budi

Menggali Pengetahuan di Dunia Digital melalui Kelas Filsafat Salihara Putaran Ketiga

Pengampu: F. Budi Hardiman

kelas.salihara.org | Setiap Sabtu, 05, 12, 19, 26 November 2022

 

 

Jakarta, 13 Oktober 2022 – Sukses dengan putaran pertama dan kedua Kelas Filsafat tahun ini, Komunitas Salihara kembali hadir dengan putaran ketiga dengan tajuk Epistemologi: Pengetahuan dan Dunia Digital. Kelas Filsafat Salihara tahun ini membahas kaitan antara kehidupan kita dengan dunia digital dan bagaimana filsafat memandang semua itu. 

Setelah kita membahas aspek antropologi dan etika dalam dua putaran sebelumnya, pada putaran ketiga atau putaran terakhir ini kita akan membahas perihal epistemologi atau bagaimana duduk perkara pengetahuan kita jika dikaitkan dengan dunia digital. Tindak komunikasi kita atau bagaimana cara kita mendapatkan dan memanfaatkan pengetahuan akan ditilik dari berbagai sudut yang terpenting.

Melalui kelas ini kita akan mendapatkan berbagai perspektif pengetahuan dunia digital ditilik dari psikoanalisis Freud, fenomenologi Merleau-Ponty, komunikasi ganda ala Luhmann hingga etika Kantianisme dalam dunia digital melalui pemikiran Jurgen Habermas. Bagi peserta yang belum pernah mengikuti dua putaran sebelumnya, putaran ketiga ini tetap bisa diikuti secara lengkap.

Kurator Edukasi dan Gagasan, Zen Hae mengatakan bahwa Kelas Filsafat Salihara ini diadakan sebagai bagian dari pendidikan alternatif tentang bidang-bidang seni dan pengetahuan yang mungkin tidak bisa kita dapatkan di lembaga resmi atau kampus/sekolah. 

“Kami merancang kelas-kelas yang sebisa mungkin memberikan pengetahuan dan pencerahan baru kepada khalayak. Terutama Kelas Filsafat, ini adalah kelas yang sangat menjanjikan untuk menumbuhkan dan merawat daya kritis kita di tengah dunia yang penuh godaan, bukan hanya kehidupan modern yang kapitalistik-konsumerisme, tetapi juga hasrat beragama yang kelewat merangsek ruang publik sebagaimana terjadi akhir-akhir ini.”

Diharapkan melalui kelas ini peserta bisa menumbuhkan perspektif yang kritis dan memperluas wawasan melalui empat pertemuan yang terbagi sebagai berikut:

 

Freud dan Media Sosial | 05 November 2022 | 13:00 WIB

Kebebasan komunikasi di dunia digital telah mengangkat “id” atau bagian irrasional manusia ke ranah publik yang seharusnya dikendalikan oleh “ego” dan “superego”. Kuliah ini adalah sebuah eksperimen untuk menginterpretasi komunikasi dalam dunia digital dengan psikoanalisis Freud. Bagaimana teknologi digital meningkatkan sekaligus memerosotkan pengenalan kita akan orang lain?

 

Merleau-Ponty dan Perjumpaan Digital | 12 November 2022 | 13:00 WIB

Teknologi digital telah memungkinkan multiplikasi perjumpaan yang tidak tergantung lokalitas tertentu. Sejauh mana perjumpaan digital mendukung pengenalan akan orang lain dan sejauh mana memiskinkan pengenalan itu? Kuliah ini akan menggali ambivalensi epistemis ini.

 

Luhmann dan Sistem Digital | 19 November 2022 | 13:00 WIB

Komunikasi digital membuat kita makin terbiasa dengan komunikasi sebagai sistem. Pandangan Luhmann bahwa bukan orang-orang yang berkomunikasi, melainkan komunikasi berkomunikasi dengan komunikasi banyak menjelaskan apa yang terjadi dalam dunia digital. Kuliah ini akan mendiskusikan hal itu.

 

Habermas dan Demokrasi Digital  | 26 November 2022 | 13:00 WIB

Apakah etika diskursus mengantisipasi moralitas dalam dunia digital? Dapatkah teknologi digital membawa kita kepada kosmopolitanisme yang dicita-citakan pada filsuf Kantian termasuk Habermas? Kuliah ini akan membahas kemungkinan itu tanpa melewatkan tantangan-tantangan realnya.

 

Tentang Pengampu

Budi Hardiman adalah alumnus Hochschule für Philosophie München. Penulis belasan buku filsafat, salah satunya Filsafat Modern (2004) Buku terbaru: Aku Klik maka Aku Ada. Ia kini mengajar di Universitas Pelita Harapan.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Chairil-banner web

Mengenal Lebih Dalam Sosok Chairil Anwar

Mengenal Lebih Dalam Sosok Chairil Anwar 
lewat Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil Anwar
Youtube Salihara 

 

Jakarta, 04 Oktober  2022 – Pesona dari penyair Chairil Anwar masih terus menggema bahkan lebih dari 70 tahun pasca-kematiannya. Sajak Chairil telah menjadi pendobrak perkembangan sastra Indonesia. Ia melahirkan karya-karya yang banyak menginspirasi perkembangan seni masa kini seperti film, teater, tulisan dan sebagainya. Untuk merayakan 100 tahun kelahiran sang penyair, Komunitas Salihara hadir dalam Siniar Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil Anwar

Siniar yang dipandu oleh Manajer Galeri Komunitas Salihara, Ibrahim Soetomo akan mengajak pendengar untuk bersama mengenal sosok Chairil lebih dalam lewat paparan tokoh-tokoh yang akan menceritakan pengalaman mereka dengan sang legenda. Program ini akan dibagi ke dalam tiga episode dengan jadwal tayang sbb:

Episode 1:  Putri Minangsari | Tayang: 10 Oktober 2022

Pertemuan Putri Minangsari dan karya Chairil Anwar dimulai sejak bangku Sekolah Dasar lewat puisi “Aku”. Puisi tersebut kerap menginspirasi serta menjadi sumber penguatan Putri selama masa remajanya. Episode ini juga akan melihat karya-karya Chairil Anwar yang menjadi pilihan Putri, seorang penari Bali dan penulis yakni; Sia-sia, Doa, Taman, dan Sajak Putih.

Episode 2: Hamzah Muhammad | Tayang: 17 Oktober 2022

Sebagai seorang penerjemah dan penyair, Hamzah banyak menemukan relevansi antara sajak Chairil dengan kehidupan sehari-harinya. Hamzah akan menghadirkan tiga puisi Chairil sebagai sajak pilihan yakni Lagu Biasa, Prajurit Jaga Malam, dan Aku Berkisar Antara Mereka. Bagi Hamzah, ketiga puisi ini memiliki benang merah dengan peristiwa sehari-hari yang ia alami. Siniar ini juga akan memperlihatkan bagaimana pertemuan awal sang penulis buku Hompimpa Alaium Gambreng dengan karya Chairil.

Episode 3: Dewi Anggraeni | Tayang: 24 Oktober 2022

Diskusi dengan Dewi Anggraeni akan menjadi episode penutup dalam Ngomong-ngomong Soal putaran kedua. Sebagai seorang dosen Program Studi Jepang, Universitas Indonesia, Dewi mendalami karya-karya Chairil saat dirinya sedang meneliti hubungan Jepang dan Indonesia di masa Penjajahan Jepang. Dalam pandangan Dewi, karya-karya Chairil yang bertemakan bahari memiliki kesan tersendiri yang berbeda dengan penggambaran wacana laut di sastra-sastra lainnya; seperti karya bertema laut oleh Chairil namun bersudut pandang dari daratan. Sajak-sajak ini bisa dilihat dalam karya Chairil yang berjudul; Buat Album D.S., Kabar dari Laut, Cintaku Jauh di Pulau, dan Senja di Pelabuhan Kecil.

 

Produksi Siniar Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil Anwar merupakan bagian dari program Seratus Tahun Chairil Anwar oleh Komunitas Salihara. Acara Seratus Tahun Chairil Anwar akan diselenggarakan pada 27-30 Oktober 2022 menghadirkan beberapa program seperti diskusi, ceramah, kompetisi debat sastra, dan pameran arsip Chairil Anwar yang berlangsung hingga 04 Desember 2022.

 

Diskusi lengkap mengenai Aku dan Chairil Anwar dapat didengar melalui kanal-kanal Komunitas Salihara Spotify, Apple Podcast dan aplikasi NOICE, serta dapat ditonton di  YouTube Komunitas Salihara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

putriminang

Dari Cinta hingga Maut

Nama Chairil Anwar tidak pernah lepas dari pembahasan sastra Indonesia hingga hari ini. Tepat pada seratus tahun setelah kelahiran Chairil, Siniar Salihara pada musim kedua hadir dengan tajuk Ngomong-ngomong Soal: Aku dan Chairil. Pada episode pertama dengan narasumber Putri Minangsari, seorang penari Bali dan penulis, berbicara tentang pertemuan-pertemuannya dengan karya Chairil. Siniar ini mencoba mengembalikan pembahasan Chairil pada karya-karyanya secara utuh dan lebih dekat. 

Siniar berdurasi 30 menit ini, Ibam (Ibrahim Soetomo) bertindak sebagai pemandu atau host siniar. Obrolan-obrolan mengalir melalui tanya jawab persoalan Chairil dan karyanya. Pembicaraan ini mengupas pengalaman Putri sebagai pembaca karya Chairil. 

Jembatan Waktu 

Ibam, selaku pemandu siniar memulai dengan melontarkan pertanyaan tentang bagaimana awal perjumpaan Putri dengan puisi, khususnya dengan sajak-sajak Chairil Anwar. Sajak Chairil berjudul “Aku” menjadi jalan pembuka bagi masa anak-anak Putri untuk mengenal puisi. Umumnya di bangku Sekolah Dasar, sajak “Aku” kerap dijadikan salah satu contoh puisi Indonesia. 

Putri yang masih anak-anak merasakan adanya gumpalan emosi besar pada bait-bait puisi “Aku”. Kesan marah, emosi meluap yang diutarakan secara jujur tergambar pada masa kecil Putri ketika berhadapan dengan puisi “Aku”. Putri seperti tengah menyeberangi jembatan waktu yang melewati masa anak-anaknya dan bertumbuh remaja, jembatan waktu yang berupa bait-bait puisi Chairil. Ingatannya pada “Kalau sampai waktuku, ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu. Tidak juga kau.” menumbuhkan perasaan memberontak pada diri remajanya. Hidup sebagai anak sulung dari empat bersaudara membuat Putri merasa kehilangan ruang kebebasannya. Bait puisi “Aku” memberikan inspirasi pada Putri untuk melepas batas-batas posisinya sebagai anak sulung untuk lebih bisa mengutarakan gagasan dan pilihan-pilihannya. Puisi “Aku” kemudian mengantar Putri pada gerbang-gerbang tulisan sastra yang lain, baik karya-karya penulis dalam negeri maupun luar negeri. 

Menyoal Cinta dan Maut Pada Sajak Putih, Sia-Sia, Taman dan Doa

Narasumber pada siniar kali ini memilih tiga hingga empat puisi karya Chairil untuk kemudian dibahas bersama. Putri memilih empat puisi Chairil yang kebanyakan ditulis pada tahun 1943, yaitu “Sia-Sia”, “Taman”, “Doa”, dan “Sajak Putih” (1944). Pilihan-pilihan puisi ini didasari oleh rasa penasaran Putri pada tema-tema cinta yang terasa pada bait-baitnya. Tiga puisi di antara yaitu “Sia-Sia”, “Taman”, dan “Sajak Putih”, terasa memiliki penyampaian rasa cinta yang begitu kuat, entah cinta soal kisah-kisah asmara manusia maupun cinta pada lalu-lalang suasana manusia-manusia pada era Chairil saat itu. Pada puisi “Doa”, menyoal cinta tidak terlalu kentara, bagi Putri bait-bait puisi tersebut lebih menyampaikan persoalan hubungan manusia dengan harapan atau lebih tepatnya pada kepasrahan hidup. Menyoal cinta pada puisi Chairil, seperti mendapat tawaran tentang relasi cinta yang tidak terkesan rumit.  Bagi Putri, relasi manusia pada hari ini terasa penuh dengan kerumitan. Puisi Chairil hadir membawa angin yang lebih sederhana. menggambarkan hubungan yang terasa tidak menuntut banyak hal yang kemudian menimbulkan berbagai persoalan. 

Jika dibawa pada masa sekarang, sajak-sajak Chairil masih begitu relevan terutama tentang jalinan hubungan antar manusia. Meski sajak-sajak itu ditulis pada masa-masa Indonesia membangun jalan kemerdekaannya, namun Chairil seperti menatap tajam bagaimana zaman berjalan. Bagaimana antar manusia saling berhubungan di masa lalu dan justru masih terasa memiliki hubungan dengan masa sekarang. Ketelitian Chairil dalam membaca suasana hari-hari di tengah-tengah masyarakatnya dan menuangkannya pada bait-bait puisi, membuat pembacanya akan merasa barangkali Chairil justru tak pernah mati. Ia juga turut hidup hingga kini, melihat bagaimana kelelahan sekaligus harapan menempel pada tubuh manusia. 

Tak hanya menyoal cinta, Chairil juga seperti dengan sengaja menghadap-hadapkan cinta dengan perkara maut. Seperti pada puisi “Sajak Putih”:

Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah

Bagi Putri, Chairil seolah ingin berbicara pada kita bahwa persoalan cinta dan maut adalah hal yang tidak bisa kita hindari. Keduanya bisa kapan saja saling berhadap-hadapan dan menyerang. Rasa luka tak jadi soal ketika dihadapi bersamaan dengan cinta. 

Pencarian Jati Diri

Pada obrolan ini Putri berbagi bagaimana kemudian ia dari dunia tari menuju ke dunia sastra dan bersama kawan-kawannya menciptakan ruang pembacaan puisi yang diberi nama Unmasked Poetry. Sastra bagi Putri juga memiliki kesinambungan dengan tari, pencarian gerak dalam tari tradisi Bali yang ia geluti seringkali mendapat inspirasi dari bait-bait puisi yang ia baca. Tari dan puisi memiliki kaitan erat dalam meluapkan emosi dalam diri, emosi yang lama tersembunyi dan tak terbahasakan dengan istilah yang terikat. 

Penghujung obrolan ini sampai pada kenapa karya-karya Chairil begitu penting? Putri menyampaikan bahwa membaca karya Chairil seperti menyelami pencarian jati diri sebuah bangsa. Pada sajak-sajaknya, banyak bentuk-bentuk baik emosi maupun keadaan masyarakat yang digambarkan saat itu dapat menjadi referensi pembacaan ulang bagaimana mulanya manusia Indonesia berpikir dan menyelesaikan masalah-masalahnya. Dikemas dengan kemampuan cerdik mengatur diksi yang tak pernah padam oleh zaman. Chairil sekali lagi seolah tak pernah mati, ia betul-betul hidup seribu tahun lagi. 

Dengarkan obrolan lengkapnya tentang Chairil dan karyanya di Siniar Salihara Ngomong-Ngomong Soal: Aku dan Chairil episode 01.

Chairil-banner web

Seratus Tahun Chairil Anwar

Kamis-Minggu, 27-30 Oktober 2022

Komunitas Salihara

Seratus Tahun Chairil Anwar adalah acara sastra yang mencoba memberi warna lain dari momentum satu abad kelahiran penyair avantgardis Chairil Anwar (1922-2022). 

Sejumlah program terpilih kami tampilkan untuk memperkuat aspek perayaan sekaligus untuk memberikan penekanan yang berbeda dari program-program serupa yang telah dan tengah berjalan di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir ini.

Mulai dari Kompetisi Debat Sastra SMA, Ceramah, Diskusi Berseri, Pembacaan Puisi hingga Pameran Arsip Chairil Anwar. Program-program ini secara keseluruhan merupakan rangkaian acara sastra yang penting sepanjang Oktober 2022. 

Waktu penyelenggaraannya sengaja pula dibarengkan dengan momentum Sumpah Pemuda dan penabalan bahasa Indonesia sebagai “bahasa persatuan”, yakni 28 Oktober. 

Bukan hanya menampilkan hasil-hasil pemikiran terbaru tentang sastra—bahkan dari generasi siswa SMA/MA—tetapi juga memajang kembali jejak-jejak sejarah Chairil Anwar dalam lanskap kesusastraan Indonesia.

JADWAL

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Ceramah | 19.00 WIB
Modernisme Artistik Chairil Anwar
Pembicara: Arif Bagus Prasetyo

DAFTAR

Sesi 1 | 16.00 WIB
Diskusi Chairil Anwar dalam Enam Tilikan
Pembicara: Royyan Julian dan Laksmi Pamuntjak
Moderator: Fariq Alfaruqi

DAFTAR

 

Pembukan Pameran | 19.00 WIB
Seratus Tahun Chairil Anwar: Aku Berkisar Antara Mereka
Pameran: 28 Oktober-04 Desember 2022
Galeri Salihara
Jam buka pameran: Selasa-Minggu, 11.00-19.00 WIB
Senin dan hari libur nasional tutup.

DAFTAR

Final Kompetisi Debat Sastra | 13.00 WIB
Membandingkan Chairil Anwar dan Penyair Amerika Serikat
Komunitas Salihara

DAFTAR

 

Seri 2 | 16.00 WIB
Diskusi Chairil Anwar dalam Enam Tilikan
Pembicara: Asep Subhan dan Yusri Fajar
Moderator: Dwi Ratih Ramadhany

DAFTAR

 

Pembacaan Puisi | 19.00 WIB
Sutradara: Ruth Marini
Komunitas Salihara

DAFTAR

Seri 3 | 13.00 WIB
Diskusi Chairil Anwar dalam Enam Tilikan
Pembicara: Ari Adipurwawidjana dan Eka Ugi Sutikno
Moderator: Dhianita Kusuma Pertiwi

DAFTAR

 

Diskusi | 16.00 WIB
Modernisme Artistik di Sekitar Chairil Anwar: Seni Rupa dan Arsitektur
Pembicara: Ari Respati dan Setiadi Sopandi
Moderator: Ibrahim Soetomo

DAFTAR

Pendaftaran acara akan dibuka mulai 15 Oktober 2022

Kompetisi Debat Sastra 2022: Berita Acara Penjurian Tahap I Finalis

Pada Hari Kamis, 29 September 2022, telah dilaksanakan Penjurian Tahap I Kompetisi Debat Sastra 2022 Komunitas Salihara melalui platform virtual, Zoom. Dewan Juri dalam Penjurian Tahap I ini, yaitu:

  1. Arif Bagus Prasetyo
  2. Alpha Hambally
  3. Dhianita Kusuma Pertiwi

Berdasarkan hasil penjurian dan diskusi yang dilaksanakan, Dewan Juri mengambil keputusan bahwa dua makalah yang terpilih menjadi finalis Kompetisi Debat Sastra 2022, sebagai berikut:

Cinta, Patriotisme, dan Perang; Suara ‘Amerika’ dalam Sajak-Sajak Chairil Anwar
karya
Kelompok Senja di Pelabuhan Kecil (SMAS ISLAM NURUL IMAN)

Dan:

Cinta Diri, Cinta Kamu, Cinta Bangsa: Mengungkap Rupa-Rupa Cinta dalam Kelindan Kalam Si Binatang Jalang
karya
Kelompok TigaMuda (BINUS SCHOOL Serpong)

 

Jakarta, 29 September 2022

Arif Bagus Prasetyo

Alpha Hambally

Dhianita Kusuma Pertiwi

Ayu Utami

Kurator Sastra Komunitas Salihara

blog-bpupki

Melihat Detik-detik Berdirinya Bangsa Indonesia Lewat Pembacaan Risalah BPUPKI

Zoom Webinar Salihara | 04 Oktober – 22 Desember 2022 

Jakarta, 26 September 2022 – Terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari gagasan dan pemikiran para tokoh-tokohnya, seperti Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Radjiman dan tokoh lainnya. Gagasan dan pemikiran itu terkumpul dalam risalah dan notulensi sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) & Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Ibarat Kitab Suci Republik Indonesia, isi naskah ini sangat penting bagi sejarah berdirinya bangsa Indonesia. 

Untuk bisa berempati dan melihat bersama kilasan sejarah di detik-detik kelahiran NKRI tersebut, Komunitas Salihara akan mengadakan program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI. Program ini akan mengajak peserta untuk bersama-sama aktif membaca risalah dan notulensi dari naskah BPUPKI yang terbagi ke dalam 25 sesi. Menariknya, para peserta dapat memilih tokoh-tokoh bangsa yang ingin mereka perankan mulai dari Soekarno, Muhammad Yamin, Soeroso, Oto Iskandardinata, dan lain sebagainya.

Pengusul program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI sekaligus kurator sastra Komunitas Salihara, Ayu Utami mengungkapkan bahwa membaca BPUPKI penting untuk dilakukan, karena di dalam risalah dan notulensi ini kita bisa melihat berbagai perdebatan para pendiri bangsa mengenai bentuk, dasar, wilayah, dan ideologi negara serta kedudukan warga negara sebelum akhirnya lahirlah Indonesia yang kita kenal. 

“Ini adalah suatu naskah yang penting tetapi naskah ini tidak pernah dibaca secara umum. Kita bisa melihat dinamika di antara peserta sidang yang sangat manusiawi. Program ini intinya ingin mengajak sebanyak mungkin orang untuk membaca “kitab suci” bangsa Indonesia.”

Acara ini akan rutin dilaksanakan dari 04 Oktober hingga 22 Desember 2022 setiap Selasa dan Kamis pukul 19:00 WIB via Zoom Salihara. Peserta dipersilakan untuk memilih peran yang tersedia di setiap sesinya mulai dari tokoh-tokoh bangsa, narator, atau ingin hadir sebagai pendengar saja. Untuk bisa mengetahui jadwal sesi, peserta bisa melihat di laman kami: Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI

Tidak hanya membaca, peserta juga bisa berdiskusi bersama membicarakan hasil pembacaan terkait temuan-temuan baru yang didapat setelah sesi pembacaan berakhir. Acara ini juga didukung oleh Teater Ghanta sebagai kolaborator.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

blog-bpupki

Yang Ada dalam Risalah

Risalah Sidang BPUPKI berisi notulensi rapat persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang dihadiri oleh tokoh-tokoh pendiri bangsa. Nama-nama tokoh yang muncul, seperti Abdul Abbas, Oto Iskandardinata, Abdul Kadir, Hatta, Radjiman, dan juga ada Soekarno sebagai salah satu anggota. Soekarno adalah tokoh yang muncul sebagai simbol dan sebagai personifikasi dari nilai-nilai politik yang diperjuangkan oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah tokoh yang identik dengan rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia. 

Pada 1 Juni 1945, Pancasila pertama kali disebut oleh Soekarno dalam sebuah pidato panjangnya tentang Dasar Negara Indonesia, melalui rapat sidang BPUPKI. Rumusan tersebut muncul setelah melalui proses diskusi dan perdebatan yang panjang oleh tokoh-tokoh penting Indonesia, di antaranya Muhammad Yamin, Soeroso, dan Soepomo.  

“Kedaulatan rakyat Indonesia dan Indonesia Merdeka adalah berdasar perikemanusiaan yang universeel berisi humanisme dan internasionalisme bagi segala bangsa.” 

Muh. Yamin dalam Rapat Besar, 29 Mei 1945

 

Dalam notulensi Risalah Sidang BPUPKI, proses pembentukan Dasar Negara Indonesia dimulai pada 28 Mei hingga 1 Juni 1945. Di dalam notulensi tersebut memuat panorama pemikiran, perasaan, dan ketetapan hati para pelopor kemerdekaan. Impian dan harapan, gambaran hari lalu dan visi masa depan juga mendapat tempat dalam usaha mendirikan sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. 

Lantas bagaimana suasana dan perdebatan para tokoh pendiri bangsa dalam menentukan berdirinya bangsa Indonesia? Ikuti Membaca Kitab yang “Hilang” : Risalah BPUPKI untuk membaca kembali dan melihat bagaimana perjalanan sejarah terbentuknya bangsa Indonesia. Daftar di sini.

Dikutip dan disarikan berdasarkan buku kumpulan Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),  Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta 1998.

Let’s Save the Earth! oleh Wayang Motekar: Menutup Perhelatan Musim Seni Salihara 2022

Teater Salihara, 3 & 4 September 2022 | Sabtu & Minggu: 20:00 & 16:00 WIB

 

Jakarta, 7 September 2022 – Musim Seni Salihara menutup tirainya melalui pementasan wayang kontemporer oleh kurator dan  perupa asal Bandung, Herry Dim pada 04 September lalu setelah berjalan selama satu bulan lamanya. Melalui pertunjukan Let’s Save the Earth!, Herry Dim dan kelompok Wayang Motekar mempersembahkan perpaduan antara pertunjukan wayang konvensional dengan pemanfaatan teknologi digital berupa pemetaan video (video mapping).

Wayang Motekar sendiri merupakan sebuah karya rupa yang terbuat dari potongan plastik berwarna. Digagas pertama kali oleh Herry pada tahun 1991-1993 dan merupakan karya yang interaktif dan menarik di kalangan anak-anak; di mana di era tersebut mereka menggunakan medium OHP (Over Head Projector) untuk memantulkan dan menciptakan siluet yang berwarna-warni. Kebanyakan cerita-cerita Wayang Motekar yang dimainkan juga akrab terhadap dunia anak dan dimunculkan dengan tokoh-tokoh karikatur yang banyak menggambarkan sosok binatang.

Pada tajuk Let’s Save the Earth! dengan dalang Opick Sunandar Sunarya bercerita tentang kerusakan alam dan pentingnya merawat kelestarian bumi. Sebuah karya dengan wacana yang mudah dicerna namun selalu penting untuk dibahas berpuluh-puluh tahun ke depan.

“Masalah ancaman lingkungan hidup yang rusak sesungguhnya telah banyak diungkap berita ataupun uraian teks informatif lainnya. Tapi itu semua akan lain jika diungkap dengan seni, khususnya Wayang Motekar yang berlandas pada seni gambar,” jelas Herry Dim terkait pesan apa yang ingin diangkat dalam pertunjukan di Teater Salihara kemarin.

Tidak hanya mengandalkan kekuatan pesan dan proyeksi dari pemetaan video, pertunjukan Let’s Save the Earth! juga mengadaptasi berbagai unsur kesenian lain seperti instrumen band yang dimainkan secara langsung untuk membangun suasana dan adegan teatrikal yang menampilkan siluet gerakan tari oleh Ine Arini.

Penampilan tari Ine Arini dalam lakon Let’s Save the Earth! | Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

 

Sebagai acara puncak, pertunjukan Let’s Save the Earth berhasil menarik 223 penonton dan menjadi salah satu pertunjukan yang berhasil menarik lebih dari 200 penonton dalam dua hari pementasan. Respons baik ini juga disambut oleh para penikmat baru Komunitas Salihara yang baru pertama kali merasakan pengalaman menonton pertunjukan seni secara luring.

Ardhi (23), mahasiswa asal Pasar Minggu mengungkapkan pengalaman pertamanya yang membuat ia puas pada pertunjukan dan pameran yang dipersembahkan oleh Komunitas Salihara. “Pertunjukkan ini membuat saya terkesima. Hal ini didasari oleh cara penyajian yang diberikan sangat memanjakan mata dan telinga. Visual, musik, cahaya, dan bunyi yang disuguhkan membuat durasi 45 menit terasa sebentar.” Seperti Ardhi, melalui survei yang dibagikan kepada seluruh penonton pertunjukan,  pengunjung lainnya pun berharap agar Salihara tetap hadir secara konsisten membawakan karya-karya yang menawarkan konsep kebaharuan di Jakarta.

 

Tentang Wayang Motekar:

Pertama kali digagas oleh seniman rupa Herry Dim seusai pentas Metateater sepanjang 1991-1993, dan kali pertama dipentaskan pada 30 Juni 2001. Saat ini Wayang Motekar telah memasuki generasi keempat. Awalnya, Herry Dim menggunakan plastik sebagai bahan untuk membuat wayang hingga menghasilkan bayang-bayang berwarna dari sorot lampu pada layar. Eksperimen itu melahirkan pentas wayang yang semula dan pada umumnya berupa siluet menjadi warna-warni. Kini, pada Wayang Motekar generasi keempat bergerak menuju pertunjukan rupa dan bunyi.

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________

 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Membaca Kitab yang “Hilang” : Risalah BPUPKI

Terbentuknya bangsa Indonesia tidak lepas dari gagasan dan pemikiran para tokoh-tokohnya, seperti Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Radjiman dan tokoh lainnya. Gagasan dan pemikiran itu terkumpul dalam risalah dan notulensi sidang BPUPKI & PPKI. Misalnya gagasan tentang perumusan Pancasila atau mengenai Piagam Jakarta. Ibarat Kitab Suci Republik Indonesia, isi naskah ini sangat penting bagi sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Kita pantas bangga dan terharu dengan perdebatan yang terjadi di dalamnya.

Perjalanan pencatatan dan penerbitan naskah ini juga penuh lika-liku, sebelum pada 1998 setelah Reformasi, Sekretariat Negara menerbitkan edisi keempat yang lebih lengkap. Namun, adakah yang betul-betul membaca isi dari Risalah Sidang BPUPKI?

Program ini mengajak kita membaca kembali naskah Risalah BPUPKI untuk menemukan perspektif lebih kaya mengenai apa yang terjadi dalam bulan-bulan menentukan berdirinya bangsa Indonesia.

Jadwal

25 sesi setiap Selasa & Kamis,
04 Oktober – 22 Desember 2022
19:00 WIB
via Zoom

Tujuan

  • Melibatkan publik sebagai peserta aktif dengan membuka ruang partisipasi
  • Menyebarluaskan pengetahuan akan naskah BPUPKI-PPKI
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Selasa, 04 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 29 Mei 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia
Peran:
Narator, Muhammad Yamin, Soeroso.

LIHAT NASKAH

Kamis, 06 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 31 Mei 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia (lanjutan)
Pembicaraan tentang Daerah Negara & Kebangsaan Indonesia.
Peran:
Narator, Ki Bagoes Hadikoesoemo.

LIHAT NASKAH

Selasa, 11 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 31 Mei 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia (Lanjutan)
Pembicaraan tentang Daerah Negara & Kebangsaan Indonesia.
Peran:
Narator,  Soepomo.

LIHAT NASKAH

Kamis, 13 Oktober 2022
Masa Sidang Pertama
Rapat Besar, 31 Mei 1945
Acara :
Pembahasan tentang Dasar Negara Indonesia (lanjutan)
Pembicaraan tentang Daerah Negara & Kebangsaan Indonesia (lanjutan)
Peran:
Narator,  Muhammad Yamin.

LIHAT NASKAH

Selasa, 18 Oktober 2022
Sidang Pertama
Rapat Besar, 1 Juni 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Dasar Negara Indonesia (Lanjutan)
Peran:
Narator,  Soekarno, Suara tepuk tangan.

LIHAT NASKAH

 

Kamis, 20 Oktober 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 10 Juli 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Bentuk Negara
Peran:
Narator, Radjiman, Soeroso, Soekarno, Yamin, Soekardjo Wirjopranoto, Wongsonagoro, Woerjaningrat, Oto Iskandardinata, Abikoesno, Ki Bagoes Hadikoesoemo.

LIHAT NASKAH

Selasa, 25 Oktober 2022
Rapat Besar, 10 Juli 1945
Lanjutan (Sidang Kedua, 10 Juni 1945)
Acara :
Pembicaraan tentang Bentuk Negara
Aktor:
Narator, Radjiman, Soesanto, Dahler, Muhammad Yamin, Radjiman, Singgih, Soeroso, Soekardjo Wirjopranoto, Soekarno, Soekiman, Latuharhary, Sanoesi, Nyonya Soenarjo, Woerjaningrat, Mansoer, Moezakir, Dasaad.

LIHAT NASKAH

Rabu, 26 Oktober 2022
Rapat Besar, 10 Juli 1945 (Lanjutan)
Acara :
Pembahasan tentang Wilayah Negara
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soekarno, Sanoesi, Woerjaningrat, Moezakir, Muhammad Yamin, Abdul Kaffar, Soemitro Kolopaking.

LIHAT NASKAH

Selasa, 01 November 2022
Rapat Besar, 11 Juli 1945
Acara :
Pembicaraan tentang Wilayah Negara (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soeroso, Hatta, Soekarno, Muhammad Yamin, Soetardjo, Agoes Salim, Wedyodiningrat, Maramis, Sanoesi, Ki Bagoes Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Rooseno, Mr. Besar.

LIHAT NASKAH

Kamis, 03 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 11 Juli 1945 (Lanjutan)
Acara :
– Persiapan penyusunan Rancangan Undang-undang Dasar
– Pembentukan Panitia Perancang Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Parada Harahap, Wedyodiningrat, Soemitro Kolopaking, Liem Koen Hian, Wongsonagoro.

LIHAT NASKAH: SESI 10 & SESI 11

 

Selasa, 08 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 11 Juli 1945 (Lanjutan)
Acara :
Persiapan Penyusunan Rancangan Undang-undang Dasar
Pembentukan Panitia Perancang Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Oei Tian Tjoei, Oei Tjong Hauw, Baswedan, Lim Koen Hian, Soekarno, Soerjo Hamidjojo, Abikoesno, Soeroso, Muhammad Yamin.

LIHAT NASKAH

 

Kamis, 10 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Panitia Hukum Dasar, 11 Juli 1945
Acara:
Pembicaraan tentang Rancangan Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Soekarno, Wongsonagoro, Maramis, Oto Iskandardinata, Soepomo, Singgih, Salim, Sartono, Latuharhary, Santoso, Djajadiningrat, Soebardjo, Soekiman, Wachid Hasjim.

LIHAT NASKAH

 

Selasa, 15 November 2022
Rapat, 13 Juli 1945.
Acara:
Pembicaraan tentang Rancangan Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Soesanto, Woerjaningrat, Wachid Hasjim, Agoes Salim, Soekiman, Djajadiningrat, Wongsonagoro, Oto Iskandardinata, Nyonya Santoso (Maria Ulfah), Parada Harahap, Latuharhary, Soekarno.

LIHAT NASKAH

 

Kamis, 17 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 14 Juli 1945
Acara:
Pembicaraan tentang Pernyataan Kemerdekaan
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soekarno, Hadikoesoemo, Muh. Yamin, Soerjo, Agoes Salim, Wiranatakoesoema, Abikoesno.

