WhatsApp Image 2024-05-10 at 14.36.46

Menyelami Kesenian Modern Indonesia dalam Pameran “Relief Era Bung Karno” di Galeri Salihara

Jakarta, 03 Mei 2024 – Memasuki Mei 2024, Komunitas Salihara mempersembahkan pameran berbasis kesejarahan dengan tajuk Relief Era Bung Karno yang akan resmi dibuka pada 11 Mei 2024 di Galeri Salihara. Pameran ini bisa dikunjungi umum mulai dari 11 Mei – 09 Juni 2024. 

Soekarno sebagai Presiden pertama Republik Indonesia dikenal memang dekat dengan dunia kesenian. Ia tidak hanya mengoleksi beragam lukisan dan patung di Istana Negara tetapi juga mengenalkan berbagai bentuk seni rupa lain seperti mural, mozaik, dan relief. Sebagai negarawan, Soekarno juga dekat dengan beberapa seniman ternama seperti Harijadi Sumadidjaja, S. Sudjojono, Surono, Trubus Soedarsono, dan Sanggar Pelukis Rakyat untuk mengerjakan proyek-proyek relief di era 1950-1960-an.

Kurator Galeri Komunitas Salihara, Asikin Hasan mengatakan bahwa pameran ini diselenggarakan untuk menumbuhkan kembali apresiasi terhadap karya relief sebagai bagian dari tumbuh kembang kesenian modern serta bangsa Indonesia secara keseluruhan,

“Pameran ini berencana menggunakan pendekatan seni media baru, seperti proyeksi video dan digital sculpting, sebagai media ungkap termutakhir yang dapat menjangkau pelaku dan penikmat seni generasi baru di Indonesia. Penggunaan media baru ini juga menjadi upaya pengarsipan digital sejarah kesenian modern Indonesia.” lanjut  Asikin dalam keterangan tertulis.

Relief Era Bung Karno akan menampilkan arsip dan dokumentasi terkait karya-karya relief di Indonesia dalam bentuk foto, video, digital sculpting, dan 3D print ke dalam sebuah pameran yang diolah secara artistik. Dalam proses pelaksanaannya, tim Galeri Salihara bekerja sama dengan fotografer dan seniman yang ahli dalam bidang digital sculpting dan 3D printing untuk membuat dan mencetak sebagian panel atau subjek relief terpilih. Relief-relief yang akan ditampilkan di antaranya adalah relief yang  berada di Bali Beach (Bali), Samudra Beach (Sukabumi), hingga Hotel Ambarrukmo (Yogyakarta).

Melalui pameran ini pengunjung akan melihat gagasan Presiden Soekarno tidak hanya lewat proyek-proyek yang ia gagas bersama seniman sezaman namun juga melalui video wawancara dengan kurator, seniman, dan instalasi-instalasi yang padu. 

Pameran ini dapat dikunjungi mulai  11 Mei 2024 hingga 25 Juni 2024 (Senin & libur nasional tutup) di Galeri Salihara. dari jam 11:00 – 19:00 WIB. Pengunjung cukup membayar Rp35.000 untuk bisa menikmati pameran ini secara penuh. Informasi pembelian tiket bisa melalui tiket.salihara.org.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Presentation1

Melihat Kembali “Aduh” Karya Putu Wijaya
Setelah 50 Tahun Berlalu di Teater Salihara

10-12 Mei 2024 | Sabtu & Minggu | Teater Salihara

 

Jakarta, 03 Mei 2024 – Dalam dunia sastra dan teater tanah air, Putu Wijaya dikenal sebagai seorang seniman yang lengkap. Ia piawai dalam menulis esai, cerita pendek, novel, naskah lakon, dan juga cerita film. Kekaryaan Putu Wijaya dan jejaknya terentang dari 1964 saat ia masih merantau di Yogyakarta, ia menghasilkan karya-karya yang dekat dengan realisme, antara lain Dalam Cahaya Bulan, Lautan Bernyanyi dan Bila Malam Bertambah Malam.

Di Jakarta, Putu melahirkan kembali Bila Malam Bertambah Malam sebagai novel yang pertunjukannya juga pernah ditampilkan di Teater Salihara pada 2013. Putu merupakan seorang penulis yang mahir membangun cerita. Ia pernah menulis novel Telegram dan berhasil menjadi pemenang Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta (1972) disusul oleh novel-novel lainnya yang memenangkan penghargaan seperti Stasiun, Pabrik, dan lain-lain. Sebagai penulis, ia piawai menjelajahi prosa dan produktif melahirkan karya beragam bentuk. Tidak hanya novel, karya dramanya pun juga menarik untuk disimak salah satunya adalah naskah Aduh yang ia tulis pada 1971. Naskah ini; seperti karya-karya Putu Wijaya lainnya juga memenangkan Lomba Penulisan Lakon DKJ dan dipentaskan pertama kali pada 1974. 

Cerita di dalam naskah ini terinspirasi dari konflik manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. Apakah komunitas yang sudah menzolimi individu atau individu yang sejatinya menindas komunitas, keputusannya diserahkan kepada penonton. Setelah 50 tahun atau setengah abad Aduh, naskah ini ditampilkan kembali di Teater Salihara. 

“Naskah ini masih relevan dengan situasi di Indonesia saat ini, di mana banyak yang hanya berbicara tanpa bertindak, bahkan dalam situasi kritis.” ujar Hendromasto Prasetyo, Kurator Teater Komunitas Salihara dalam keterangan tertulis.

Aduh pada 1974 menandai jejak karya teater Putu menjauh dari realisme. Absurditas mulai lekat padanya. Pasca Aduh, Putu konsisten mencipta teater dengan judul-judul singkat dan hanya terdiri dari satu suku kata. Dalam kesempatan kali ini Komunitas Salihara kembali mengajak penonton untuk meneroka naskah-naskah Putu Wijaya dalam rangkaian program seperti diskusi, pembacaan karya, dan pertunjukan teater dalam tajuk Setengah Abad “Aduh”.

Dalam rangkaian Setengah Abad “Aduhini kita akan melihat naskah Telegram dan Aduh–dan tidak menutup kemungkinan naskah-naskah lainnya–dibahas secara mendalam bersama dengan tokoh-tokoh seni seperti Goenawan Mohamad dan Cobina Gillitt.

Rangkaian ini juga menampilkan pembacaan fragmen karya-karya Putu Wijaya yang akan dipentaskan oleh alumni Kelas Akting Salihara serta tentunya pertunjukan Aduh oleh Teater Mandiri—disutradarai oleh Putu Wijaya—yang akan dipentaskan selama dua hari di Teater Salihara. 

 

Berikut adalah rangkaian program Setengah Abad Aduh yang akan dilaksanakan 10-12 Mei 2024:

Apa Kabar Telegram? [Diskusi]
Pembicara: Goenawan Mohamad 
Jumat, 10 Mei 2024 | 16:00 WIB | Teater Salihara

Putu Wijaya mahir membangun cerita. Sebelum Putu Wijaya dikenal sebagai nama penting dalam ranah teater di Indonesia, ia lebih dulu muncul sebagai penulis sastra. Karya sastranya telah terbit semasa ia masih tercatat sebagai mahasiswa di UGM maupun Asdrafi (Akademi Seni Drama dan Film) di periode 1960-an. Salah satu karyanya, novel Telegram (Pustaka Jaya, 1973), Putu Wijaya memilin yang nyata dan khayal dalam tokoh Aku sebagai nadi cerita. Telegram memiliki modus penceritaan yang berulang-alih antara kenyataan dan halusinasi. Bersama Goenawan Mohamad, diskusi ini akan membahas lebih dalam tidak hanya seputar naskah Telegram, namun juga karya-karya sastra Putu Wijaya lainnya.  

 

Malam Pembacaan Karya Putu Wijaya [Pentas]
Penampil: Budi Suryadi, Firly Savitri, Fransisca Lolo, Henry C. Widjaja, Sita Nursanti
Jumat, 10 Mei 2024 | 20:00 WIB | Teater Salihara

Malam pembacaan menyajikan sepilihan karya-karya Putu Wijaya baik berupa petikan cerita pendek, novel, maupun naskah teater. Alumni Kelas Akting Salihara menjadi pembaca karya-karya tersebut. Sejumlah karya yang dibacakan antara lain Stasiun, Telegram, dan Bila Malam Bertambah Malam.

 

Aduh [Teater]
Penampil: Teater Mandiri | Sutradara: Putu Wijaya
Sabtu, 11 Mei 2024 | 20:00 WIB & Minggu, 12 Mei 2024 | 16:00 WIB | Teater Salihara
Tiket: Rp110.000 (umum) & Rp55.000 (Pelajar)

 

Aduh oleh Teater Mandiri pertama kali dipentaskan pada 1974. Aduh menegaskan kehadiran yang absurd di ranah teater Indonesia kala lakon-lakon realis tengah berkibar. Sejak kemunculannya setengah abad lampau, Aduh menjadi salah satu naskah karya Putu Wijaya yang kerap dimainkan oleh banyak kelompok teater di Indonesia hingga hari ini. Bagi Putu Wijaya yang mendirikan Teater Mandiri, Aduh merupakan babak baru penjelajahan artistiknya. 

Aduh menampilkan tokoh tanpa nama yang mengerang dan mengaduh kesakitan di tengah kesibukan orang banyak. Orang-orang sibuk berdebat, perlukah memberi pertolongan tanpa pernah bertindak hingga yang sakit akhirnya mati. Mereka panik lalu susah payah membuang mayat yang sakit ke sumur. Tanpa sadar, di antara mereka ada yang terjebak di dalam sumur. Dari sumur itu lantas muncul suara mengaduh minta tolong di sela erangan. Lagi-lagi mereka berdebat perlukah menolong tanpa pernah bertindak hingga suara itu lenyap bersama ajal yang menjemputnya. 

Setelah setengah abad, Aduh masih terasa dekat dengan kenyataan di Indonesia hari ini. Bukankah hingga kini masih banyak di antara kita yang sibuk berkata-kata tanpa bertindak hingga berujung fatal?

 

Aduh Setelah 50 Tahun [Diskusi]
Pembicara: Cobina Gillitt
Minggu, 12 Mei 2024 | 14:00 WIB | Teater Salihara

Seri kedua diskusi Setengah Abad “Aduh” secara khusus membicarakan naskah lakon Aduh sebagai karya penting Putu Wijaya, yang menegaskan kehadiran Teater Mandiri di dunia teater Indonesia. Pada diskusi ini Cobina Gillitt menjadi pembicara tunggal yang akan membagikan pengalamannya dengan naskah Aduh. Pengalamannya sebagai anggota Teater Mandiri, menerjemahkan Aduh dan memainkannya dalam bahasa Inggris menjadi materi diskusi yang dapat diikuti sebelum karya tersebut dipentaskan di Teater Salihara.

Untuk melakukan pemesanan tiket, calon pengunjung bisa melakukan pembelian di tiket.salihara.org.

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

debat2024

KOMUNITAS SALIHARA MEMBUKA PENDAFTARAN
“KOMPETISI DEBAT SASTRA TINGKAT SMA 2024”

Pendaftaran: 15 Maret–17 Juli 2024
Final: 28 September 2024
Total Hadiah: Rp44.000.000

 

Jakarta, 17 Maret 2024– Membaca karya sastra penting dilakukan sejak usia dini sebab sastra seperti novel, cerpen, atau puisi dapat memberikan kekayaan psikologis dan perspektif dalam memahami persoalan manusia atau dunia. Untuk mendukung minat baca sejak dini serta mendorong peningkatan intelektualitas generasi muda, Komunitas Salihara kembali membuka pendaftaran untuk Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2024. 

Kompetisi debat ini telah menjadi kalender rutin bagi Komunitas Salihara yang ingin berkontribusi dalam membuka wawasan kritis bagi pelajar muda di Indonesia dan di tahun ini kami hadir dengan  “Membandingkan novel Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta karya Luis Sepúlveda (Chili) dengan Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis (Indonesia)”.

Kedua novel ini dipilih untuk dibandingkan karena keduanya ditulis di saat negeri masing-masing—Indonesia dan Chili—diperintah oleh diktator militer—Soeharto di Indonesia dan Pinochet di Chili. Selain itu dari konteks juga keduanya bercerita antara lain tentang hubungan manusia dengan alam hutan, ekosistemnya, dan persoalan yang timbul akibat peradaban modern—suatu masalah yang menjadi semakin urgen belakangan ini.

Fokus perbandingan yang diminta adalah: penggarapan sastrawi atas tema pembangunan dan ekologi, dan penggarapan atas tokoh-tokoh cerita. Penting juga untuk melihat apakah ide (tema atau pesan cerita) dan bentuk (bahasa, metafora, plot, dll.) berjalin seimbang sehingga novel ini nikmat dibaca.

Bagi calon peserta yang ingin mengikuti “Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA” ini diharapkan untuk membentuk tim yang terdiri dari 3 (tiga) siswa tingkat SMA/sederajat dari sekolah yang sama. Tiap sekolah dapat mengirimkan lebih dari 1 (satu) tim. Siswa/i yang mendaftar harus merupakan siswa yang masih bersekolah di bangku SMA ketika final debat berlangsung di 28 September 2024.

Kompetisi ini tertutup bagi sekolah yang sudah menjadi juara 1 (satu) di tahun sebelumnya. Peserta yang mendaftar akan membuat karya tulisan telaah (berupa tulisan atau makalah) dalam bahasa Indonesia setelah membaca dan membandingkan kedua karya (Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta dan Harimau! Harimau!) yang dapat diunduh setelah proses pendaftaran.

Pendaftaran sudah dimulai sejak 15 Maret–17 Juli 2024, sedangkan untuk makalah dapat dikumpulkan mulai 17 Juli–05 Agustus 2024 (tenggat kirim surat elektronik). Perlu diingat, sekolah yang mendaftar namun tidak mengirimkan makalahnya akan didiskualifikasi pada tahun penyelenggaraan berikutnya.

Makalah yang terpilih akan dilihat dari mutu argumen, pendalaman, penggalian masalah, dan ketertiban serta keindahan bahasa Indonesia yang digunakan. Pemenang Kompetisi Debat Sastra akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp20.000.000 dan Rp15.000.000 untuk pemenang kedua. Tiga makalah favorit juga akan mendapatkan masing-masing Rp3.000.000 (pajak ditanggung pemenang). 

Di tahun ini Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2024 didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan melalui Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan Tahun 2023. Bagi Calon peserta yang tertarik untuk mengikuti kompetisi ini bisa mengunjungi laman salihara.org atau menghubungi edukasi@salihara.org.

 

Tentang Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta dan Harimau! Harimau! 

Ditulis oleh: Kurator Edukasi dan Gagasan Komunitas Salihara, Zen Hae

Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis dan Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta karya Luis Sepúlveda adalah dua novel tentang konflik manusia dengan harimau. Yang pertama berlangsung di hutan Sumatra, yang kedua di belantara Ekuador. Harimau dalam hal ini mewakili kekuatan alam liar yang terusik oleh ulah manusia, baik karena pemukiman, penambangan maupun perburuan yang telah menjadi tradisi panjang masyarakat setempat. Sumber makanan harimau menipis dan membuatnya kelaparan. Itulah kenapa sang harimau menuntut balas, memangsa manusia. Sebaliknya, korban-korban yang berjatuhan menjadi alasan manusia untuk memburu harimau. Pada akhirnya, sang harimau mati di tangan para pemburu. Dengan begitu, salah satu kekuatan alam telah ditaklukkan. 

