Helatari 2023: Pernyataan Dewan Juri

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Pada tanggal 28 Desember 2022, Dewan Juri Helatari 2023 menerima 51 proposal karya dari seluruh daerah di Indonesia. Daerah-daerah tersebut meliputi Bali (6), Daerah Istimewa Yogyakarta (5), Lampung (1), DKI Jakarta (9), Jambi (2), Jawa Barat (7), Jawa Tengah (8), Jawa Timur (2), Kalimantan Barat (1), Kalimantan Tengah (1), Papua (2), Riau (1), Sulawesi Tenggara (1), dan Sumatera Barat (5). Kami mengapresiasi sejumlah tawaran karya tari baru yang berangkat dari khazanah tradisi maupun nontradisi, serta banyaknya proposal karya yang menawarkan kerja-kerja perlintasan dengan disiplin maupun media lain. Secara gambaran besar, kami melihat bahwa ada pergerakan yang positif di dalam gagasan tari kontemporer saat ini. Namun, kami juga menemukan kelemahan dalam narasi pelamar menerjemahkan gagasan–baik yang berangkat dari isu sosial maupun eksperimentasi seni–ke dalam sebuah konsep pertunjukan yang utuh. 

Dari keberagaman tawaran tersebut, kami memilih 8 proposal karya yang dianggap memiliki kekuatannya masing-masing, seperti membongkar relasi praktik artistik dengan relasi di luar dirinya, serta kematangan dalam mengolah tatapan atas pengalaman personal yang membuka kemungkinan tafsir lebih luas.

Dengan mempertimbangkan unsur penilaian dan pemrograman festival ini, kami kemudian sepakat memilih 3 karya untuk dipentaskan dalam Helatari Komunitas Salihara 2023. 

Karya-karya terpilih adalah sebagai berikut (tidak berdasarkan peringkat):

 

I Wayan Sumahardika – “The (Famous) Jung Jung-Te Jung Dance”

Karya ini menawarkan pemaknaan atas relasi tradisi, kesejarahan (arsip), dan proses artistik yang menantang tatapan atas karya tari Bali dalam dunia kontemporer. Pengkarya secara jelas mengambil posisi atas praktiknya, sehingga mampu memiliki kejernihan dalam menjelaskan gagasan melalui konsep pertunjukan dan berani mencoba tawaran pemanggungan yang berbeda. Hal ini juga sekaligus memperlihatkan bagaimana karya tersebut mampu menipiskan sekat yang mungkin ada di antara praktik kerja riset dengan seni itu sendiri, yaitu pengkarya secara apik menjalin keduanya sebagai satu praktik riset-artistik yang tidak terpisah dan terus bertumbuh secara konsisten.

Anastasia Verrina – “Waktu Ku Kecil, Tidak Besar”

Karya yang diajukan mampu memperlihatkan bagaimana gagasan pengkarya mengkoreografi konsep pertunjukan, yang kami pandang sebagai perluasan atas  praktik koreografi normatif. “Waktu Ku Kecil, Tidak Besar” secara berani mempertunjukan kualitas gerak yang bukan berangkat dari teknik tari secara umum – yaitu baris-berbaris (PBB), hingga pilihan pendekatan artistik yang diambilnya. Karya ini lantas memainkan ketegangan antara realita sosial dan dramaturgi panggung yang memberi kesempatan bagi penonton untuk menafsir secara luas. 

Megatruh Banyumili – “Budi Bermain Boal”

Karya ini memberi premis tentang bagaimana sebuah idiom–sebagai bagian dari metode pendidikan–tanpa disadari mempengaruhi pandangan dan perilaku sehari-hari. Premis ini kemudian diurainya melalui kerja interdisiplin yang mengekstraksi tubuh (tari) dengan pendekatan teater ala Boal, sehingga memberi dimensi lain pada karya.

 

Demikianlah pilihan dan pertanggungjawaban Dewan Juri Helatari 2023. Keputusan Dewan Juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Kami berharap seluruh seniman yang melamar dan belum mendapat kesempatan, tetap semangat berkarya. Selamat menjalani proses kreatif bagi para seniman terpilih.

 

Jakarta, 9 Februari 2023

Dewan Juri Helatari 2023
Josh Marcy
Rebecca Kezia
Tony Prabowo

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter