sakatoya web

Amongraga: Hadirkan Kolaborasi Teranyar dari Komunitas Sakatoya dan Ugo Untoro

Teater Salihara, 27 & 28 Agustus 2022 | Sabtu & Minggu: 16:00 & 19:00 WIB 

Jakarta, 30 Agustus 2022 – Setelah sempat tampil secara daring dalam Helateater 2021 lalu, kali ini Komunitas Salihara berhasil menghadirkan kelompok teater asal Yogyakarta Komunitas Sakatoya secara luring. Berkolaborasi dengan seniman yang berasal dari daerah yang sama yakni Ugo Untoro, Komunitas Sakatoya hadir membawakan pertunjukan Amongraga pada Sabtu dan Minggu lalu, disaksikan oleh -+200 penonton.

Amongraga merupakan pementasan yang diambil dari kisah dalam Serat Centhini. Kisah ini tentang pelarian salah satu putra raja dari Kerajaan Giri yang kalah perang melawan Kerajaan Mataram. Pada pelariannya, Amongraga melakukan semadi dan tirakat di dalam goa. Dalam kisah ini Amongraga tidak sendirian, ia ditemani oleh dua pengikut setianya; Jamal dan Jamil yang juga membangun sebuah perguruan selama Amongraga bersemadi. Kisah ketenaran Amongraga pun akhirnya meluas dan terdengar oleh Raja Mataram yang akhirnya mengutus pasukannya untuk mencari Amongraga dan mengakhiri kisah pelariannya.

Komunitas Sakatoya menggunakan medium boneka pertunjukan karya seniman Ugo Untoro. Bagi Sakatoya sendiri, bermain dengan boneka Marionette merupakan hal yang baru dan Teater Salihara merupakan panggung perdana dalam menampilkan bentuk kolaborasi ini.

“Ya, ini kali pertama bagi kami berkolaborasi dengan mas Ugo, pun juga kali pertama berhadapan dengan marionette. Rasanya sungguh luar biasa, karena ada banyak tantangan yang muncul dan harus kami selesaikan seiring berjalannya proses. Kolaborasi ini terjadi karena dikawinkan oleh Salihara yang membaca marionette mas Ugo sebagai potensi pertunjukan.”

“Meski kami pernah menciptakan teater boneka  di tahun 2018, dengan material limbah sampah plastik, tetapi menghadapi marionette mas Ugo adalah pengalaman baru bagi kami. Terlebih marionette mas Ugo adalah barang sudah jadi, yang hadir dalam berbagai varian anatomi dan gaya, ada marionette yang bergaya barat, ada pula yang timur. Perbedaan itu mempengaruhi sekali bagaimana marionette itu harus dimainkan.”

Pentas Amongraga ini terbagi ke dalam lima babak yang terjadi di dua lokasi yang berbeda yakni; Serambi Salihara dan Teater Salihara. Pada babak pertama, pengunjung akan dibagi ke dalam tiga kelompok di ruang Serambi. Sembari dijamu oleh minuman kunyit asam, pengunjung disambut oleh tiga orang dalang yang memperkenalkan sosok Amongraga melalui tiga buah boneka yang berbeda rupa. Setelah babak satu selesai, kru panggung akan mengajak pengunjung berpindah ke dalam Teater Salihara. Di dalam teater, pengunjung akan menikmati alur pertunjukan sesuai dengan kelompok masing-masing. tiap kelompok diwakilkan oleh tiga warna: biru, merah, dan hijau; setiap warna akan mengikuti urutan cerita yang berbeda-beda.

Tidak hanya boneka marionette yang berukuran kecil, menjelang akhir pertunjukan, Komunitas Sakatoya juga menghadirkan boneka berukuran manusia yang juga turut merepresentasikan sosok Amongraga yang akan dimasukkan ke dalam bronjong (keranjang yang terbuat dari anyaman bambu) sebagai bentuk hukuman dari Raja Mataram karena telah meninggalkan sifat-sifat kemanusiaannya. Pentas dengan mobilisasi yang unik ini pun diadakan sebanyak empat kali dengan dua pertunjukan setiap harinya. 

 

Tentang Komunitas Sakatoya:

Komunitas Sakatoya adalah kolektif seni yang bergerak di wilayah manajemen produksi kesenian dan produksi karya teater. Semenjak 2018 karya-karya teater Sakatoya berfokus pada isu ekologi dengan berpijak pada dramaturgi keterlibatan penonton. Karya teater yang sudah dipentaskan antara lain: Octagon Syndrome (2018, Hibah Seni PKKH UGM), Karnaval Terakhir (2018/2019), Cosmicpollutant (2018, Pesta Boneka #6/2019, ARTJOG MMXIX), Egg of Damselflies (2020, PUPA Puppet Lab), The Happy Family (2018, FKY #30/2019; FTRN, ISI Yogyakarta/2021, Helateater, Komunitas Salihara). Karya lainnya ialah MEMINDAI (Instalasi interaktif) & Pura-Pura Radio #1 yang ditampilkan pada Pameran Asana Bina Seni: “Your Connection Was Interrupted”, Yayasan Biennale Yogyakarta (2020).

Pada 2021, Sakatoya berkolaborasi secara virtual bersama kelompok teater dari Inggris, Zoo Co dalam pentas Care Krisis, yang merupakan salah satu proyek terpilih program Connecting through Culture Grant 20/21 British Council. Masih di tahun yang sama, Sakatoya juga terlibat menjadi Pengarah Artistik dan Program Publik untuk Pameran Arsip Game of The Archive di Biennale Jogja XVI – Equator #6 2021. Di wilayah manajerial, Sakatoya mengelola dua program, yakni Partnership Program dan In-house Program. Melalui kedua program tersebut, Sakatoya aktif melakukan kerja-kerja manajemen produksi bersama seniman/kelompok dari bidang seni apapun, baik lokal, nasional maupun internasional.


Tentang Ugo Untoro:

Ugo adalah perupa asal Yogyakarta, karyanya juga berupa benda tiga dimensi, instalasi dan seni video. Karya-karyanya dipamerkan di luar negeri, di antaranya Amerika Serikat, Cina, Prancis, Singapura, Malaysia, Italia, Korea Selatan dan Jepang. Ugo Untoro mendapat beberapa penghargaan, di antaranya The Juror Attention pada Philip Morris Award (Jakarta, 1994), The Best 5 Finalist of Philips Morris Award (Jakarta, 1998) dan Man of The Year 2007 oleh majalah Tempo. Ia menciptakan karya baru dalam bentuk marionette dengan judul Jessica dan Bromocorah (2021), keduanya muncul sebagai karya seni rupa yang dipamerkan di Galeri Sika, Bali.

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jb2023

Open Call Salihara Jazz Buzz 2023: Pertukaran/Exchange

Mencari Bentuk Estetika Baru dalam Musik Jazz Tanah Air

Penutupan pendaftaran: 25 September 2022

 

Jakarta, 29 Agustus 2022 – Salah satu program unggulan yang mendapat tanggapan dan perhatian besar dari publik terkait Komunitas Salihara Arts Center adalah Salihara Jazz Buzz; sebuah festival jazz tahunan yang menampilkan pilihan genre, komposisi dan presentasi konsep musik baru. Tahun ini menjadi tahun yang spesial bagi Salihara Jazz Buzz sebab kami telah merayakan perjalanan satu dekade festival kami di tahun ini. Berkaca dari suksesnya acara Salihara Jazz Buzz 2022 digelar, kini Komunitas Salihara kembali membuka kesempatan dan mengundang musisi-musisi Jazz termasuk grup-grup muda di seluruh tanah air untuk mempresentasikan musik mereka dalam Salihara Jazz Buzz 2023.

Sejak 2016, Salihara Jazz Buzz selalu mengusung ide besar Jazz Sans Frontières, sebuah gagasan dan konsep musikal “lintas-batas”. Hal tersebut menjadikan Salihara Jazz Buzz sebagai salah satu acara yang paling diminati oleh pemirsa seni Komunitas Salihara. Undangan terbuka Jazz Buzz berawal dari 2019 dengan harapan ingin membuka kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh musisi muda tanah air untuk menambah warna dalam bermusik jazz. Tema Pertukaran ini menjadi bukti nyata bahwa Salihara Jazz Buzz ingin menampilkan sifat jazz yang mampu menjelajah ke genre musik lain.

Kurator Musik dan Tari Komunitas Salihara, Tony Prabowo mengatakan tujuan dari diadakannya panggilan terbuka (open call) adalah untuk menampung seluas-luasnya para musisi jazz muda yang berkualitas dan memiliki minat akan konsep kebaharuan. Ia juga berharap agar Salihara bisa memberikan suguhan yang berkualitas di tengah banyaknya festival jazz di negeri ini.

 “Salihara sebagai penyelenggara pesta kesenian, tentu harapannya bisa memberikan suguhan yang segar, berkualitas, kebebasan berekspresi dan menawarkan konsep-konsep kebaharuan untuk masyarakat peminat musik dan peminat seni seluas-luasnya, di tengah banyaknya festival-festival jazz di negeri ini. “

Melalui Undangan Terbuka, Salihara Jazz Buzz memperluas proses kuratorial untuk mencari grup yang dapat menawarkan warna baru yang sesuai dengan tema kali ini. Bagi para grup yang terpilih nantinya, Salihara akan mengundang musisi senior untuk berkolaborasi atau memberikan bimbingan dalam 2-3 karya yang sudah dipilih. Tiap grup akan mendapatkan bimbingan oleh satu musisi senior.

Grup terpilih akan mendapatkan bantuan produksi maksimal Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) disesuaikan dengan besaran ensambel. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara juga memberikan bantuan berupa fasilitas yang tersedia: ruang pentas dan fasilitas pendukung, promosi dan publikasi acara, dokumentasi, serta akomodasi di Wisma Salihara. 

Untuk bisa menjadi bagian dari Salihara Jazz Buzz calon pendaftar adalah warga negara Republik Indonesia dan belum berusia belum berusia 35 tahun pada tanggal 31 Desember 2023 dan menampilkan materi konser paling sedikit 4 (empat) karya baru, termasuk aransemen atau komposisi ulang yang mengandung unsur kebaharuan. Durasi konser maksimal 70 menit dengan format grup mulai dari 2 (dua) hingga 12 (dua belas) musisi.    

Musisi yang tertarik dapat mendaftarkan dirinya dengan mengikuti prosedur yang tertera di laman salihara.org mulai dari 30 Juli 2022 s.d. 25 September 2022. Undangan terbuka ini tidak berlaku untuk anggota keluarga inti karyawan Komunitas Salihara dan anggota Tim Juri. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

fitrimss

Visualisasi Pengalaman Ketindihan Lewat Tari Sleep Paralysis oleh Fitri Setyaningsih

Teater Salihara, 20 & 21 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)

Jakarta, 24 Agustus 2022 – Setelah lama tidak tampil di Komunitas Salihara sejak 2016 lalu, Fitri Setyaningsih akhirnya hadir kembali membawakan pertunjukan tari Sleep Paralysis. Karya ini sukses ditampilkan di hadapan 137 penonton  pada Sabtu (20 Agustus) dan Minggu (21 Agustus) lalu. Fitri tampil bersama timnya Fitri Dance Work, ia mengungkapkan rasa senangnya setelah tampil dan merasakan energi yang begitu positif mendukung kekaryaannya. 

Sleep Paralysis berangkat dari pengalaman ketindihan yang dialami oleh Fitri, di mana tubuh tidak bisa bergerak, mulut tidak bisa mengeluarkan suara tapi mata mampu mengamati kejadian di sekitarnya. Fitri mengolah ide ini selama dua tahun sejak 2020, berangkat dari pengalaman ketindihan yang kembali ia rasakan setelah 20 tahun tidak mengalami fenomena tersebut. Dalam mempersiapkan penampilan ini, Fitri mengolah pengalaman tersebut lewat latihan yang intensif selama tiga bulan dibantu oleh tim Fitri Dance Work.

“Tiga bulan memasuki ruang di antara dengan tim kerja yang sangat intens dan intim. Hampir setiap hari pada jam 6 sore hingga 12 malam kami berlatih (berusaha) membongkar dan menyerap intisari (fenomena ketindihan) dari sumber-sumber cerita maupun sumber medis yang semuanya masih dalam misteri.” 

Pertunjukan yang dilangsungkan di Teater Salihara ini berlangsung selama 35 menit yang dibuka dengan dua orang penampil berjalan pelan di atas tiga buah plat stainless berukuran besar yang dapat memantulkan bayangan dari sang penampil. Suasana pertunjukan dibangun misterius serta mencekam lewat instrumen yang repetitif dan bersuara keras. Semua dibalut begitu sempurna oleh koreografi yang ditampilkan Fitri Setyaningsih dan Luluk Ari Prasetya dengan gerakan tubuh yang menekan ke dalam, menarik ke atas dan ke bawah.

“Kami ingin membangun ruang suara yang menggetarkan isi panggung dan menggema di angkasa. Pilihan-pilihan gerak yang menekan ke dalam, menarik ke atas ke bawah dan upaya menghadirkan dimensi ruang yang berlapis dengan set plat stainless yang tertembak cahaya dan tertanam dalam lantai yang hitam dan besar.” Terang Fitri menjelaskan alur dari pentas Sleep Paralysis-nya.

Suasana di dalam ruang Teater Salihara juga dirasakan oleh beberapa penonton yang hadir dan ikut hanyut ke dalam emosi yang Fitri dan tim bangun. Salah satunya adalah Firda (25), karyawan swasta yang mengatakan bahwa menonton pertunjukan seperti ini memang sebaiknya dilakukan secara luring karena emosi yang ingin disampaikan jauh lebih terasa.

 “Bagus, dan langsung menangkap bahwa inilah yang namanya sleep paralysis. Lalu menurut aku (pertunjukan) secara offline itu lebih kerasa seperti tadi misalnya kalau sound seperti itu pasti tidak akan dapat feel-nya kalau aku tidak langsung menonton di sini.”

Selain Sleep Paralysis oleh Fitri Setyaningsih, Komunitas Salihara masih menyediakan dua pertunjukan luring yang dapat disaksikan setiap Sabtu dan Minggu hingga 04 September 2022 yakni: Amongraga oleh Komunitas Sakatoya dengan Ugo Untoro dan Let’s Save the Earth oleh Wayang Motekar. Tiket kedua pertunjukan ini bisa dipesan lewat musimseni.salihara.org

 

Tentang Fitri Setyaningsih:

Aktif mengembangkan gagasan dan kerja tubuh yang tak hanya mendalami tari, tapi juga melintasinya dalam praktik penelusuran makna tubuh pada semasa waktu dan kesegaran perkembangannya. Ia memadukan interaksi tubuh dengan berbagai sumber kekuatan seperti produksi suara/bunyi, seni konseptual, atau ranah eklektik lainnya. Bahkan beberapa prosesnya tanpa ragu menyentuh ruang ilusi, magis, hingga mistik. 

Ia telah melahirkan berbagai karya baik dalam panggung konvensional maupun site-specific dan terpilih sebagai salah satu seniman berpengaruh di Indonesia versi majalah Tempo (2011). Fitri juga bereksplorasi dalam kerja sinematografi dengan karya film tari terbarunya berjudul Kinjeng Tangis yang tayang perdana (online) dalam Borobudur Writers & Culture Festival (2020) dan Watu Gamping (Bilangan Tak Terhingga) yang tayang perdana dalam Indonesian Dance Festival (2021). Karya tersebut hingga detik ini juga masih berproses baik dari segi riset dan kerja tubuh yang tidak menutup kemungkinan untuk menjelajahi panggung pertunjukan secara langsung, dan ruang-ruang alternatif dengan kemungkinan-kemungkinan persinggungan interdisiplinnya.

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

helateater-web banner

Undangan Terbuka Helateater Salihara 2023 “Teater Objek”

Helateater Salihara adalah festival kecil dua-tahunan yang diniatkan menjadi ruang tumbuh bagi pelaku teater di Indonesia. Setiap edisi Helateater dibingkai dalam tema yang selalu berbeda. Tiga edisi terakhir Helateater diselenggarakan melalui format undangan terbuka yang ditujukan untuk pelaku teater berusia muda. 

Pada 2023 Helateater Salihara mengambil tema “Teater Objek” yang terbuka untuk karya-karya pertunjukan teater berbasis objek, seperti benda sehari-hari hingga temuan, wayang, boneka dan sejenisnya sebagai penyampai teks kepada penonton. 

Undangan Terbuka Helateater 2023 diharapkan dapat menjadi panggung bagi pelaku teater berusia muda di Indonesia untuk menunjukkan karya dan kreativitas mereka.

 

Batasan

Karya belum pernah dipresentasikan, tetapi bisa sebagai perkembangan karya sebelumnya.

Ketentuan

  1. Tim Juri akan memilih maksimal 4 (empat) kelompok dengan proposal terbaik.
  2. Helateater Salihara 2023 “Teater Objek” akan diselenggarakan pada Maret-April 2023.
  3. Presentasi karya secara luring menjadi pilihan saat ini dengan fleksibilitas menimbang situasi pandemi Covid-19.
  4. Bantuan produksi untuk setiap kelompok terpilih maksimal Rp 35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah).
  5. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara memberikan bantuan fasilitas yang tersedia berupa ruang pertunjukan dan fasilitas pendukungnya, promosi dan publikasi acara, dokumentasi (foto dan video), dan akomodasi di Wisma Salihara.
  6. Komunitas Salihara tidak menanggung biaya transportasi dan konsumsi kelompok terpilih.
  7. Selama persiapan pementasan, kelompok terpilih akan mendapatkan pendampingan dari Dewan Kurator Komunitas Salihara.

