Obituari Ignas Kleden

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Ignas Kleden adalah seorang intelektual yang tajam melancarkan kritik terhadap kinerja kaum intelektual itu sendiri. Kegemaran para cendekia kita untuk ramai-ramai berkomentar tentang isu-isu sosial-politik, bagi ia, adalah salah satu tanda bahwa mereka bukan mengerjakan gagasan, tetapi bermain-main dengan gagasan; bukan berdiskusi, tetapi mengobrol, bila bukan bergosip. Terhadap keterlibatan mendalam kaum ilmuwan sosial dalam kerja pembangunan, atau proyek modernisasi pada umumnya, ia mengingatkan bahwa “relevansi sosial” demikian justru membuat ilmu-ilmu sosial kehilangan dimensi ilmiahnya, dan dengan begitu sebenarnya juga memperkecil dampaknya dalam perubahan sosial.

Kepada kaum intelektual publik dan ilmuwan sosial, baik yang di kiri maupun yang di kanan, yang kerap menganggap diri garda depan perkembangan sosial, ia menyatakan bahwa kinerja ilmu-ilmu sosial (juga humaniora, ilmu hukum dan ilmu ekonomi), termasuk “indigenisasi”-nya di Indonesia, hanya akan berlaku baik bila para eksponennya menjalankan sikap waspada yang bersisi tiga. Yang pertama, ialah sisi epistemologis, yang memeriksa dasar-dasar kebenaran disiplin yang bersangkutan; yang kedua, ialah sisi historis, yang menunjukkan bahwa nilai “universal” yang teranut sesungguhnya hasil dari konteks sejarah yang bersifat khusus; yang ketiga adalah sisi etis, yang akan mengingatkan apakah kiprah yang bersangkutan adalah mencari kebenaran atau sekadar menjadi alat bagi ideologi dan kekuasaan.

Semua tulisan Ignas Kleden, untuk memakai ungkapannya sendiri, adalah kritik kebudayaan. Namun ia adalah intelektual yang begitu langka di Indonesia. Ia bukan hanya fasih memperkarakan perihal kebudayaan umum, tetapi menukik ke lingkup yang lebih spesifik: ia menulis kritik sastra. Di ranah kesastraan ini pun, ia menempuh jalan yang tersendiri. Sangat berbeda dengan sebagian besar kritikus sastra Indonesia, Ignas membuktikan bahwa karya sastra membuat makna yang terbaik bagi pembaca justru dengan berpisah dari konteks sosialnya dan dari niat si pengarang. Ia juga menunjukkan bahwa kekeliruan kritik sastra ilmiah ialah penerapan “teori” secara doktriner dan tanpa penghayatan.

Ia pernah hadir berbicara di Komunitas Salihara pada forum Kuliah Umum: Pramoedya dan Pemikiran Kebangsaan, 2011.

Buku-buku Ignas Kleden adalah Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan, Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan, Fragmen Sejarah Intelektual, dan Indonesia Sebagai Utopia. Ia lahir di Larantuka, Flores Timur, pada 19 Mei 1948, dan berpulang di Jakarta pada 22 Januari 2024.

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter