marka

Marka/Matriks: Menyusuri Jejak dan Metafora dalam Seni Cetak Grafis Kontemporer

Jakarta, 19 April – 18 Mei 2025

Galeri Salihara

 

Jakarta, 19 April 2025 – Komunitas Salihara membuka pameran perdananya di 2025 dengan tajuk Marka/Matriks pada Sabtu, 19 April di Galeri Salihara. Pameran yang berlangsung selama satu bulan ini menghadirkan 30 seniman lokal dan mancanegara serta menampilkan lebih dari 105 karya dengan berbagai teknik cetak grafis yang beragam.

Seni cetak grafis kontemporer bukan hanya sekadar teknik mencetak gambar pada media tertentu, tetapi sebuah ruang yang luas untuk eksperimen, dialog, dan berinteraksi antara berbagai disiplin ilmu. Dari teknik cukilan kayu, etsa, litografi dan sablon hingga penggunaan fotografi, teknologi digital dan kecerdasan artifisial, seni cetak grafis terus berkembang mengaburkan batasan-batasan medium dan tak lagi terbatas pada teknik atau prosedur tertentu, tapi menjadi cara baru dalam berpikir dan berekspresi. 

Marka/Matriks sebagai judul diambil dari kata marker (tanda) dan matriks (acuan cetak). Dua kata ini diangkat untuk menegaskan bahwa ini adalah pameran seni cetak grafis dan merupakan dua istilah yang melekat dengan seni grafis; dikemukakan oleh Agung Hujatnika selaku ko-kurator pameran ini. 

“Marka itu sesuatu yang ditinggalkan ketika bekerja dengan plat tertentu dalam teknik konvensional sedangkan matriks itu merupakan acuan cetaknya yakni plat, batu, kayu cukil dan sebagainya…” lanjut Agung.

Pameran Marka/Matriks menampilkan beragam teknik cetak grafis dalam berbagai bentuk baik yang tradisional–cukil kayu, etsa, litografi, sablon, dsb–hingga berbasis digital hasil eksplorasi dari seniman yang berpartisipasi. 

 

Jembatan di Tengah Diskursus Seni Cetak Grafis Asia Tenggara

Dalam keterangan tertulis, Kurator Galeri Komunitas Salihara, Asikin Hasan mengatakan bahwa karya-karya dalam pameran ini dapat membuka ruang eksplorasi serta menjadi jembatan di tengah diskursus seni cetak grafis Asia Tenggara yang begitu luas.

“Karya-karya dalam pameran ini menunjukkan bagaimana proses cetak dapat bergerak di luar fungsi tradisionalnya, menjadi ruang bagi seniman untuk mengungkapkan gagasan-gagasan seputar kekinian dan kemutakhiran. 

Seniman yang berpartisipasi tidak hanya mengandalkan teknik yang sudah ada, tetapi juga berani untuk mengeksplorasi bahan-bahan alternatif dan alat yang tidak biasa. Dalam pameran ini, kita akan melihat bagaimana seni cetak berfungsi sebagai jembatan, menghubungkan berbagai medium dan membuka ruang bagi eksplorasi lebih lanjut.”

Dalam pameran ini pengunjung dapat melihat berbagai irisan dalam dunia cetak grafis seperti karya Agugn, The Tower (2022) yang bisa dilihat di dekat pintu masuk yang memperlihatkan contoh karya dan matriksnya disandingkan bersebelahan.

Lalu ada karya Cecil Mariani yang memanfaatkan teknologi terkini; AI dalam proses penciptaan karyanya. Teknik AI dimanfaatkan Cecil dalam menciptakan prompt yang nantinya diolah menjadi matriks yang melahirkan karya Dragon Praying to be Dove 4: Earth Malkuth (2023) & Distant Shaman Kiss (2024).

Pengunjung juga bisa berinteraksi dengan karya dalam pameran ini melalui karya Adi Sundoro berjudul Pasal Karet (2025). Karya ini mengajak pengunjung untuk mencelup kain PVC ke dalam air dan mengeringkannya di jemuran yang sudah disediakan sebagai representasi akan kondisi hukum Indonesia saat ini dalam pandangan sang seniman. 

Selain karya-karya di atas, pengunjung akan menikmati lebih dari 105 karya lainnya yang bisa disaksikan selama satu bulan ke depan.

 

Berikut adalah daftar seniman dalam pameran Marka/Matriks:

Adi Sundoro Fuad Pathil Prihatmoko Moki
Agugn Garis Edelweiss RW Mulyadi
Agung Kurniawan Goenawan Mohamad Satria Nugraha
Amnat Kongwaree Gunawan Bonaventura Septa Adi
Amorn Thongpayong Haslin Ismail Syahrizal Pahlevi
Arpatsarin Khunnarong Henryette Louise Syaiful Ardianto
Cecil Mariani Krack Printmaking Collective Theresia A. Sitompul
Devy Ferdianto M. Muhlis Lugis Tisna Sanjaya
Edi Sunaryo Maharani Mancanagara Ucup Baik
Firman Lie Ong Hieng Fuong Vimonmarn Khanthachavana

Pameran Marka/Matriks dibuka untuk umum mulai 19 April – 18 Mei 2025, setiap Selasa-Minggu pukul 11:00-19:00 WIB (kunjungan terakhir 18:30 WIB). Pengunjung dapat melakukan pembelian tiket di tiket.salihara.org dengan harga Rp50.000 (umum) & Rp25.000 (pelajar). 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

gmkehormatan2025

Goenawan Mohamad Terima Tanda Kehormatan Official Cross of the Order of “Isabel la Catolica” oleh Kerajaan Spanyol

Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025 | 18:00 WIB

 

Jakarta, 18 Maret 2025 – Atas kontribusi Goenawan Mohamad dalam dunia sastra, seni, dan jurnalistik, Raja Spanyol H.M. King Felipe VI melalui Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Francisco Aguilera Aranda menganugerahi Goenawan Mohamad Official Cross of the Order of “Isabel la Catolica” pada Selasa (18/03) di kediaman Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Jakarta.

Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi luar biasa Goenawan Mohamad dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi, keadilan sosial, serta kontribusinya dalam mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Spanyol.

Ketertarikan Goenawan Mohamad terhadap sastra global salah satunya sastra Spanyol, menjadi salah satu alasan Ia dianugerahi penghargaan ini. Sosok Goenawan Mohamad digambarkan persis seperti sosok Don Quijote dalam karya Miguel de Cervantes yang selalu mengangkat tema akan keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan.

“Tema universal seperti keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan—yang begitu kuat diwujudkan dalam sosok Don Quijote—tercermin dalam karyanya. Sebagaimana ksatria pengembara ciptaan Cervantes yang menentang norma-norma kaku pada zamannya, Goenawan secara konsisten menggunakan suaranya untuk mempertanyakan kekuasaan dan memperjuangkan kebenaran.” ujar Fransisco dalam pidato pembukaan di kediamannya.

Jembatan budaya antara Spanyol dan Indonesia tercermin dalam pertunjukan teater boneka yang ditulis oleh Goenawan Mohamad yang berjudul Den Kisot. Pentas boneka  ini  pertama kali dipentaskan pada 2019 di Salihara Arts Center, dan disutradarai oleh Endo Suanda.. Setelahnya, pementasan ini mulai dipentaskan di berbagai tempat antara lain Bandung, Solo, Yogyakarta, Ternate, dan Tidore. Perjalanan karya Den Kisot ke berbagai daerah ini merupakan bentuk kolaborasi antara Komunitas Salihara dengan Kedutaan Besar Spanyol.

“Kisah Don Quijote telah menginspirasi saya sejak kecil. Saya merasa terhormat dapat mementaskan pertunjukan wayang yang mengadaptasi dari kisah tersebut. Prosesnya cukup berat namun menyenangkan, saya begitu senang dan bangga. Bagi saya pribadi, pementasan (Den Kisot) ini merupakan sebuah pencapaian budaya bagi saya. Di mana karya ini dipentaskan dalam format wayang golek ala Sunda dari cerita Don Quijote de La Mancha.” Ujar Goenawan Mohamad saat pidato penyerahan medali Order of “Isabel la Catolica”.

Seusai pemberian medali acara ini ditutup dengan dua rangkaian pertunjukan, yang pertama adalah pembacaan puisi berjudul Epilog dari kumpulan puisi Don Quixote (2024) karya Goenawan Mohamad oleh Rebecca Kezia. Rangkaian penghargaan ini ditutup dengan pertunjukan musik oleh DeKa yang juga menjadi pengiring dalam pentas boneka Den Kisot dan membawakan lagu-lagu dalam pertunjukan tersebut. 

 

Pidato Duta Besar Kerajaan Spanyol untuk Indonesia, Francisco Aguilera Aranda:

Text diterjemahkan ke bahasa Indonesia. 

Hari ini, kita berkumpul untuk memberikan penghormatan kepada seorang ikon sastra dan jurnalistik Indonesia, Goenawan Mohamad. Kariernya yang ditandai dengan komitmen teguh terhadap kebebasan berekspresi dan keadilan sosial menjadikannya penerima yang layak dari Order of “Isabel la Católica”, sebuah penghargaan yang tidak hanya mengakui pencapaiannya secara individu, tetapi juga dampak besar terhadap masyarakat serta kontribusinya dalam memperkuat hubungan budaya antara Indonesia dan Spanyol.

Goenawan Mohamad lahir pada 29 Juli 1941 di Batang, Indonesia. Sejak usia muda, kecintaannya terhadap sastra telah membawanya pada karier yang kaya, termasuk penerbitan berbagai kumpulan puisi seperti Parikesit (1971) dan Asmaradana (1992), serta esai-esai yang menantang norma dan membuka dialog kritis tentang budaya serta politik Indonesia.

Lebih dari itu, ia juga mendalami tradisi sastra global, termasuk sastra Spanyol. Tema universal seperti keadilan, idealisme, dan perjuangan melawan kesulitan—yang begitu kuat diwujudkan dalam sosok Don Quijote—tercermin dalam karyanya. Sebagaimana ksatria pengembara ciptaan Cervantes yang menentang norma-norma kaku pada zamannya, Goenawan secara konsisten menggunakan suaranya untuk mempertanyakan kekuasaan dan memperjuangkan kebenaran.

Kecintaannya terhadap sastra tidak terbatas pada karyanya sendiri. Sebagai penerjemah dan kritikus, ia telah memperkenalkan para pembaca Indonesia kepada para sastrawan dunia, sebagaimana Spanyol telah menjadi jembatan antarbudaya sepanjang sejarah. Ia memiliki rasa ingin tahu intelektual yang sama dengan para penulis besar Zaman Keemasan Spanyol—Quevedo, Calderón, dan terutama Cervantes.

Salah satu pencapaian paling signifikan dari Goenawan adalah pendirian majalah Tempo, di mana ia menjabat sebagai pemimpin redaksi selama lebih dari dua dekade. Melalui platform ini, ia menjadi pembela gigih jurnalisme independen, menggunakan kata-katanya untuk mengungkap ketidakadilan dan mempromosikan hak asasi manusia. Kolom mingguannya, Catatan Pinggir, menjadi mercusuar pemikiran kritis, memberikan analisis tajam terhadap isu-isu sosial dan politik—mirip dengan esai intelektual ternama Spanyol seperti Ortega y Gasset ketika mendirikan La Revista de Occidente pada tahun 1920-an. Suaranya, seperti para penulis kronik terdahulu, telah membentuk wacana publik dan membimbing generasi pemikir serta penulis.

Goenawan bukan hanya seorang penyair dan jurnalis; ia adalah pemikir yang pengaruhnya melampaui batas tulisan. Esai-esainya, seperti Seks, Sastra, dan Kita (1980) serta Kesusastraan dan Kekuasaan (1993), mengeksplorasi hubungan antara sastra dan kekuasaan, mendorong para penulis untuk merenungkan peran mereka dalam membentuk masyarakat. Pendekatan humanistiknya serta kemampuannya untuk menghubungkan diri dengan perjuangan sehari-hari mengingatkan kita pada pemikiran sastra dan filsafat Spanyol, mulai dari refleksi eksistensial Miguel de Unamuno hingga kritik sosial Federico García Lorca.

Kontribusinya terhadap sastra kontemporer Indonesia tidak terbantahkan. Ia telah menginspirasi para penulis muda untuk menemukan suara mereka sendiri dan mengangkat tema-tema kompleks dengan keberanian. Seperti yang dikatakan Ayu Utami dengan begitu indah, “Melalui karya-karya Goenawan Mohamad, kita belajar bagaimana berinteraksi dengan filsafat global dan mengasah kepekaan estetika kita.”

Kemampuan untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan kreatif inilah yang menjadikan warisannya begitu berharga, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia, termasuk di Spanyol, di mana kebebasan intelektual dan ekspresi seni telah lama menjadi nilai yang dijunjung tinggi.

Sepanjang kariernya yang cemerlang, Goenawan telah menerima berbagai penghargaan yang mengakui kiprahnya dalam jurnalisme dan sastra, termasuk International Press Freedom Award yang bergengsi dari Committee to Protect Journalists pada tahun 1998. 

Penghargaan-penghargaan ini menjadi bukti dedikasinya yang tak tergoyahkan terhadap kebenaran, keadilan, dan kebebasan—prinsip-prinsip yang menjadi dasar tradisi demokrasi baik di Indonesia maupun Spanyol.

Dengan menganugerahkan Order of “Isabel la Católica” kepada Goenawan Mohamad, kita merayakan perannya sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan Spanyol. Karyanya mencerminkan semangat Don Quijote dari Cervantes—sebuah pengejaran ideal yang tak kenal lelah, perlawanan terhadap penindasan, dan keyakinan pada kekuatan transformatif kata-kata. Tulisan-tulisannya mengingatkan kita bahwa sastra dan jurnalisme bukan sekadar alat pencatat sejarah, tetapi juga kekuatan yang mampu membentuk masyarakat dan menginspirasi perubahan.

Selamat kepada Goenawan Mohamad atas penghargaan yang sangat layak ini. Semoga warisannya terus menginspirasi mereka yang percaya pada kekuatan abadi sastra dan pencarian kebenaran yang tak pernah surut, sebagaimana Spanyol dan Indonesia terus memperdalam pertukaran budaya dan intelektual mereka untuk generasi mendatang.

 

___________________________________________________________________ 

 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

handaru

Handaru: Negosiasi Kultur Melalui Ornamentasi Vokal dan Instrumen Gesek

Sabtu, 08 Februari 2025 | 20:00 WIB 

Teater Salihara

 

Jakarta, 23 Januari 2025 – Komunitas Salihara menyapa kembali di awal 2025 dengan pertunjukan musik karya Dinar Rizkianti pada 08 Februari mendatang di Teater Salihara. Pertunjukan musik karya Dinar ini akan memadukan ornamentasi dari vokal Sunda dengan instrumen gesek.

Dalam pertunjukan Handaru yang akan dibawakan nanti, Dinar mempersembahkan empat repertoar musik yakni: Handaruan, Seah, Suar dan Salah Gumun. Melalui pertunjukan ini, Dinar mencoba menggabungkan antara dua artikulasi dari bunyi dan vokal dan mengupayakan negosiasi dari dua kultur yang berbeda untuk meleburkan fleksibilitas di antara keduanya. 

Kurator Musik Komunitas Salihara, Tony Prabowo mengatakan bahwa pertunjukan yang sudah direncanakan dari setahun lamanya ini berangkat dari gagasan musikal pengolahan bunyi pada suara manusia, berdasarkan extended technique ornamentasi pada vokal tradisi Sunda yang diimplementasikan pada dua format musik, yaitu dua vokal dan kuartet gesek, “Pertunjukan ini fokus terhadap eksplorasi bunyi antara kuartet gesek dan vokal sunda yang berangkat dari tradisi Ronggeng Gunung,” tambah Tony.

Handaru hadir sebagai perayaan kebebasan ekspresi yang memadukan tradisi dan modernitas melalui bunyi-bunyi yang dipadukan secara harmonis–selaras dengan esensi pertunjukan-pertunjukan khas Komunitas Salihara selama ini. Empat repertoar yang dipersembahkan tidak hanya menghadirkan keindahan musik tetapi juga menggali nilai-nilai budaya dari eksplorasi Dinar sebagai seorang komposer yang telah lama berkutat dengan tradisi Sunda dan instrumen barat lainnya.

Untuk dapat menikmati pertunjukan dengan durasi 40 menit ini, calon pembeli sudah dapat mengunjungi laman tiket.salihara.org. Pertunjukan musik ini terbuka untuk semua umur dengan harga tiket Rp110.000 (umum) dan Rp55.000 (pelajar).

 

Tentang Komposer

Dinar Rizkianti adalah salah satu pendiri kelompok Perempuan Komponis. Ia alumni jurusan Seni Karawitan dan pascasarjana Program Studi Pengkajian dan Penciptaan Seni di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung pada 2017. Karya-karyanya banyak mengeksplorasi vokal, berbagai alat tradisi Sunda dan instrumen Barat.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

akting24

Dinamika Kota dan Humor Dewasa dalam Pentas Kelas Akting Salihara 2024

Sabtu 30 November 2024 | Kota dan Topeng-Topeng yang Ganjil | 20:00 WIB 
Minggu, 01 Desember 2024 | JATAH | 16:00 WIB
Teater Salihara

 

Jakarta, 25 November 2024 – Di penghujung 2024, Komunitas Salihara kembali hadir dengan pementasan Kelas Akting Salihara; menampilkan lakon bertajuk Kota dan Topeng-Topeng yang Ganjil yang dipentaskan oleh peserta Tingkat 1 dan JATAH dipentaskan peserta Tingkat 2. Pentas ini akan diselenggarakan pada 30 November dan 1 Desember 2024 di Teater Salihara yang disutradarai langsung oleh Rukman Rosadi selaku pengampu dari Kelas Akting Salihara.

Kelas Akting Salihara merupakan program reguler yang diselenggarakan setiap tahun; kelas dibagi dalam Tingkat 1 dan Tingkat 2. Dalam program ini, peserta akan mendalami metode keaktoran dengan Sistem Stanislavski selama tiga bulan dan kelas ini bisa diikuti oleh siapa saja yang tertarik untuk menyelami seni peran tanpa menimbang latar belakang keaktoran masing-masing peserta. Pada akhir kelas, para peserta harus mempresentasikan hasil latihan mereka dalam bentuk sebuah pementasan yang bisa dilihat pada Sabtu dan Minggu pekan ini.

Kurator Teater Komunitas Salihara, Hendromasto Prasetyo mengatakan tujuan utama dari program Kelas Akting ini adalah untuk mendistribusikan pengetahuan kepada mereka yang tertarik mendalami seni peran. Hasil dari pelatihan ini tentunya dapat diimplementasikan sesuai kebutuhan masing-masing peserta dalam kehidupan sehari-hari.

“Program ini sejak awal didesain untuk menjadi ruang mendistribusikan pengetahuan yakni seni peran. Kita percaya seni peran tidak hanya berguna bagi para aktor di panggung atau di depan kamera, tetapi juga bisa untuk keseharian. Bagaimana seni peran dapat dipahami semua orang tanpa peduli latar belakangnya. Jadi hadirnya kelas ini adalah untuk mereka bisa mendalami dan mengimplementasikannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.”

Sejalan dengan visi Kelas Akting Salihara yang bisa membantu peserta mendalami dan mengimplementasikan materi ke personal masing-masing; berbagai latar belakang pun menghiasi peserta Kelas Akting tahun ini. Salah satunya adalah Arief Ramadhan, engineer yang tertarik mendalami dunia seni peran lewat Kelas Akting Salihara. 

“Saya tertarik belajar akting karena melihatnya sebagai pengembangan soft skill yang berguna dalam karir. Dalam akting kita belajar untuk berekspresi, membentuk citra diri, hingga membaca lawan bicara. Kemampuan ini relevan untuk semua manusia, termasuk engineer.” ujar Arief.

Lewat kelas ini, Arief berharap pembelajaran yang didapat dapat meningkatkan kecerdasan emosional, seperti lebih bisa berempati, memahami perspektif orang lain, dan mengekspresikan diri yang kelak dapat berguna untuk kehidupan sehari-hari.

Selain Arief yang merupakan peserta Tingkat 1, ada Ratih Kumala–Penulis Gadis Kretek–yang menjadi peserta Kelas Akting Salihara Tingkat 2. Menurut Ratih yang mengikuti Tingkat 1 di tahun sebelumnya, pembelajaran yang dirasakan begitu berbeda. Tingkat 1 fokus terhadap pembangunan fondasi sebagai seorang aktor sedangkan Tingkat 2 lebih ke proses ke dalam keaktoran itu sendiri.

“Jika di tingkat 1 adalah fondasi yang diberikan oleh mentor kami, Mas Rukman Rosadi, untuk mempersiapkan diri menjadi ‘aku aktor’, maka di tingkat 2 ini adalah proses benar-benar masuk ke ‘aku peran’. Dan karena kelas akting untuk teater, saya merasa tantangannya jauh lebih besar daripada aktor film. Bagi saya yang sehari-hari bekerja sebagai penulis, ini adalah modal yang penting untuk proses kreatif menulis.” Ujar Ratih. 

Informasi pembelian tiket untuk pertunjukkan Kota dan Topeng-Topeng yang Ganjil dan JATAH dapat dilakukan di tiket.salihara.org dengan harga donasi sebesar Rp50.000,-. Kedua pentas dengan durasi 60 menit ini akan menampilkan hasil pembelajaran selama ± 3 bulan yang dikembangkan tidak hanya oleh sutradara namun juga secara kolektif bersama dengan seluruh peserta.

 

Tentang Pentas:

 

Kota dan Topeng-Topeng yang Ganjil
Penampil: Kelas Akting Salihara Tingkat 1 2024
Sutradara: Rukman Rosadi
Sabtu, 30 November 2024 | 20:00 WIB

 

Sinopsis:

Kota dan Topeng-Topeng yang Ganjil menggambarkan dinamika kota yang secara sadar atau tidak kerap menuntun penghuninya untuk memiliki banyak topeng dalam kesehariannya. Yang terlihat dalam ruang publik seperti di kantor, berbeda dengan apa yang nampak di tempat nongkrong, dan berbeda pula ketika di ruang privat. Situasi tersebut memantik tegangan yang membuat lupa tentang wajah asli diri sendiri.

Kota dan Topeng-Topeng yang Ganjil adalah kolase pengalaman personal dan kolektif para peserta Kelas Akting Salihara Tingkat 1 2024. Karya ini bermula dari kepingan cerita masing-masing peserta yang mereka olah selama kelas berlangsung dan kemudian dijahit oleh sutradara menjadi keping-keping cerita dalam Kota dan Topeng-Topeng yang Ganjil.

 

Daftar Pemain:

Ahmed Dwiky Febrian, Alvino Owen Susilo, Arief Ramadhan, Ayu Kenar Briliane Mulia, Bela Nabila, Boetje Bismart, Denny Kristianto, Ferdinand Pavel Gunawan, Ibnatalain Jasin, Idoan Marciano, Kamal Zidane Ardarifa, Kunti Dewanggani, Marshanda Ratna Jelita, Mochammad, Hisyam Hidayat, Muhammad Fahmi Rizki, Rio Masito Situmeang, Runny Rudiyanti, Sarah Azka Isrinadi / Sarazany, Sebastian Partogi, dan Shaquilla Rahmadina.

 

*JATAH

Penampil: Kelas Akting Salihara Tingkat 2 2024
Sutradara: Rukman Rosadi
Penulis Naskah: Farhan Arief & Ratih Kumala
Minggu, 01 Desember 2024 | 16:00 WIB

 

Sinopsis:

Di sebuah kampung yang permai, warga tengah gelisah. Tanah mereka dilirik investor sekaligus Caleg setempat untuk disulap jadi kawasan wisata. Para lelaki bersemangat menjual tanah, sementara istri-istri mereka tegas menolak. Beda pendirian itu berujung pada aksi mogok seks para istri agar suami-suami mereka mengubah sikap.

Jatah ditulis oleh Farhan Arief dan Ratih Kumala yang terinspirasi Lysistrata karya Aristophanes. Jatah dikembangkan bersama seluruh peserta Kelas Akting Tingkat 2 2024. Dalam prosesnya, masing-masing peserta bertugas menajamkan karakter sementara sutradara mengatur ansambel permainan untuk menjaga premis naskah komedi tersebut. Jatah adalah tantangan serius bagi para peserta kelas mengingat komedi sama sekali bukan soal mudah. 

* Pertunjukan ini untuk usia 18 tahun ke atas.

 

Daftar Pemain:

Attila Syah, Dina Amalina, Farhan Arief, Firly Savitri, Fitria Sari, Manik, Michelle Evelyn Tanoto, Muthi Trileva, dan Ratih Kumala

 

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

pameran

Komunitas Salihara x ArtSociates:
Memaknai Identitas antara “Diri Sendiri” dan “Yang Lain” dalam Theatre and the Other Self

Jakarta, 14 November 2024 – Komunitas Salihara bekerja sama dengan ArtSociates menggelar pameran dua seniman yang bertajuk Theatre and the Other Self. Pameran ini menampilkan karya-karya dari Mujahidin Nurrahman dan Nesar Eesar dan akan dibuka resmi pada Sabtu, 16 November 2024 di Galeri Salihara. Pameran yang dikuratori oleh Krishnamurti Suparka ini akan berlangsung hingga 15 Desember 2024.

Theatre and the Other Self menghadirkan sudut pandang unik tentang “diri” sebagai hasil negosiasi dari beragam pengaruh sosial, budaya, dan sejarah. Dalam pameran ini, sandiwara digunakan sebagai metafora kehidupan, mencerminkan dinamika identitas dalam percakapan global yang penuh perubahan. Karya-karya Nurrahman dan Eesar menyoroti gagasan tentang diri yang selalu berhadapan dengan “yang lain,” menunjukkan bagaimana konstruksi identitas tidaklah tetap dan selalu berkembang di bawah bayang-bayang pengaruh eksternal.

“Praktik berkarya Nurrahman dan Eesar melampaui narasi-narasi biografis. Keduanya membahas tema-tema keyakinan, kelokalan, dan simpangan antara yang pribadi dan publik, selagi mempertanyakan kerangka pengakuan dan penolakan dalam masyarakat yang langgeng hingga hari ini.” Ujar Krishnamurti dalam keterangan tertulis.

Kedua seniman dalam pameran ini, meski berasal dari latar budaya dan sejarah yang berbeda, memiliki pandangan yang sejalan dalam memaknai identitas sebagai sesuatu yang tak terhindarkan dari pandangan orang lain. Keduanya berasal dari generasi di mana Islam dipandang sebagai sesuatu yang asing, dengan stereotip yang menempatkannya sebagai ancaman bagi dunia Barat. Sebagai orang yang lahir dengan nama “pejuang iman” dan “cahaya rahmat,” Nurrahman dibayangi oleh beban stereotip yang telah dipupuk oleh propaganda global. Sedangkan bagi Eesar, pengasingan adalah bagian dari hidupnya. Ia lahir dan besar di Afganistan, ia menyaksikan konflik berkepanjangan di tanah kelahirannya. Baginya, Afganistan bukan hanya tempat konflik tetapi juga kenangan tentang keluarga, kepulangan, dan rasa kehilangan.

Melalui seni, Nurrahman dan Eesar mempertanyakan dan merebut kembali identitas mereka. Nurrahman kini memeluk namanya dalam karya-karyanya, menghadirkan potongan-potongan ornamen yang penuh simbolisme, sementara Eesar mengenang tanah kelahirannya melalui sapuan warna yang membawa ingatan masa lalu ke dalam komposisi baru. Kedua seniman ini menawarkan eksplorasi tentang “rumah” sebagai sesuatu yang tidak tetap, tetapi selalu berada di antara kehilangan dan penemuan kembali.

Narasi “diri” mereka diwarnai oleh pengaruh luar yang kuat, khususnya representasi Timur yang telah lama dikonstruksi oleh pandangan Barat. Pameran ini mengajak kita merenungkan bagaimana citra diri yang kita miliki sering kali ditentukan oleh konstruksi sosial yang terjadi di luar diri kita sendiri.

Di tengah masyarakat yang sedang sibuk membahas isu representasi dan inklusi, Theatre and the Other Self membuka ruang bagi kita untuk merenungkan tentang bagaimana persepsi terbentuk. Pameran ini mengajak kita untuk berpikir bagaimana konstruksi “keliyanan” terus memengaruhi interaksi dan pemahaman kita dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Pameran ini tidak hanya menampilkan karya seni, tetapi juga batas-batas persepsi, mendorong kita untuk terlibat secara kritis terhadap identitas yang dilihat, dipandang, dan dipahami di dunia yang batas antara “diri sendiri” dan “yang lain” semakin kabur atau bahkan semakin terhubung.

Pameran ini dapat dikunjungi mulai  16 November 2024 hingga 15 Desember 2024 (Senin & libur nasional tutup) di Galeri Salihara, dari jam 11:00 – 19:00 WIB. Pengunjung cukup membayar Rp50.000 (umum) dan RP25.000 (pelajar) untuk bisa menikmati pameran ini secara penuh. Informasi pembelian tiket bisa melalui tiket.salihara.org.

 

Tentang Seniman

Mujadihin Nurrahman (Bandung) memiliki karya yang khas, yaitu karya berbasis kertas yang dipotong-potong menjadi ornamen arabes yang cantik dan amat rinci, namun mengambil bentuk yang berseberangan secara ide, seperti senapan, peluru, hingga roket misil. Lahir dari keluarga Islam yang taat, Mujahidin kerap membahas isu-isu seputar Islam serta stigma kekerasan dan terorisme yang kerap menyertainya.

Sedangkan Nesar Eesar (Afghanistan, kini tinggal di Bandung), belajar kaligrafi pada masa rezim Taliban (1996-2001), kemudian seni lukis realistik dan miniatur di Kabul. Karya-karyanya kerap menggambarkan kondisi Afganistan dan dampak perang terhadap masyarakat Afghanistan. Kini ia berfokus pada isu pengungsian dan migran dengan karya bergaya lukisan Miniatur bergaya tradisional dari abad ke-15 Herat, Afghanistan.

 

Tentang Kurator

Praktik Krishnamurti Suparka mencakup drawing, menulis, mengajar, dan mengkurasi. Karya dan konsep kuratorialnya merupakan refleksi mendalam atas kondisi masyarakat terkini, termasuk: 1) Dampak sejarah, teknologi dan kemajuan material terhadap alam dan penghuninya; 2) Tentang arus informasi dan dampaknya terhadap akuisisi pengetahuan dalam gaya hidup serba-meme dan masa pasca-kebenaran (post-truth); serta 3) Cara kerja bahasa dan kode-kode linguistik dalam dunia yang saling terhubung. 

Tentang ArtSociates

ArtSociates adalah manajemen seni dan seniman yang didirikan pada 2007 oleh Andonowati sebagai bagian dari Foundation AB. Tujuan utamanya adalah mempromosikan seniman-seniman Indonesia kepada audiens yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, ArtSociates juga berfokus pada pengelolaan industri kreatif dengan tujuan membangun sebuah ruang yang memantau perkembangan dan inovasi di bidang seni dan budaya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, ArtSociates mengelola dan membina seniman-seniman yang diwakilinya dengan memperkuat kualitas mendasar dari karya mereka. Di saat yang sama, ArtSociates juga mengelola distribusi karya seni mereka dan meningkatkan kualitas portofolio seniman-seniman tersebut. Lebih lanjut, ArtSociates aktif mencari talenta baru dan inovatif melalui program penghargaan dua tahunan mereka, Bandung Contemporary Art Award.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

foolish

Komunitas Salihara x Pesta Boneka 2024: Bawa Misi Penyelamatan Bumi lewat Foolish Doom

Jakarta, 01 November 2024 – Komunitas Salihara akan menghadirkan teater menarik yang bertajuk Foolish Doom persembahan dari Tiny Colossus Productions. Pertunjukan ini adalah bagian dari rangkaian acara Pesta Boneka–yang berpusat di  Yogyakarta–yang diselenggarakan oleh Papermoon Puppet Theatre  pada Sabtu, 09 November pukul 20.00 WIB dan Minggu, 10 November pukul 16.00 WIB. Dengan durasi sekitar 60 menit, pertunjukan ini dapat disaksikan oleh semua usia. .

Foolish Doom merupakan satu-satunya pertunjukan dalam rangkaian program Pesta Boneka on Wheels yang dipentaskan di luar Yogyakarta.Pentas ini mengangkat kisah petualangan seorang penyihir maha kuat bernama Burnhart dan rekan setianya, Pippa, yang datang ke Bumi dengan misi mulia: menyelamatkan dunia dari krisis iklim.

Di tengah kekacauan dan hiruk-pikuk suara manusia dengan solusi yang saling bertentangan, Burnhart dan Pippa harus mencari cara untuk mengatasi tantangan besar ini. Dengan menggabungkan teater fisik, boneka objek, dan musik live, Foolish Doom menghadirkan kisah inspiratif yang membangkitkan harapan, mengingatkan kita semua bahwa perubahan nyata dimulai dari pengakuan akan kekuatan yang dimiliki setiap individu. 

Foolish Doom pertama kali dipentaskan di Jerman pada Juni 2024 dan ini menjadi penampilan perdana bagi Tiny Colossus Productions di Jakarta setelah sebelumnya ia dipentaskan di Yogyakarta dalam festival Pesta Boneka.

 

Tentang Tiny Colossus Productions

Tiny Colossus Productions, yang didirikan oleh Peter Sweet dan Leonie Baker, dikenal melalui karya-karya yang menggabungkan teater fisik, boneka, dan musik. Dengan tema yang seringkali besar namun disajikan secara ringan dan menghibur, kelompok teater ini bertujuan menciptakan pengalaman teater interaktif yang menyentuh hati dan pikiran anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.

Peter Sweet, seorang seniman asal San Francisco, AS, yang kini menetap di Berlin, telah berkarya sebagai aktor, sutradara, dan pengajar teater fisik selama lebih dari dua dekade.  Pertunjukan solo dan duo miliknya, Meet Pete Sweet, Swinging High, dan BOOM!, telah dipentaskan di lebih dari 20 negara.

Pendiri lainnya yakni Leonie Baker merupakan aktris dan produser asal Inggris yang tinggal di Berlin, Jerman. Selain memiliki latar belakang dalam tari dan piano, ia juga menguasai seni boneka dan animasi objek secara otodidak.

Pertunjukan ini semakin istimewa dengan kehadiran Matteo Destro, salah satu pembuat topeng dan sutradara paling berpengaruh dalam teater topeng. Matteo menimba ilmu bersama Jacques Lecoq di L’École Internationale de Théâtre di Paris, kemudian memperdalam seni pembuatan topeng dengan maestro ternama Donato Sartori. Ia turut mendirikan Teatro Punto pada 2000 dan Larven Teatro pada 2004, dan sejak 2015 ia memimpin pusat internasional Atelier Mask Movement Theatre.

Foolish Doom didukung oleh Goethe-Institut Indonesia, yang berperan aktif dalam mendukung pertukaran budaya dan seni antara Indonesia dan Jerman. Dukungan ini diharapkan dapat memperkaya pengalaman penonton Indonesia dengan kualitas seni pertunjukan berstandar internasional.

Bagi pengunjung yang ingin melihat keseruan dalam pertunjukan Foolish Doom dapat melakukan pemesanan tiket di tiket.salihara.org dengan harga Rp110,000 (Umum) dan Rp55,000 (Pelajar). 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

WhatsApp Image 2024-09-19 at 16.54.21

Cinta dan Ingatan: Menghidupkan Kisah Cinta Masyarakat Metropolitan bersama Dansity

Jakarta, 14 September 2024 – Komunitas Salihara kembali dengan program tari, menghadirkan rangkaian pertunjukan tari kontemporer dari Dansity pada 21-22 September mendatang. Acara ini menghadirkan empat karya dari empat koreografer (Josh Marcy, Nudiandra Sarasvati, Siko Setyanto, & Yola Yulfianti) dengan tajuk Cinta dan Ingatan

Cinta dan Ingatan tumbuh dari narasi tentang kota sebagai tempat hubungan cinta berkembang dan bersemi yang dihadirkan dalam empat karya tari. Suasana kota yang energik, keindahan arsitektur, dan keragaman budaya dapat menjadi latar belakang yang memainkan peran penting dalam menghidupkan cerita-cerita cinta. Di sisi lain, kota juga menyimpan ingatan yang melibatkan rasa sakit atau kehilangan. Kota juga mencerminkan perubahan zaman dan transformasi hubungan cinta. Ingatan kolektif tentang kota dalam konteks cinta, berdampak pada bagaimana kita menghubungkan cinta dan ingatan dengan kota tersebut. Empat karya tari ini menghadirkan ingatan kolektif yang melibatkan memori bersama tentang pengalaman dan perasaan dalam cinta. 

Kurator Tari Komunitas Salihara, Tony Prabowo mengatakan bahwa Dansity selalu berkomitmen dalam memberikan inovasi di bidang tari melalui eksperimen lintas media dalam seni pertunjukan.

“Grup ini berfokus pada eksplorasi tari kontemporer dan eksperimen lintas medium dalam seni pertunjukan, dengan komitmen terhadap profesionalisme dan inovasi di bidang tari.

Cinta dan Ingatan merupakan sebuah pertemuan 3 koreografer dan penari yang proses penciptaannya mengutamakan latihan terbuka ( open rehearsal ) yang telah mereka lakukan sejak akhir tahun lalu. Dalam prosesnya, keberlangsungan karya bertumbuh ini membutuhkan feedback dan mendiskusikan langsung dengan penontonnya.”

“Peran dan konsistensi Salihara sebagai art center /presenter diharapkan bisa memberikan sumbangan dalam mendorong pertumbuhan serta perkembangan tari kontemporer di Indonesia,” lanjutnya.