Persyaratan

  1. Sutradara adalah warga negara Republik Indonesia berusia maksimal 35 tahun pada 31 Desember 2023.
  2. Mengirimkan konsep karya, RAB produksi, portofolio/CV sutradara dan kelompok teater ke: opencall@salihara.org dengan subjek: Undangan Terbuka Helateater 2023_Nama Sutradara/Kelompok Teater selambatnya 18 November 2022 pukul 23:59 WIB. Formulir pendaftaran, CV dan RAB produksi bisa diunduh di sini.
  3. Membuat surat pernyataan yang ditandatangani sutradara di atas kertas bermeterai Rp10.000 bahwa karya tersebut adalah karya asli, bukan jiplakan atau plagiat.
  4. Durasi karya minimal 30 menit dan maksimal 60 menit.
  5. Karya tidak sedang diikutkan dalam perlombaan lain.
  6. Jumlah keseluruhan tim produksi tidak lebih dari 12 orang (sudah termasuk sutradara, pemain, dan kru).

Lini Masa

Pengiriman proposal: Agustus-18 November 2022
Pengumuman: 5 Desember 2022
Persiapan pementasan karya: Desember 2022-Maret 2023.
Pementasan: Maret/April 2023

Tim Juri

Dewan Kurator Salihara

Lain-Lain

  1. Undangan terbuka ini tidak berlaku untuk sutradara dan kelompok teater yang termasuk keluarga inti karyawan Komunitas Salihara dan anggota Tim Juri.
  2. Keputusan Tim Juri tidak bisa diganggu gugat.
marisa

Melewati Masa-masa Kritis bersama Alunan Nada dari Bar(u)atimur Ensemble

Pengaba & Komposer: Marisa Sharon Hartanto
Vokal: Ardelia Padma Sawitri
Vokal & Gong: Dinar Rizkianti
Suling & Tarawangsa: Sofyan Triyana
Bonang: Marcia Dewi 
Saron: Teberia Sinulingga 
Flute: Ronny Gunawan
Violin: Tamariska Kristianto & Arya Kitti 
Viola: Hesti Katarina
Selo: Rachman Noor 
Teater Salihara, 13 & 14 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)

 

Jakarta, 15 Agustus 2022 – Masa kritis pandemi telah menemukan titik akhir, saat ini Indonesia memasuki tahap pemulihan di mana segala hal berangsur pulih dan kembali normal seperti di awal tahun 2020. Melalui pertunjukan Lewat Masa Kritis oleh Bar(u)atimur Ensemble pada 13 dan 14 Agustus lalu, kita seolah diajak untuk mengingat kembali masa-masa awal pandemi tersebut yang begitu mencekam serta menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian.

Pertunjukan Lewat Masa Kritis menjadi satu-satunya pertunjukan musik luring dalam rangkaian festival Musim Seni Salihara 2022. Dipimpin oleh Marisa Sharon Hartanto sebagai seorang pengaba dan komposer, acara ini sukses menarik perhatian 166  penonton. Tidak hanya bagi Salihara yang akhirnya sukses membawakan pertunjukan musik secara langsung kembali, pasca-pertunjukan pun antusiasme ini  juga dirasakan oleh Sharon bersama dengan timnya. 

Bermain di masa pandemi tentu dirasa Sharon lebih menantang dibanding konser di masa sebelumnya. Banyak hal yang perlu diperhatikan, apalagi bila bermain dengan massa yang terbilang banyak. Maka dari itu, terselenggaranya pertunjukan ini pada Sabtu dan Minggu lalu membuat wanita lulusan Royal Holloway Institute of London ini begitu senang dan puas.

“Senang sekali, namun tantangannya adalah kalau mempersiapkan konser di masa pandemi ini kekhawatiran bertambah, karena konser bisa langsung batal bila ada pemain yang sakit, dan akan sangat repot bila harus mengubah tanggal dan sebagainya.”

Lewat Masa Kritis merupakan perpaduan antara musik timur seperti gong, tarawangsa, dan  gamelan Sunda degung temprak yang diharmonisasikan dengan instrumen barat seperti flute, violin, viola dan selo. Dalam pertunjukan ini, ensambel juga dilengkapi dengan dua orang vokal. Gabungan  instrumen antar dua budaya seolah menarasikan akan kesamaan baik Timur dan Barat yang sama-sama berjuang melewati masa kritis pandemi Covid-19. Dalam keterangan resmi, permainan yang dibawakan pada pertunjukan kali ini ingin membawa makna bahwa ketegangan dan suasana yang naik turun akan berakhir dengan munculnya sinar harapan dan doa untuk segera melewati masa pandemi ini. 

 

Tentang Bar(u)atimur Ensemble:

Merupakan permainan gabungan kata dari kata “baru”, “barat” dan “timur” di mana unsur “baru” menjadi utama, serta Barat dan Timur dilebur walau tidak menjadi acak, masing-masing berdiri sendiri tetapi bersatu melalui satu huruf “t” di tengah. Grup ini dikepalai oleh Marisa Sharon Hartanto yang berperan sebagai pengaba serta komposer. Konsep instrumentasi ensambel menjadi pondasi dasar terbentuknya grup ini. Grup ini dilengkapi oleh anggotanya yang berasal dari lintas tradisi serta bersedia untuk keluar dari zona nyaman masing-masing, mengeksplorasi pertemuan antar kedua tradisi; Barat dan Timur.

 

Tentang Marisa Sharon Hartanto:

Dilahirkan di Jakarta pada 1986 dan saat ini berdomisili di Jakarta. Pada 2013, ia menyelesaikan gelar Magister Komposisi di Royal Holloway University di London. Ia juga meraih gelar Sarjana Farmasi dan Profesi Apoteker dari Universitas Indonesia dan Sertifikat Master Arranging & Orchestration dari Berklee College of Music. Sebagai komposer, konduktor dan pianis, Sharon mengelola sebuah studio musik untuk anak-anak bernama Canzona Music School dan mendirikan Perempuan Komponis, sebuah platform bagi komposer wanita Indonesia, bersama empat rekannya.

Ia juga mendapatkan penghargaan, di antaranya, adalah pemenang BBC Concert Orchestra Baroque Remixed Project 2012 dan penghargaan dari Royal Holloway’s Travel Award: Dame Felicity Lott’s Bursary untuk conducting. Pada 2013 ia ditunjuk sebagai salah satu komponis associate dari London Symphony Orchestra Soundhub’s Phase II. Karya-karyanya telah ditampilkan di dalam dan di luar negeri, seperti London, Skotlandia, Taiwan, Belgia, Australia, Thailand dan Amerika Serikat.

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jozz mercy1

Interaksi antara Tubuh dan Ruang dalam Performing Spiral

Koreografer: Josh Marcy
Penampil: Althea Sri Bestari, Florentina Windy, 
Nudiandra Sarasvati, Syanindita Prameswari
Kolaborator Artistik: Taufik Darwis
Komposer: Arham Aryadi
Lighting design: Deden J. Bulqini
Kostum: IyoNono
Manajer Produksi: Christy Ratna Gayatri

Teater Salihara, 06 & 07 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)

 

Jakarta, 06 Agustus 2022 – Musim Seni Salihara memasuki babak pertama dalam festival seni yang berlangsung selama satu (1) bulan lamanya. Gelaran ini dibuka dengan penampilan pembuka dari koreografer dan seniman tari, Josh Marcy lewat pertunjukan Performing Spiral pada 6 dan 7 Agustus lalu. Karya yang berlangsung selama 80 menit ini berbicara mengenai hasil riset sang koreografer yang telah ia lakukan sejak 2018.

Pertunjukan pembukaan ini menjadi titik awal bagi Komunitas Salihara dalam menyuarakan semangat berkesenian luring pasca-pandemi. Pertunjukan ini meninggalkan beragam kesan terhadap 240 orang yang hadir dalam dua hari pertunjukan. Pertunjukan ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dan politisi seperti Inayah Wahid, Slamet Rahardjo, Saras Dewi, Hilmar Farid, dan Rangga Riantiarno.

Cahyo, salah satu penonton Performing Spiral, turut merasakan energi di dalam pementasan tersebut dan menangkap bahwa dalam menyampaikan sesuatu bisa dilakukan dengan medium yang beragam. “Acara tadi itu sangat membuat saya berpikir bahwa dalam gerak ada momen atau bahasa yang bisa disampaikan dengan cara-cara yang sangat beragam (seolah) gerak memiliki motivasi untuk menyampaikan maksud-maksud tertentu. Itu yang saya rasakan tadi.” 

Josh Marcy, bercerita mengenai latar belakang akan kekaryaan termutakhirnya “Berawal dari ketertarikan terhadap dialog antar tubuh dan ruang, saya kemudian mencatatkan beberapa material gerak yang signifikan mengenai bagaimana tubuh dan mekanismenya berdialog terhadap ruangnya – baik internal maupun eksternal. Salah satunya adalah gerak spiral.”

“Saya mempelajari dan mengalami bagaimana kemampuan tubuh melakukan gerak rotasi ini merupakan salah satu hal penting dalam membentuk proses rekognisi. Dalam hal ini, gerak spiral membuka akses sirkulasi pada tubuh terhadap ruang di sekelilingnya, serta kemungkinannya untuk berinteraksi dengan tubuh dan subjek lain”, lanjut Josh.

Sebagai sebuah karya seni Performing Spiral tidak hanya hadir sebagai sebuah objek pertunjukan saja melainkan dapat diinterpretasikan sebagai sebuah praktik terbuka dan refleksi tubuh yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari. 

Sang koreografer berharap bahwa karya ini dapat mengundang keterlibatan penonton di dalam praktik ketubuhan spiral dan berinteraksi seturut dengan subjektivitasnya masing-masing – baik secara intelektual, sensori, maupun respon kreatif lainnya. 

 

Tentang Josh Marcy:

Seorang seniman tari yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Praktik artistiknya berada di seputar pembacaan kritis mengenai “apa itu tubuh” dan “apa itu ruang”, serta bagaimana dialog antar keduanya membentuk realita. 

Josh mengembangkan riset gerak yang diberi tajuk Body/Space; sebagai sebuah pendekatan artistik terhadap medium ketubuhan. Riset ini yang kemudian diterapkan ke dalam berbagai proses kreatif yang ia lakukan, baik dalam penciptaan karya maupun dalam pelatihan gerak sehari-hari. Praktik artistiknya merujuk pada proses rekognisi – untuk merefleksikan, mengalami, serta membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, yang menjadi bagian maupun realita yang lain.

Beberapa karyanya telah dipertunjukan di berbagai program kesenian, antara lain : Pedestrian di Jakarta Dance Meet Up Reguler and Jakarta Dance Meet Up selection (2017-2018), Spasial di Komunitas Salihara (2018), The Meeting di Jakarta Dance Extravaganza (2019), Side To side, In Scale di Bintaro Design District (2019). Sejak 2018, Josh juga terlibat dalam konstelasi seniman kolaborator di dua karya koreografer Jerman, Isabelle Schad, yaitu Reflection dan Inside Out

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

promo-acara-480p

Berseni Kembali bersama Musim Seni Salihara 2022

06 Agustus – 04 September 2022 
Komunitas Salihara Arts Center & musimseni.salihara.org 

 

Jakarta, Agustus 2022 – Masa pandemi mulai berakhir, beragam kegiatan secara bertahap mulai normal kembali. Khususnya kegiatan seni budaya yang sudah mulai diterapkan secara 100% di mana-mana. Momen pulih inilah yang patut disambut dengan suka cita khususnya Komunitas Salihara lewat persembahan Musim Seni Salihara 2022 atau MSS 2022.  Melalui jargon “Berseni Kembali”, MSS 2022 semangat untuk menghadirkan sajian baru yang tidak hanya mempertontonkan pertunjukan seni saja melainkan pameran —yang bertajuk Kelana Boneka— dan juga diskusi seni  dengan nama Fokus!.

Nirwan Dewanto, Direktur Program Komunitas Salihara Arts Center memaparkan makna Berseni Kembali dalam kata pengantarnya, “Bersemi kembali—dan berseni kembali. Bukan berarti bahwa di hari-hari kemarin kita kekurangan seni…. 

Namun sudah waktunya seni mengambil tempat lagi di tengah kancah hidup kita bersama, yakni bahwa kita, pemirsa, hadir berhadapan langsung dengan karya-karya seni. Pameran seni rupa dan pertunjukan teater, misalnya, adalah peristiwa yang—sebaik-baiknya—kita alami langsung.”

Bagi Komunitas Salihara, kehadiran MSS 2022 ini menjadi wujud komitmen kami untuk terus menghidupkan semangat berkesenian setelah pembatasan sosial berskala besar di masa pandemi. Meskipun pandemi belum berakhir, kami terus berupaya untuk bisa memberikan perkembangan teraktual dalam dunia seni tanah air kepada masyarakat melalui program-program kami.

Pertunjukan dalam MSS 2022 akan dimeriahkan oleh penampilan dari 14 seniman individu atau kelompok dari Indonesia maupun mancanegara. Dari total 14 seniman yang bisa disaksikan penampilannya, empat di antaranya merupakan tayangan arsip atau pertunjukan yang sudah pernah ditampilkan di Komunitas Salihara. 

Ugo Untoro, salah satu seniman dan perupa boneka yang karyanya juga akan ditampilkan dalam pertunjukan Musim Seni Salihara, untuk pertama kalinya akan berkolaborasi dengan grup teater, Komunitas Sakatoya. Ini merupakan penampilan perdana bagi boneka Ugo Untoro untuk tampil dalam sebuah pertunjukan teater.

“Awalnya kalau tidak salah diminta untuk main sendiri padahal saya belum pernah memainkan boneka-boneka saya dalam bentuk sebuah pertunjukan. Namun akhirnya dipertemukanlah saya (oleh Komunitas Salihara) dengan Komunitas Sakatoya dan jadilah kami berdua berkolaborasi bersama.”

Pertunjukan Amongraga oleh Komunitas Sakatoya dan Ugo Untoro menjadi salah satu pertunjukan yang bisa dilihat secara langsung di Komunitas Salihara dimulai dari tanggal 6 Agustus hingga 4 September 2022. Para penampil akan terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu luring (on-site), daring (online), dan pertunjukan arsip. Untuk pertunjukan luring pengunjung dapat menyaksikan: Bar(u)atimur Ensemble, Fitri Setyaningsih, Josh Marcy, Komunitas Sakatoya dengan Ugo Untoro, dan Motekar; sedangkan untuk daring ada: Cloud Gate, Dewa Alit, Sinta Wullur dan Tatiek Maliyati. Salihara juga menyediakan pertunjukan lama yang dapat disaksikan kembali dalam pertunjukan arsip yang terdiri dari: Arica Theater Company, Speak Percussion, Otniel Tasman dan Rendra Bagus Pamungkas.

Selain pertunjukan, pengunjung juga bisa menikmati pameran boneka teater Nusantara yang bisa disaksikan di Galeri Salihara. Pameran dengan tajuk “Kelana Boneka” ini akan menghadirkan puluhan boneka dari sembilan (9) seniman Indonesia seperti Boneka Koran Sena Didi Mime, Kuntilanak Miss Tjitjih, Papermoon Puppet Theatre, Wayang Baja Hitam Enthus, Wayang Faisal Kamandobat, Wayang Golek Asep Sunandara Sunarya, Wayang Golek Den Kisot, Wayang Heri Dono dan Wayang Ukur Sukasman.

Tahun ini, berbeda dengan penyelenggaraan di tahun 2020, Musim Seni Salihara juga menghadirkan diskusi seni berbasis kesejarahan dengan nama Fokus!. Dengan tema “Pertumbuhan Teater Modern (di) Indonesia” seri diskusi daring ini akan mengajak peserta untuk mengikuti perjalanan teater di Indonesia dari era kolonial hingga pascareformasi 1998 melalui enam (6) sesi diskusi. 

Diskusi ini akan diisi oleh tokoh-tokoh ternama dari kalangan penulis, sejarawan, pelaku seni, serta peneliti yang diantaranya adalah Arthur S. Nalan, Barbara Hatley, Benny Yohanes, Cahyaningrum Dewojati, Goenawan Mohamad, Ibed S. Yuga, Kurniasih Zaitun, M. Yoesoef, Matthew Isaac Cohen, N. Riantiarno, Slamet Rahardjo dan Yudi Ahmad Tajudin.

Seluruh jadwal pertunjukan, pemesanan tiket, dan detail acara bisa disaksikan secara lengkap di musimseni.salihara.org.

Tentang Fokus!:

Sebelumnya dikenal dengan nama Zoom In Salihara. Program ini berupa serangkaian diskusi yang terfokus membahas topik-topik dalam bidang seni tertentu dan diselenggarakan secara daring (online). Setelah membahas topik-topik seperti seni rupa dan musik pada tahun-tahun sebelumnya, kali ini Fokus! hadir dengan diskusi mengenai teater. Menjadi salah satu program dalam Musim Seni Salihara 2022, seri Fokus! kali ini akan membahas  “Pertumbuhan Teater Modern (di) Indonesia”.

Tentang Kelana Boneka:

Pameran ini menggarisbawahi irisan di antara dua atau lebih disiplin seni, antara seni rupa dan seni pertunjukan. Pilihan pada “teater wayang dan boneka kontemporer” adalah untuk menimbang bahwa lingkup tersebut bukan hanya bersifat transdisiplin yang melibatkan para seniman dari seni pertunjukan maupun seni rupa, tetapi juga mengetengahkan persilangan antara yang lama, yang berangkat dari khazanah tradisi, dan yang baru, atau disebut kontemporer.

Pameran ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menunjukkan potensi teater boneka dan wayang di Nusantara. Pameran ini juga ingin menekankan hasil-hasil eksperimen yang dikerjakan oleh para seniman yang bersangkutan.

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jb2023

Undangan Terbuka Salihara Jazz Buzz 2023

Komunitas Salihara membuka kesempatan seluas-luasnya kepada musisi di seluruh Indonesia untuk tampil di acara Salihara Jazz Buzz 2023 dengan tema Pertukaran/Exchange.

Sejak berdirinya Salihara (2008) salah satu acara yang paling diminati musisi dan penonton adalah acara Jazz Buzz. Tim kurator Salihara selalu mengupayakan mencari tema baru dan memilih musisi berkualitas yang berminat terhadap karya-karya inovatif. Selama kurang lebih lima tahun ini Salihara menggunakan tema Sans Frontiéres, sebuah gagasan musikal yang mengetengahkan kebaharuan melalui konsep “lintas-batas”. Program Jazz Buzz selalu berusaha mencari format baru dalam kaitannya dengan pilihan genre, komposisi maupun presentasi musik.

Tanpa meninggalkan semangat kebaharuan sesuai dengan arah dan tujuan Jazz Buzz, kali ini Salihara mengetengahkan tema yang lain yaitu Pertukaran/Exchange sebuah gagasan untuk terus mencari bentuk dan estetika baru.

Tema ini merupakan sebuah cara yang menawarkan gagasan baru melalui Undangan Terbuka Salihara Jazz Buzz 2023 di masa pasca-pandemi Covid-19.

 

Batasan

Tema Pertukaran/Exchange sesuai dengan pilihan Komunitas Salihara untuk mengusung semangat kebaharuan dalam program-program pertunjukannya. Tema ini tentunya masih menampung sifat jazz yang menjelajah ke genre-genre musik yang lain.
Bagi para grup yang terpilih, Salihara akan mengundang musisi senior untuk berkolaborasi/pembimbingan dalam 2-3 karya yang sudah dipilih.
Tiap grup terpilih akan didampingi oleh satu musisi.

Ketentuan

  1. Musisi adalah warga negara Republik Indonesia dan belum berusia 35 tahun pada
    tanggal 31 Desember 2023;
  2. Materi konser paling sedikit menampilkan 4 (empat) karya baru, termasuk aransemen atau komposisi ulang yang mengandung unsur kebaharuan;
  3. Durasi konser maksimal 70 menit;
  4. Format grup mulai dari 2 (dua) hingga 12 (dua belas) musisi;
  5. Bantuan produksi untuk setiap musisi terpilih maksimal Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). Jumlah bantuan akan disesuaikan dengan besaran ensambel;
  6. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara juga memberikan bantuan berupa
    fasilitas yang tersedia: ruang pentas dan fasilitas pendukungnya, promosi dan
    publikasi acara, dokumentasi (foto dan video), dan akomodasi di Wisma Salihara;
  7. Komunitas Salihara tidak menanggung biaya transportasi dan konsumsi musisi terpilih;
  8. Selama persiapan pementasan, musisi terpilih akan mendapatkan pendampingan dari Dewan Kurator Komunitas Salihara dan musisi senior yang akan ikut berkolaborasi dalam 2-3 karya.

Persyaratan

  1. Mengisi formulir pendaftaran, menyertakan CV dan RAB (rencana anggaran biaya);
  2. Formulir pendaftaran, CV dan RAB produksi bisa diunduh di sini;
  3. Membuat surat pernyataan yang ditandatangani musisi di atas kertas bermeterai
    Rp10.000 bahwa karya tersebut adalah karya asli, bukan karya jiplakan atau plagiat;
  4. Mengirimkan formulir pendaftaran, RAB produksi, portofolio musisi, surat
    pernyataan dan 2 (dua) contoh karya terbaru (belum pernah diterbitkan dalam bentuk
    apa pun) termasuk aransemen/komposisi ulang yang mengandung kebaharuan ke
    opencall@salihara.org.
    Seluruh berkas dikirim dengan subyek Undangan Terbuka Jazz Buzz 2023_Nama Musisi paling lambat Minggu, 16 Oktober 2022 jam 23:59 WIB;
  5. Contoh rekaman karya dikirim dalam format audio mp3 atau mp4 melalui tautan Google Drive atau We Transfer;
  6. Karya tersebut belum pernah dipentaskan di Komunitas Salihara dan tidak sedang
    diikutkan dalam perlombaan mana pun.

Waktu

Pengiriman proposal: 30 Juli s.d. 16 Oktober 2022;
Pengumuman: 31 Oktober 2022;
Pentas di Teater Salihara: Februari 2023.

Tim Juri

Dewan Kurator Salihara

Lain-Lain

Anggota keluarga inti para karyawan Komunitas Salihara dan Dewan Juri tidak diperbolehkan mengikuti undangan terbuka ini.
debat-sastra-salihara-2022

Menyambut 100 Tahun Chairil Anwar: Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2022

Menyambut 100 Tahun Chairil Anwar:
Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2022 Dibuka
Pendaftaran: Mei – September 2022
Total Hadiah: Rp44.000.000,-

 

Jakarta, Juni 2022 – Membaca karya sastra baik ditanamkan sejak dini demi menciptakan generasi yang kreatif, kritis dan berwawasan luas. Melalui karya sastra, kita dapat menumbuhkan kekayaan intelektualitas, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan menyusun kerangka berpikir yang baik. 

Dalam rangka mendukung dan menumbuhkan minat membaca sastra sejak dini, Komunitas Salihara kembali mengadakan Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA yang akan dilakukan secara hybrid. Kompetisi ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan siswa/i tentang perkembangan sastra Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa bangga menjadi wakil sekolah masing-masing.

Tahun ini, Komunitas Salihara akan mengangkat tema tentang Membandingkan Sajak Chairil Anwar dengan Penyair Amerika Serikat. Tema tersebut diangkat sebagai bentuk peringatan akan 100 tahun sang penyair yang jatuh tepat di 2022 ini. Sebagai seorang penyair dan penulis penting di awal era kemerdekaan Indonesia, karya-karya Chairil Anwar kerap terpengaruh oleh penyair-penyair dunia seperti Belanda, Tiongkok, dan Jerman. Kompetisi ini akan terfokus terhadap hubungan karya-karya Chairil Anwar yang terpengaruh oleh karya para penyair Amerika Serikat sebagai pembandingnya.

Untuk bisa berpartisipasi, Peserta merupakan siswa yang masih duduk di bangku SMA atau setara ketika final debat berlangsung hingga 30 Oktober 2022. Kompetisi ini tertutup untuk kelompok dari sekolah yang telah menjadi finalis dan juara pada tahun sebelumnya.

Siswa/i diminta untuk membentuk satu kelompok yang terdiri dari tiga anggota. Setiap sekolah setingkat SMA dipersilakan untuk mengirimkan lebih dari satu kelompok sebagai perwakilan. Peserta juga diizinkan untuk memberi nama kelompoknya secara bebas. Setiap kelompok akan diminta untuk membuat telaah berupa tulisan atau makalah terkait dengan karya yang dibandingkan (didapat setelah mengisi formulir pendaftaran).

Peserta yang memenuhi kualifikasi akan masuk menuju babak final yang akan diadakan Oktober 2022, lokasi mengikuti perkembangan kondisi protokol kesehatan. Bila aman untuk diadakan di Komunitas Salihara, peserta yang berada di luar Jabodetabek akan ditanggung biaya akomodasi dan transportasinya.

Pendaftaran kompetisi ini dibuka secara resmi pada 07 Mei 2022 sampai 09 September 2022 Pengumpulan makalah paling lambat 10 September 2022. Juara 1 akan mendapatkan hadiah sejumlah Rp20.000.000; Juara 2 sejumlah Rp10.000.000; dan tiga makalah favorit masing-masing Rp3.000.000. 

 

Tentang Chairil Anwar dan Penyair Amerika Serikat

Demi memperbaharui perpuisian Indonesia modern pada dasawarsa 1940-an, Chairil Anwar tidak hanya membaca sajak-sajak penyair Belanda dan Jerman, tetapi juga penyair Amerika Serikat, seperti Archibald MacLeish, John Cornford, Conrad Aiken, T.S. Eliot, Ezra Pound, dan W.H. Auden. Dia bukan hanya membaca dan menerjemahkan karya-karya itu, tetapi menyadurnya atau menjadikan semua itu sebagai inspirasi dari puisi-puisinya.

Menurut H.B. Jassin, kritikus dan dokumentator sastra, ketika Chairil Anwar meninggal pada 28 April 1949, ia meninggalkan tidak kurang dari 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli dan 4 prosa terjemahan—semua jadi 94 tulisan.

Membicarakan atau membahas bagaimana pengaruh sajak-sajak penyair Amerika Serikat terhadap kompleks persajakan Chairil Anwar, akan memberi kita kesempatan untuk memahami pentingnya karya sastra di masa lalu dalam perspektif yang lebih luas dan kaya.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Mengapa Sutan Takdir Alisjahbana

Mengapa Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane Berpolemik?

Sutan Takdir Alisjahbana (STA) adalah sastrawan yang lahir tahun 1908. Pada tahun 1933, STA menjadi salah satu sastrawan yang menerbitkan majalah sastra Poedjangga Baroe. Di penghujung masa pemerintahan kolonial Belanda, STA menjadi tokoh penting dalam pencarian identitas Indonesia. Ia menulis esai Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru yang diterbitkan Poedjangga Baroe tahun 1935. 

Jiwa yang melahirkan Borobudur yang luhur itu tidak ada sangkut pautnya dengan semangat menyala-nyala dalam dada para penganjur cita-cita keindonesiaan dalam abad kedua puluh ini.

Paragraf dari esai STA yang mewakili pemikirannya tentang masyarakat Indonesia seharusnya membawa nilai-nilai kemajuan dan modernitas ala Barat. Sanusi Pane salah satu sastrawan angkatan Poedjangga Baroe, tidak setuju dengan pemikiran STA. Ketidaksepakatan Sanusi Pane ditulis dalam esai Persatuan Indonesia tahun 1935. 

Zaman sekarang ialah kelanjutan dari zaman sebelumnya. Manusia tidak mampu menciptakan kekinian yang baru sama sekali.

Dalam esainya, ia menyatakan bahwa pemikiran STA justru menentang semangat kedaerahan. Tulisan STA dan Sanusi Pane menjadi awal masuknya perdebatan pendapat dalam menentukan orientasi kebudayaan Indonesia. Perdebatan ini tidak hanya antara STA dan Sanusi Pane, tapi juga menyulut tokoh lainnya untuk ikut berpendapat, salah satunya Ki Hadjar Dewantara. Perdebatan inilah yang memicu Polemik Kebudayaan hingga muncul pandangan identitas Indonesia yang ala Barat atau ala Timur. 

Kenapa polemik ini menjadi ramai dan penting untuk dibicarakan? Dengarkan perbincangan lengkapnya di Siniar Salihara, Ngomong-ngomong Soal Polemik Sastra dan Seni episode 01. 

 

Ditulis oleh: Udiarti