juga membangun sebuah perguruan selama Amongraga bersemadi. Kisah ketenaran Amongraga pun akhirnya meluas dan terdengar oleh Raja Mataram yang akhirnya mengutus pasukannya untuk mencari Amongraga dan mengakhiri kisah pelariannya.

Komunitas Sakatoya menggunakan medium boneka pertunjukan karya seniman Ugo Untoro. Bagi Sakatoya sendiri, bermain dengan boneka Marionette merupakan hal yang baru dan Teater Salihara merupakan panggung perdana dalam menampilkan bentuk kolaborasi ini.

“Ya, ini kali pertama bagi kami berkolaborasi dengan mas Ugo, pun juga kali pertama berhadapan dengan marionette. Rasanya sungguh luar biasa, karena ada banyak tantangan yang muncul dan harus kami selesaikan seiring berjalannya proses. Kolaborasi ini terjadi karena dikawinkan oleh Salihara yang membaca marionette mas Ugo sebagai potensi pertunjukan.”

“Meski kami pernah menciptakan teater boneka  di tahun 2018, dengan material limbah sampah plastik, tetapi menghadapi marionette mas Ugo adalah pengalaman baru bagi kami. Terlebih marionette mas Ugo adalah barang sudah jadi, yang hadir dalam berbagai varian anatomi dan gaya, ada marionette yang bergaya barat, ada pula yang timur. Perbedaan itu mempengaruhi sekali bagaimana marionette itu harus dimainkan.”

Pentas Amongraga ini terbagi ke dalam lima babak yang terjadi di dua lokasi yang berbeda yakni; Serambi Salihara dan Teater Salihara. Pada babak pertama, pengunjung akan dibagi ke dalam tiga kelompok di ruang Serambi. Sembari dijamu oleh minuman kunyit asam, pengunjung disambut oleh tiga orang dalang yang memperkenalkan sosok Amongraga melalui tiga buah boneka yang berbeda rupa. Setelah babak satu selesai, kru panggung akan mengajak pengunjung berpindah ke dalam Teater Salihara. Di dalam teater, pengunjung akan menikmati alur pertunjukan sesuai dengan kelompok masing-masing. tiap kelompok diwakilkan oleh tiga warna: biru, merah, dan hijau; setiap warna akan mengikuti urutan cerita yang berbeda-beda.

Tidak hanya boneka marionette yang berukuran kecil, menjelang akhir pertunjukan, Komunitas Sakatoya juga menghadirkan boneka berukuran manusia yang juga turut merepresentasikan sosok Amongraga yang akan dimasukkan ke dalam bronjong (keranjang yang terbuat dari anyaman bambu) sebagai bentuk hukuman dari Raja Mataram karena telah meninggalkan sifat-sifat kemanusiaannya. Pentas dengan mobilisasi yang unik ini pun diadakan sebanyak empat kali dengan dua pertunjukan setiap harinya. 

 

Tentang Komunitas Sakatoya:

Komunitas Sakatoya adalah kolektif seni yang bergerak di wilayah manajemen produksi kesenian dan produksi karya teater. Semenjak 2018 karya-karya teater Sakatoya berfokus pada isu ekologi dengan berpijak pada dramaturgi keterlibatan penonton. Karya teater yang sudah dipentaskan antara lain: Octagon Syndrome (2018, Hibah Seni PKKH UGM), Karnaval Terakhir (2018/2019), Cosmicpollutant (2018, Pesta Boneka #6/2019, ARTJOG MMXIX), Egg of Damselflies (2020, PUPA Puppet Lab), The Happy Family (2018, FKY #30/2019; FTRN, ISI Yogyakarta/2021, Helateater, Komunitas Salihara). Karya lainnya ialah MEMINDAI (Instalasi interaktif) & Pura-Pura Radio #1 yang ditampilkan pada Pameran Asana Bina Seni: “Your Connection Was Interrupted”, Yayasan Biennale Yogyakarta (2020).

Pada 2021, Sakatoya berkolaborasi secara virtual bersama kelompok teater dari Inggris, Zoo Co dalam pentas Care Krisis, yang merupakan salah satu proyek terpilih program Connecting through Culture Grant 20/21 British Council. Masih di tahun yang sama, Sakatoya juga terlibat menjadi Pengarah Artistik dan Program Publik untuk Pameran Arsip Game of The Archive di Biennale Jogja XVI – Equator #6 2021. Di wilayah manajerial, Sakatoya mengelola dua program, yakni Partnership Program dan In-house Program. Melalui kedua program tersebut, Sakatoya aktif melakukan kerja-kerja manajemen produksi bersama seniman/kelompok dari bidang seni apapun, baik lokal, nasional maupun internasional.


Tentang Ugo Untoro:

Ugo adalah perupa asal Yogyakarta, karyanya juga berupa benda tiga dimensi, instalasi dan seni video. Karya-karyanya dipamerkan di luar negeri, di antaranya Amerika Serikat, Cina, Prancis, Singapura, Malaysia, Italia, Korea Selatan dan Jepang. Ugo Untoro mendapat beberapa penghargaan, di antaranya The Juror Attention pada Philip Morris Award (Jakarta, 1994), The Best 5 Finalist of Philips Morris Award (Jakarta, 1998) dan Man of The Year 2007 oleh majalah Tempo. Ia menciptakan karya baru dalam bentuk marionette dengan judul Jessica dan Bromocorah (2021), keduanya muncul sebagai karya seni rupa yang dipamerkan di Galeri Sika, Bali.

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jb2023

Open Call Salihara Jazz Buzz 2023: Pertukaran/Exchange

Mencari Bentuk Estetika Baru dalam Musik Jazz Tanah Air

Penutupan pendaftaran: 25 September 2022

 

Jakarta, 29 Agustus 2022 – Salah satu program unggulan yang mendapat tanggapan dan perhatian besar dari publik terkait Komunitas Salihara Arts Center adalah Salihara Jazz Buzz; sebuah festival jazz tahunan yang menampilkan pilihan genre, komposisi dan presentasi konsep musik baru. Tahun ini menjadi tahun yang spesial bagi Salihara Jazz Buzz sebab kami telah merayakan perjalanan satu dekade festival kami di tahun ini. Berkaca dari suksesnya acara Salihara Jazz Buzz 2022 digelar, kini Komunitas Salihara kembali membuka kesempatan dan mengundang musisi-musisi Jazz termasuk grup-grup muda di seluruh tanah air untuk mempresentasikan musik mereka dalam Salihara Jazz Buzz 2023.

Sejak 2016, Salihara Jazz Buzz selalu mengusung ide besar Jazz Sans Frontières, sebuah gagasan dan konsep musikal “lintas-batas”. Hal tersebut menjadikan Salihara Jazz Buzz sebagai salah satu acara yang paling diminati oleh pemirsa seni Komunitas Salihara. Undangan terbuka Jazz Buzz berawal dari 2019 dengan harapan ingin membuka kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh musisi muda tanah air untuk menambah warna dalam bermusik jazz. Tema Pertukaran ini menjadi bukti nyata bahwa Salihara Jazz Buzz ingin menampilkan sifat jazz yang mampu menjelajah ke genre musik lain.

Kurator Musik dan Tari Komunitas Salihara, Tony Prabowo mengatakan tujuan dari diadakannya panggilan terbuka (open call) adalah untuk menampung seluas-luasnya para musisi jazz muda yang berkualitas dan memiliki minat akan konsep kebaharuan. Ia juga berharap agar Salihara bisa memberikan suguhan yang berkualitas di tengah banyaknya festival jazz di negeri ini.

 “Salihara sebagai penyelenggara pesta kesenian, tentu harapannya bisa memberikan suguhan yang segar, berkualitas, kebebasan berekspresi dan menawarkan konsep-konsep kebaharuan untuk masyarakat peminat musik dan peminat seni seluas-luasnya, di tengah banyaknya festival-festival jazz di negeri ini. “

Melalui Undangan Terbuka, Salihara Jazz Buzz memperluas proses kuratorial untuk mencari grup yang dapat menawarkan warna baru yang sesuai dengan tema kali ini. Bagi para grup yang terpilih nantinya, Salihara akan mengundang musisi senior untuk berkolaborasi atau memberikan bimbingan dalam 2-3 karya yang sudah dipilih. Tiap grup akan mendapatkan bimbingan oleh satu musisi senior.

Grup terpilih akan mendapatkan bantuan produksi maksimal Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) disesuaikan dengan besaran ensambel. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara juga memberikan bantuan berupa fasilitas yang tersedia: ruang pentas dan fasilitas pendukung, promosi dan publikasi acara, dokumentasi, serta akomodasi di Wisma Salihara. 

Untuk bisa menjadi bagian dari Salihara Jazz Buzz calon pendaftar adalah warga negara Republik Indonesia dan belum berusia belum berusia 35 tahun pada tanggal 31 Desember 2023 dan menampilkan materi konser paling sedikit 4 (empat) karya baru, termasuk aransemen atau komposisi ulang yang mengandung unsur kebaharuan. Durasi konser maksimal 70 menit dengan format grup mulai dari 2 (dua) hingga 12 (dua belas) musisi.    

Musisi yang tertarik dapat mendaftarkan dirinya dengan mengikuti prosedur yang tertera di laman salihara.org mulai dari 30 Juli 2022 s.d. 25 September 2022. Undangan terbuka ini tidak berlaku untuk anggota keluarga inti karyawan Komunitas Salihara dan anggota Tim Juri. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

fitrimss

Visualisasi Pengalaman Ketindihan Lewat Tari Sleep Paralysis oleh Fitri Setyaningsih

Teater Salihara, 20 & 21 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)

Jakarta, 24 Agustus 2022 – Setelah lama tidak tampil di Komunitas Salihara sejak 2016 lalu, Fitri Setyaningsih akhirnya hadir kembali membawakan pertunjukan tari Sleep Paralysis. Karya ini sukses ditampilkan di hadapan 137 penonton  pada Sabtu (20 Agustus) dan Minggu (21 Agustus) lalu. Fitri tampil bersama timnya Fitri Dance Work, ia mengungkapkan rasa senangnya setelah tampil dan merasakan energi yang begitu positif mendukung kekaryaannya. 

Sleep Paralysis berangkat dari pengalaman ketindihan yang dialami oleh Fitri, di mana tubuh tidak bisa bergerak, mulut tidak bisa mengeluarkan suara tapi mata mampu mengamati kejadian di sekitarnya. Fitri mengolah ide ini selama dua tahun sejak 2020, berangkat dari pengalaman ketindihan yang kembali ia rasakan setelah 20 tahun tidak mengalami fenomena tersebut. Dalam mempersiapkan penampilan ini, Fitri mengolah pengalaman tersebut lewat latihan yang intensif selama tiga bulan dibantu oleh tim Fitri Dance Work.

“Tiga bulan memasuki ruang di antara dengan tim kerja yang sangat intens dan intim. Hampir setiap hari pada jam 6 sore hingga 12 malam kami berlatih (berusaha) membongkar dan menyerap intisari (fenomena ketindihan) dari sumber-sumber cerita maupun sumber medis yang semuanya masih dalam misteri.” 

Pertunjukan yang dilangsungkan di Teater Salihara ini berlangsung selama 35 menit yang dibuka dengan dua orang penampil berjalan pelan di atas tiga buah plat stainless berukuran besar yang dapat memantulkan bayangan dari sang penampil. Suasana pertunjukan dibangun misterius serta mencekam lewat instrumen yang repetitif dan bersuara keras. Semua dibalut begitu sempurna oleh koreografi yang ditampilkan Fitri Setyaningsih dan Luluk Ari Prasetya dengan gerakan tubuh yang menekan ke dalam, menarik ke atas dan ke bawah.

“Kami ingin membangun ruang suara yang menggetarkan isi panggung dan menggema di angkasa. Pilihan-pilihan gerak yang menekan ke dalam, menarik ke atas ke bawah dan upaya menghadirkan dimensi ruang yang berlapis dengan set plat stainless yang tertembak cahaya dan tertanam dalam lantai yang hitam dan besar.” Terang Fitri menjelaskan alur dari pentas Sleep Paralysis-nya.

Suasana di dalam ruang Teater Salihara juga dirasakan oleh beberapa penonton yang hadir dan ikut hanyut ke dalam emosi yang Fitri dan tim bangun. Salah satunya adalah Firda (25), karyawan swasta yang mengatakan bahwa menonton pertunjukan seperti ini memang sebaiknya dilakukan secara luring karena emosi yang ingin disampaikan jauh lebih terasa.

 “Bagus, dan langsung menangkap bahwa inilah yang namanya sleep paralysis. Lalu menurut aku (pertunjukan) secara offline itu lebih kerasa seperti tadi misalnya kalau sound seperti itu pasti tidak akan dapat feel-nya kalau aku tidak langsung menonton di sini.”

Selain Sleep Paralysis oleh Fitri Setyaningsih, Komunitas Salihara masih menyediakan dua pertunjukan luring yang dapat disaksikan setiap Sabtu dan Minggu hingga 04 September 2022 yakni: Amongraga oleh Komunitas Sakatoya dengan Ugo Untoro dan Let’s Save the Earth oleh Wayang Motekar. Tiket kedua pertunjukan ini bisa dipesan lewat musimseni.salihara.org

 

Tentang Fitri Setyaningsih:

Aktif mengembangkan gagasan dan kerja tubuh yang tak hanya mendalami tari, tapi juga melintasinya dalam praktik penelusuran makna tubuh pada semasa waktu dan kesegaran perkembangannya. Ia memadukan interaksi tubuh dengan berbagai sumber kekuatan seperti produksi suara/bunyi, seni konseptual, atau ranah eklektik lainnya. Bahkan beberapa prosesnya tanpa ragu menyentuh ruang ilusi, magis, hingga mistik. 

Ia telah melahirkan berbagai karya baik dalam panggung konvensional maupun site-specific dan terpilih sebagai salah satu seniman berpengaruh di Indonesia versi majalah Tempo (2011). Fitri juga bereksplorasi dalam kerja sinematografi dengan karya film tari terbarunya berjudul Kinjeng Tangis yang tayang perdana (online) dalam Borobudur Writers & Culture Festival (2020) dan Watu Gamping (Bilangan Tak Terhingga) yang tayang perdana dalam Indonesian Dance Festival (2021). Karya tersebut hingga detik ini juga masih berproses baik dari segi riset dan kerja tubuh yang tidak menutup kemungkinan untuk menjelajahi panggung pertunjukan secara langsung, dan ruang-ruang alternatif dengan kemungkinan-kemungkinan persinggungan interdisiplinnya.

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

helateater-web banner

Undangan Terbuka Helateater Salihara 2023 “Teater Objek”

Helateater Salihara adalah festival kecil dua-tahunan yang diniatkan menjadi ruang tumbuh bagi pelaku teater di Indonesia. Setiap edisi Helateater dibingkai dalam tema yang selalu berbeda. Tiga edisi terakhir Helateater diselenggarakan melalui format undangan terbuka yang ditujukan untuk pelaku teater berusia muda. 

Pada 2023 Helateater Salihara mengambil tema “Teater Objek” yang terbuka untuk karya-karya pertunjukan teater berbasis objek, seperti benda sehari-hari hingga temuan, wayang, boneka dan sejenisnya sebagai penyampai teks kepada penonton. 

Undangan Terbuka Helateater 2023 diharapkan dapat menjadi panggung bagi pelaku teater berusia muda di Indonesia untuk menunjukkan karya dan kreativitas mereka.

 

Batasan

Karya belum pernah dipresentasikan, tetapi bisa sebagai perkembangan karya sebelumnya.

Ketentuan

  1. Tim Juri akan memilih maksimal 4 (empat) kelompok dengan proposal terbaik.
  2. Helateater Salihara 2023 “Teater Objek” akan diselenggarakan pada Maret-April 2023.
  3. Presentasi karya secara luring menjadi pilihan saat ini dengan fleksibilitas menimbang situasi pandemi Covid-19.
  4. Bantuan produksi untuk setiap kelompok terpilih maksimal Rp 35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah).
  5. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara memberikan bantuan fasilitas yang tersedia berupa ruang pertunjukan dan fasilitas pendukungnya, promosi dan publikasi acara, dokumentasi (foto dan video), dan akomodasi di Wisma Salihara.
  6. Komunitas Salihara tidak menanggung biaya transportasi dan konsumsi kelompok terpilih.
  7. Selama persiapan pementasan, kelompok terpilih akan mendapatkan pendampingan dari Dewan Kurator Komunitas Salihara.

Persyaratan

  1. Sutradara adalah warga negara Republik Indonesia berusia maksimal 35 tahun pada 31 Desember 2023.
  2. Mengirimkan konsep karya, RAB produksi, portofolio/CV sutradara dan kelompok teater ke: opencall@salihara.org dengan subjek: Undangan Terbuka Helateater 2023_Nama Sutradara/Kelompok Teater selambatnya 18 November 2022 pukul 23:59 WIB. Formulir pendaftaran, CV dan RAB produksi bisa diunduh di sini.
  3. Membuat surat pernyataan yang ditandatangani sutradara di atas kertas bermeterai Rp10.000 bahwa karya tersebut adalah karya asli, bukan jiplakan atau plagiat.
  4. Durasi karya minimal 30 menit dan maksimal 60 menit.
  5. Karya tidak sedang diikutkan dalam perlombaan lain.
  6. Jumlah keseluruhan tim produksi tidak lebih dari 12 orang (sudah termasuk sutradara, pemain, dan kru).

Lini Masa

Pengiriman proposal: Agustus-18 November 2022
Pengumuman: 5 Desember 2022
Persiapan pementasan karya: Desember 2022-Maret 2023.
Pementasan: Maret/April 2023

Tim Juri

Dewan Kurator Salihara

Lain-Lain

  1. Undangan terbuka ini tidak berlaku untuk sutradara dan kelompok teater yang termasuk keluarga inti karyawan Komunitas Salihara dan anggota Tim Juri.
  2. Keputusan Tim Juri tidak bisa diganggu gugat.
marisa

Melewati Masa-masa Kritis bersama Alunan Nada dari Bar(u)atimur Ensemble

Pengaba & Komposer: Marisa Sharon Hartanto
Vokal: Ardelia Padma Sawitri
Vokal & Gong: Dinar Rizkianti
Suling & Tarawangsa: Sofyan Triyana
Bonang: Marcia Dewi 
Saron: Teberia Sinulingga 
Flute: Ronny Gunawan
Violin: Tamariska Kristianto & Arya Kitti 
Viola: Hesti Katarina
Selo: Rachman Noor 
Teater Salihara, 13 & 14 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)

 

Jakarta, 15 Agustus 2022 – Masa kritis pandemi telah menemukan titik akhir, saat ini Indonesia memasuki tahap pemulihan di mana segala hal berangsur pulih dan kembali normal seperti di awal tahun 2020. Melalui pertunjukan Lewat Masa Kritis oleh Bar(u)atimur Ensemble pada 13 dan 14 Agustus lalu, kita seolah diajak untuk mengingat kembali masa-masa awal pandemi tersebut yang begitu mencekam serta menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian.

Pertunjukan Lewat Masa Kritis menjadi satu-satunya pertunjukan musik luring dalam rangkaian festival Musim Seni Salihara 2022. Dipimpin oleh Marisa Sharon Hartanto sebagai seorang pengaba dan komposer, acara ini sukses menarik perhatian 166  penonton. Tidak hanya bagi Salihara yang akhirnya sukses membawakan pertunjukan musik secara langsung kembali, pasca-pertunjukan pun antusiasme ini  juga dirasakan oleh Sharon bersama dengan timnya. 