LIHAT NASKAH

 

Selasa, 22 November 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman, Soekarno, Hatta.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 24 November 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soepomo, Soeroso.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Selasa, 29 November 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman Wedyodiningrat, Soeroso, Soetardjo, Soekiman, Soepomo, Hatta, Soekardjo Wirjopranoto, Kolopaking, Boentaran.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 01 Desember 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Yamin, Soepomo, Soekardjo, Radjiman, Hatta, Soekarno, Dahler.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Selasa, 06 Desember 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman, Liem Koen Hian, Hatta, Dahler, Baswedan, Soekardjo Wirjopranoto, Soepomo, Soetardjo, Maramis.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 08 Desember 2022
Sidang Kedua (Lanjutan)
Rapat Besar, 15 Juli 1945
Acara:
Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar (Lanjutan)
Peran:
Narator, Radjiman, Hatta, Soepomo, Radjiman, Soerdjohamidjojo, Soekardjo, Woerjaningrat, Soetardjo, Soerjohamidjojo, Abikoesno Tjokrosujoso, Hadikoesoemo.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Selasa, 13 Desember 2022
Sidang Kedua
Rapat Besar, 16 Juli 1945
Acara:
Melanjutkan Pembahasan Rancangan Undang-undang Dasar
Peran:
Narator, Radjiman, Soekarno, Soepomo, Hatta, Soetardjo, Muhammad Yamin.

LIHAT NASKAH: SESI 23 & SESI 24

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Kamis, 15 Desember 2022
Lanjutan Lampiran-Lampiran
Keterangan:
Bagian ini berisi lampiran.
Aktor:
Narator, Soekarno, Kaityoo, Mohammad Hatta.

LIHAT NASKAH

PILIH PERAN   |   DAFTAR MENONTON

Program ini berkolaborasi dengan:

helatari-hero-2022-1

Undangan Terbuka Helatari Komunitas Salihara 2023

Komunitas Salihara membuka kesempatan seluas-luasnya kepada koreografer dan kelompok tari di seluruh Indonesia untuk menjadi peserta Helatari 2023. Peserta terpilih akan mendapatkan bantuan produksi dan kesempatan mementaskan karyanya pada Helatari Salihara 2023. Tim Kurator Salihara selalu mengupayakan mencari koreografer berkualitas yang berminat pada karya-karya inovatif.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Karya tari adalah karya baru yang berangkat dari khazanah tradisi maupun kontemporer.

  1. Tim Juri akan memilih 3 (tiga) koreografer/kelompok tari dengan proposal terbaik dan akan dipentaskan di Helatari Salihara 2023;
  2. Bantuan produksi untuk setiap koreografer/kelompok tari terpilih maksimal
    Rp 35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah);
  3. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara juga memberikan bantuan berupa
    fasilitas yang tersedia: ruang pentas dan fasilitas pendukungnya, promosi dan
    publikasi acara, dokumentasi (foto dan video), dan akomodasi di Wisma Salihara;
  4. Komunitas Salihara tidak menanggung biaya transportasi dan konsumsi koreografer
    /kelompok tari terpilih;
  5. Selama persiapan pementasan, koreografer/kelompok tari terpilih akan mendapatkan pendampingan dari Dewan Kurator Komunitas Salihara.
  1. Koreografer/kelompok tari adalah warga negara Republik Indonesia dan belum berusia 35 tahun pada 31 Desember 2023;
  2. Menulis konsep karya maksimal 1 halaman (400 kata);
  3. Menulis portofolio/CV koreografer/kelompok tari;
  4. Membuat surat pernyataan yang ditandatangani koreografer di atas kertas bermeterai Rp10.000 bahwa karya tersebut adalah karya asli, bukan jiplakan atau plagiat;
  5. Konsep karya, RAB produksi, CV dan portofolio koreografer/kelompok tari, dan 2 (dua)rekaman pertunjukan berupa tautan atau file dikirim ke opencall@salihara.org. Proposal dan berkas pelengkap dikirim dengan subjek Undangan Terbuka Helatari 2023_Nama koreografer/Kelompok Tari selambatnya 28 Desember 2022 pukul 23:59 WIB. Formulir pendaftaran, CV dan RAB produksi bisa diunduh di sini;
  6. Panjang karya tari kurang-lebih 30-50 menit;
  7. Karya tari belum pernah dipentaskan di Komunitas Salihara dan tidak sedang diikutkan dalam perlombaan lain;
  8. Jumlah keseluruhan tim produksi tidak lebih dari 12 orang (sudah termasuk koreografer, penari dan kru).
  1. Pengiriman proposal: 25 September-28 Desember 2022.
  2. Pengumuman: 15 Februari 2023*.
  3. Pentas: Juni-Juli 2023.

*Pengumuman diundur (semula tanggal 04 Februari)

Dewan Kurator Salihara.
  1. Undangan terbuka ini tidak berlaku untuk koreografer/kelompok tari yang termasuk keluarga inti karyawan Komunitas Salihara dan anggota Tim Juri.
  2. Keputusan Tim Juri tidak bisa diganggu gugat.