Dalam pertunjukan yang akan dibawakan di Teater Salihara pekan ini, Dansity menghadirkan empat judul koreografi dengan detail;

 

1. The LoversKoreografer: Josh Marcy | Penari: Josh Marcy & Nudiandra Sarasvati 

Sabtu, 21 September 2024 | 20:00 WIB

The Lovers mempertunjukan dua manusia, dua medan yang bertemu, bertaut, dan kelindan. Karya ini berupa kolase imaji bernuansa romansa, yang justru menemukan pemaknaannya yang sekilas-kilas melalui disrupsi terhadap apa yang dibayangkan sebagai romantisme. The Lovers ingin bermain-main dengan gairah, lalu dengan dingin menyingkap hal-hal yang tersembunyi di balik penggambarannya—pada hantu ingatan, mesin kekuasaan, kematian dan lahir kembali.

 

2. Longing You

Koreografer: Yola Yulfianti | Penari: Sri Qadariatin & Savika Refa Zahira

Sabtu, 21 September 2024 | 20:00 WIB

Longing You terinspirasi dari ketegangan dan konsistensi yang muncul dari aksi Kamisan. Suatu gerakan yang diinisiasi oleh Maria Catarina Sumarsih, atau orang tua Bernadinus Realino Norma Irmawan, salah satu korban dari Tragedi Semanggi I, 1998. Ibu Sumarsih menjadi simbol keteguhan dan keberanian. Ia berkomitmen dan konsisten dalam melawan penindasan dan berjuang untuk memperoleh keadilan terhadap hak asasi manusia dan penegakan hukum. Eksplorasi antara gerakan yang intens dan ketidakseimbangan tubuh merupakan dasar dari proses penciptaan karya ini. Bagaimana tubuh merespons dan beradaptasi serta berinteraksi dinamis antara kontrol dan kekacauan. Bagaimana ketegangan dan ketidakstabilan dapat memengaruhi ekspresi tubuh.

 

3. Ketika Menyala

Koreografer: Nudiandra Sarasvati | Penampil: Nudiandra Sarasvati

Minggu, 22 September 2024 | 16:00 WIB

Karya terbaru Nudiandra berasal dari ketakutannya sendiri akan penuaan tanpa melakukan apa-apa. Waktu terus berjalan tanpa henti dan ia ingin menghentikannya. Namun, apa yang akan  dilakukan jika waktu benar-benar berhenti? Bisakah kita menanggung konsekuensinya? Karya ini adalah pertunjukan berdasarkan naskah yang ditulis oleh Nusa Wicastya. Ketika Menyala juga mengajak keterlibatan penonton dalam karya ini.

 

4. Tentang Kamu Dulu, Aku Nanti

Koreografer: Siko Setyanto | Penampil: Siko Setyanto

Minggu, 22 September 2024 | 16:00 WIB

Siko merefleksikan masa duka dan trauma yang berdampak besar pada kehidupannya. Proses berat, gejolak batin, penerimaan dan berdamai dengan kesedihan dirangkai dalam adegan sebagai perwujudan salam perpisahan terakhir dan doa bagi yang telah pergi menuju ketenangan abadi.

 

Untuk bisa melihat empat karya dari empat koreografer Dansity secara langsung, calon pengunjung bisa melakukan pemesanan tiket di tiket.salihara.org dengan harga Rp110.000 (umum) dan Rp55.000 (pelajar/mahasiswa). Untuk pertunjukan The Lovers dikhususkan untuk calon pengunjung yang sudah berusia 21 tahun ke atas. 

____________________________________________________________________________________

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

tandacinta

Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) 2024: Ruang Bebas untuk Seni Bermutu Tinggi

Jakarta, 12 September 2024 – Pertunjukkan Tanda Cinta oleh Teater Koma menjadi penanda berakhirnya Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest) 2024 pada 31 Agustus lalu. Sebelumnya SIPFest–yang menjadi festival terbesar Komunitas Salihara di tahun ini–diselenggarakan selama 1 bulan penuh dari 02-31 Agustus menampilkan berbagai kesenian bermutu tinggi dari dalam dan luar negeri.

Teater Koma menjadi penutup yang manis, sebab pertunjukannya di SIPFest merupakan kemunculan pertama kali Teater Koma setelah terakhir pentas di Salihara 14 tahun yang lalu. Sutradara Tanda Cinta, Rangga Riantiarno mengatakan bahwa bisa bermain di SIPFest merupakan kesempatan yang luar biasa bagi Teater Koma,

“Menurut saya, (ketika) kita bingung dengan kondisi Jakarta tidak ada gedung pertunjukan (serupa Salihara), bersyukur banget ada Salihara. Sangat luar biasa memberikan ruang untuk seniman menyajikan karya yang entah work in progress atau yang sudah jadi. Penontonnya intim sekali, ada banyak lakon potensial yang bisa dimainkan di Salihara. 

Dan bisa bermain di SIPFest adalah kesempatan yang luar biasa, karena udah 14 tahun berlalu kami terakhir di sini, dan kenalan lagi dengan penonton Salihara.” terang Rangga.

SIPFest merupakan festival seni pertunjukan yang menampilkan beragam pertunjukan tari, musik, teater, dan juga lokakarya yang bisa diikuti mulai dari anak-anak hingga dewasa.

“Orde Seni Baru” menjadi jargon dalam SIPFest tahun ini. Dalam keterangan tertulis, Nirwan Dewanto  menjelaskan bahwa “kita” tidak hanya punya orde politik melainkan juga ada orde seni yang dapat mengajak kita memperbarui diri dan membuka ruang-ruang kreativitas yang tertutup oleh kekuasaan resmi,

“Seni bukan hanya mengatasi politik, tapi juga mengisi ruang-ruang yang tidak diisi oleh politik. Seni memberikan alternatif terhadap klise dan kemandegan yang dijajakan oleh politik. Seni mengajak kita memperbarui diri kita dan masyarakat kita. 

Seni itu menggoda, mengejutkan, sekaligus menyenangkan. Membuka ruang-ruang kreativitas yang tertutupi kekuasaan resmi. Kita memimpikan orde yang lain melalui kesenian. Kita menyurung orde kesenian, alih-alih orde politik, untuk mengembangkan kebangsaan dan kemanusiaan.” 

Selama satu bulan penyelenggaraan, Komunitas Salihara telah menampilkan 15 kelompok seniman termasuk seniman dalam rangkaian program Work in Progress (menampilkan karya yang masih dalam tahap pengembangan) untuk ditampilkan kepada publik Komunitas Salihara. Dalam festival ini Komunitas Salihara juga menampilkan kelompok seniman luar negeri, antara lain dari  Australia, Jerman, Korea Selatan, dan Malaysia.

Sejumlah tokoh seniman dan public figure tanah air juga turut menjadi saksi akan keseruan rangkaian pertunjukan festival ini seperti; Guruh Soekarno Putra, Dewa Budjana, Maudy Koesnaedi, Ladya Cheryl, dan masih banyak lagi.

Untuk Melihat berbagai ulasan dari rangkaian program yang berjalan di SIPFest 2024, Anda bisa membacanya secara lengkap di blog.salihara.org. Dalam blog tersebut terangkum berbagai kegiatan seputar rangkuman pertunjukan yang telah dipentaskan dalam festival ini. Untuk jadwal pertunjukan dan buku program SIPFest 2024, sila mengunduh di sipfest.salihara.org.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

__________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Screenshot_1

Komunitas Salihara Mendapatkan
Penghargaan Internasional dari The Japan Art Association

Jakarta, 10 September 2024 – Komunitas Salihara mendapatkan “The Praemium Imperiale Grant for Young Artists” dari The Japan Art Association atas upaya dalam merawat kebebasan berpikir dan berekspresi melalui penyediaan ruang kepada seniman-seniman muda di Indonesia. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Hisashi Hieda (Direktur the Japan Art Association) pada 10 September, pukul 18:00 waktu setempat di Hotel Okura, Tokyo. 

Nirwan Dewanto (Direktur Utama) dan Ening Nurjanah (Direktur Program) mewakili Komunitas Salihara dalam konferensi pers dan serah terima tersebut. Acara penyerahan penghargaan ini dihadiri dan diliput oleh 60 media massa Jepang dan internasional.

The Praemium Imperiale Grant for Young Artists didirikan pada 1997 dengan tujuan mendukung dan mendorong kegiatan para seniman muda yang sejalan dengan visi dan misi Japan Art Association.

Penganugerahan ini diberikan setiap tahun kepada seniman maupun organisasi yang secara aktif berkontribusi pada pengembangan bakat artistik para generasi muda. Untuk bisa mendapatkannya, calon penerima harus melalui beberapa kriteria tertentu salah satunya merupakan seniman / lembaga seni profesional atau sedang dalam pelatihan menjadi profesional.

Direktur Utama Komunitas Salihara, Nirwan Dewanto menanggapi penganugerahan ini dengan bangga lewat keterangan tertulisnya, 

“Anugerah yang kami terima hari ini merupakan hal yang penting bagi kami, Komunitas Salihara dan juga komunitas seni di Indonesia, terutama dalam tiga hal. Pertama, hal ini mengingatkan kami agar selalu berada di garda depan dalam mendorong perkembangan talenta baru baik di panggung nasional dan internasional.

Kedua, pengakuan internasional seperti ini dapat membuat lembaga kami semakin ‘nyata’ di mata audiens Indonesia, serta mendorong kami untuk memperluas jaringan dengan seniman dan pemangku kepentingan seni di tingkat global.

Dan yang ketiga, ini adalah pengingat bagi semua orang di Indonesia bahwa ekosistem kita, yang begitu kaya akan warisan seni yang beragam, masih perlu membangun strategi yang lebih baik dalam mengembangkan bakat-bakat baru, mungkin melalui hibah seni, penghargaan yang adil, dan lain sebagainya bagi seniman serta penyelenggara seni.” 

Komunitas Salihara Arts Center merupakan institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta. Dalam mewujudkan seni yang berkelanjutan dan merawat kebebasan berpikir dan berekspresi, Komunitas Salihara hadir dengan berbagai program-program unggulan seperti:

  1.  Kelas Publik: Kelas Menulis Kreatif, Kelas Menulis Lakon, Kelas Akting, dan Kelas Filsafat 
  2. Undangan terbuka yang ditujukan untuk seniman/organisasi baru (emerging): Helatari (Tari), Helateater (teater), dan Salihara Jazz Buzz (musik)
  3. Festival skala internasional: Festival Sastra dan Gagasan (Literature and Ideas Festival – LIFEs) dan Festival Seni Pertunjukan Internasional (Salihara International Performing Arts Festival – SIPFest)
  4. Pameran (kontemporer, kesejarahan, hingga pameran lintas-disiplin)

Dalam pidato penerimaan, Nirwan Dewanto menyatakan, bahwa upaya Salihara dalam mendukung para seniman muda adalah bagian dari misi yang lebih luas untuk merawat kemerdekaan, demokrasi dan perdamaian di lingkungan masyarakat dunia.

Pada acara tersebut diumumkan juga para pemenang the Praemium Imperiale Award 2024, yaitu Ang Lee (sutradara film, Taiwan), Doris Salcedo (pematung, Kolombia), Sophie Calle (fotografer, Prancis), Maria Joao Pires (pianis, Portugal) dan Shigeru Ban (arsitek, Jepang).

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

2024 Grant for Young Artists
Komunitas Salihara Arts Center (Indonesia)

Mr. Hisashi Hieda (Direktur The Japan Art Association), Nirwan Dewanto (Direktur Komunitas Salihara), Ening Nurjanah (Direktur Program Komunitas Salihara).

Komunitas Salihara mendapatkan the Praemium Imperiale Grant for Young Artists dari The Japan Art Association atas–kami mengutip siaran pers lembaga tersebut–“has focused on nurturing young artists while providing a space that upholds diversity and protects freedom of thought and expression.”

Grant yang diberikan setiap tahun tersebut diserahkan oleh Hisashi Hieda (Direktur the Japan Art Association) pada Selasa, 10 September 2024, pukul 18:00 waktu setempat di Hotel Okura, Tokyo. Nirwan Dewanto (Kurator-Kepala & Direktur Program) dan Ening Nurjanah (Kepala Divisi Program) mewakili Komunitas Salihara dalam konferensi pers dan serah terima tersebut. Acara penyerahan penghargaan ini dihadiri dan diliput oleh 60 media massa Jepang dan internasional.

Pada acara tersebut diumumkan juga para pemenang the Praemium Imperiale Award 2024, yaitu Ang Lee (sutradara film, Taiwan), Doris Salcedo (pematung, Kolombia), Sophie Calle (fotografer, Prancis), Maria Joao Pires (pianis, Portugal) dan Shigeru Ban (arsitek, Jepang).

Dalam pidato penerimaan, Nirwan Dewanto menyatakan, bahwa upaya Salihara dalam mendukung para seniman muda adalah bagian dari misi yang lebih luas untuk merawat kemerdekaan, demokrasi dan perdamaian di lingkungan masyarakat dunia.