Bermain di masa pandemi tentu dirasa Sharon lebih menantang dibanding konser di masa sebelumnya. Banyak hal yang perlu diperhatikan, apalagi bila bermain dengan massa yang terbilang banyak. Maka dari itu, terselenggaranya pertunjukan ini pada Sabtu dan Minggu lalu membuat wanita lulusan Royal Holloway Institute of London ini begitu senang dan puas.

“Senang sekali, namun tantangannya adalah kalau mempersiapkan konser di masa pandemi ini kekhawatiran bertambah, karena konser bisa langsung batal bila ada pemain yang sakit, dan akan sangat repot bila harus mengubah tanggal dan sebagainya.”

Lewat Masa Kritis merupakan perpaduan antara musik timur seperti gong, tarawangsa, dan  gamelan Sunda degung temprak yang diharmonisasikan dengan instrumen barat seperti flute, violin, viola dan selo. Dalam pertunjukan ini, ensambel juga dilengkapi dengan dua orang vokal. Gabungan  instrumen antar dua budaya seolah menarasikan akan kesamaan baik Timur dan Barat yang sama-sama berjuang melewati masa kritis pandemi Covid-19. Dalam keterangan resmi, permainan yang dibawakan pada pertunjukan kali ini ingin membawa makna bahwa ketegangan dan suasana yang naik turun akan berakhir dengan munculnya sinar harapan dan doa untuk segera melewati masa pandemi ini. 

 

Tentang Bar(u)atimur Ensemble:

Merupakan permainan gabungan kata dari kata “baru”, “barat” dan “timur” di mana unsur “baru” menjadi utama, serta Barat dan Timur dilebur walau tidak menjadi acak, masing-masing berdiri sendiri tetapi bersatu melalui satu huruf “t” di tengah. Grup ini dikepalai oleh Marisa Sharon Hartanto yang berperan sebagai pengaba serta komposer. Konsep instrumentasi ensambel menjadi pondasi dasar terbentuknya grup ini. Grup ini dilengkapi oleh anggotanya yang berasal dari lintas tradisi serta bersedia untuk keluar dari zona nyaman masing-masing, mengeksplorasi pertemuan antar kedua tradisi; Barat dan Timur.

 

Tentang Marisa Sharon Hartanto:

Dilahirkan di Jakarta pada 1986 dan saat ini berdomisili di Jakarta. Pada 2013, ia menyelesaikan gelar Magister Komposisi di Royal Holloway University di London. Ia juga meraih gelar Sarjana Farmasi dan Profesi Apoteker dari Universitas Indonesia dan Sertifikat Master Arranging & Orchestration dari Berklee College of Music. Sebagai komposer, konduktor dan pianis, Sharon mengelola sebuah studio musik untuk anak-anak bernama Canzona Music School dan mendirikan Perempuan Komponis, sebuah platform bagi komposer wanita Indonesia, bersama empat rekannya.

Ia juga mendapatkan penghargaan, di antaranya, adalah pemenang BBC Concert Orchestra Baroque Remixed Project 2012 dan penghargaan dari Royal Holloway’s Travel Award: Dame Felicity Lott’s Bursary untuk conducting. Pada 2013 ia ditunjuk sebagai salah satu komponis associate dari London Symphony Orchestra Soundhub’s Phase II. Karya-karyanya telah ditampilkan di dalam dan di luar negeri, seperti London, Skotlandia, Taiwan, Belgia, Australia, Thailand dan Amerika Serikat.

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jozz mercy1

Interaksi antara Tubuh dan Ruang dalam Performing Spiral

Koreografer: Josh Marcy
Penampil: Althea Sri Bestari, Florentina Windy, 
Nudiandra Sarasvati, Syanindita Prameswari
Kolaborator Artistik: Taufik Darwis
Komposer: Arham Aryadi
Lighting design: Deden J. Bulqini
Kostum: IyoNono
Manajer Produksi: Christy Ratna Gayatri

Teater Salihara, 06 & 07 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)

 

Jakarta, 06 Agustus 2022 – Musim Seni Salihara memasuki babak pertama dalam festival seni yang berlangsung selama satu (1) bulan lamanya. Gelaran ini dibuka dengan penampilan pembuka dari koreografer dan seniman tari, Josh Marcy lewat pertunjukan Performing Spiral pada 6 dan 7 Agustus lalu. Karya yang berlangsung selama 80 menit ini berbicara mengenai hasil riset sang koreografer yang telah ia lakukan sejak 2018.

Pertunjukan pembukaan ini menjadi titik awal bagi Komunitas Salihara dalam menyuarakan semangat berkesenian luring pasca-pandemi. Pertunjukan ini meninggalkan beragam kesan terhadap 240 orang yang hadir dalam dua hari pertunjukan. Pertunjukan ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dan politisi seperti Inayah Wahid, Slamet Rahardjo, Saras Dewi, Hilmar Farid, dan Rangga Riantiarno.

Cahyo, salah satu penonton Performing Spiral, turut merasakan energi di dalam pementasan tersebut dan menangkap bahwa dalam menyampaikan sesuatu bisa dilakukan dengan medium yang beragam. “Acara tadi itu sangat membuat saya berpikir bahwa dalam gerak ada momen atau bahasa yang bisa disampaikan dengan cara-cara yang sangat beragam (seolah) gerak memiliki motivasi untuk menyampaikan maksud-maksud tertentu. Itu yang saya rasakan tadi.” 

Josh Marcy, bercerita mengenai latar belakang akan kekaryaan termutakhirnya “Berawal dari ketertarikan terhadap dialog antar tubuh dan ruang, saya kemudian mencatatkan beberapa material gerak yang signifikan mengenai bagaimana tubuh dan mekanismenya berdialog terhadap ruangnya – baik internal maupun eksternal. Salah satunya adalah gerak spiral.”

“Saya mempelajari dan mengalami bagaimana kemampuan tubuh melakukan gerak rotasi ini merupakan salah satu hal penting dalam membentuk proses rekognisi. Dalam hal ini, gerak spiral membuka akses sirkulasi pada tubuh terhadap ruang di sekelilingnya, serta kemungkinannya untuk berinteraksi dengan tubuh dan subjek lain”, lanjut Josh.

Sebagai sebuah karya seni Performing Spiral tidak hanya hadir sebagai sebuah objek pertunjukan saja melainkan dapat diinterpretasikan sebagai sebuah praktik terbuka dan refleksi tubuh yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari. 

Sang koreografer berharap bahwa karya ini dapat mengundang keterlibatan penonton di dalam praktik ketubuhan spiral dan berinteraksi seturut dengan subjektivitasnya masing-masing – baik secara intelektual, sensori, maupun respon kreatif lainnya. 

 

Tentang Josh Marcy:

Seorang seniman tari yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Praktik artistiknya berada di seputar pembacaan kritis mengenai “apa itu tubuh” dan “apa itu ruang”, serta bagaimana dialog antar keduanya membentuk realita. 

Josh mengembangkan riset gerak yang diberi tajuk Body/Space; sebagai sebuah pendekatan artistik terhadap medium ketubuhan. Riset ini yang kemudian diterapkan ke dalam berbagai proses kreatif yang ia lakukan, baik dalam penciptaan karya maupun dalam pelatihan gerak sehari-hari. Praktik artistiknya merujuk pada proses rekognisi – untuk merefleksikan, mengalami, serta membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, yang menjadi bagian maupun realita yang lain.

Beberapa karyanya telah dipertunjukan di berbagai program kesenian, antara lain : Pedestrian di Jakarta Dance Meet Up Reguler and Jakarta Dance Meet Up selection (2017-2018), Spasial di Komunitas Salihara (2018), The Meeting di Jakarta Dance Extravaganza (2019), Side To side, In Scale di Bintaro Design District (2019). Sejak 2018, Josh juga terlibat dalam konstelasi seniman kolaborator di dua karya koreografer Jerman, Isabelle Schad, yaitu Reflection dan Inside Out

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org