Kedua novel ini sama-sama memberikan pelajaran betapa pentingnya merawat alam dan menghormati apa-apa yang ada di dalamnya. Tanpa kesadaran ini maka perusakan alam (dalam hal ini: perburuan dan penambangan) akan terus terjadi. Dua pengarang, dengan cara masing-masing, telah menunjukkan betapa konflik antara manusia dan harimau hampir selalu dimulai dari terancamnya sang harimau oleh manusia. Manusia yang kelewat rakus menjarah hasil hutan akan menanggung akibat kemarahan para penghuni rimba raya. Tetapi, manusia selalu dimenangkan dalam konflik ini.

Membandingkan kedua novel ini berarti membandingkan juga dua budaya dalam melihat alam dan rimba raya. Termasuk cara pandang masyarakat dalam melihat ancaman harimau. Antara yang melihatnya dengan cara pandang realistis-pragmatis dan yang melihatnya dengan bumbu mitos harimau jadi-jadian. Antara cara pengarang yang tangkas dan penuh humor dan pengarang yang bertele-tele dan penuh petuah. Antara sapuan erotisme yang samar-samar dan maksud politik jahat penguasa setempat. Masing-masing novel hadir dengan kekuatan dan kelemahannya. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Mengapresiasi Kebaruan dalam Musik
Melalui Salihara Jazz Buzz 2024

Teater Salihara, 24-25 Februari & 02 Maret 2024

 

Jakarta, 10 Maret 2024 – Salihara Jazz Buzz 2024 telah sukses digelar dari 24 Februari –  02 Maret lalu. Acara ini menghadirkan tiga musisi hasil Undangan Terbuka yakni; A6 Ensemble, Borderline, dan Riki Danni. Ketiganya berhasil memukau lebih dari ratusan pasang mata yang menghadiri Salihara Jazz Buzz selama tiga hari pertunjukan tersebut.

Ketiga musisi pilihan dewan juri tersebut, hadir dengan membawa warna musik masing-masing dan menawarkan konsep yang progresif selayaknya nyawa dari Salihara Jazz Buzz yang selalu menawarkan kebaruan. Contohnya seperti A6 Ensemble–kelompok musik asal Yogyakarta– yang menghadirkan tradisi dan jaz dengan bunyi-bunyi tematiknya merepresentasikan beragam suasana yang dirasakan oleh tiap personilnya seperti senang, sedih, sukacita, dan didukung dengan tampilan visual arts di atas panggung.

A6 Ensemble dengan latar visualnya dalam pertunjukan di Salihara Jazz Buzz, Teater Salihara (25/02) Dok. Witjak Widhi Cahya

 

Selain A6 Ensemble, musisi Riki Danni yang menjadi pembuka dalam acara ini membawakan fusion jazz yang diiringi oleh alat musik saksofon, flute, gitar, keyboard, bas elektrik, perkusi, dan drum dengan sentuhan improvisasi tiap-tiap instrumen di dalam pertunjukannya. Riki mengaku bahwa bermain di Salihara Jazz Buzz merupakan pengalaman yang menyenangkan dan memotivasi dirinya untuk terus berkarya,

“Pengalaman yang asik, mengetahui bahwa ada wadah yang mengapresiasi kebaruan dalam musik menjadi motivasi saya untuk terus berkarya.”

Dorongan yang mengantarkan Riki dan rekan-rekan Jazz Buzz lainnya seperti A6 Ensemble dan Borderline, dilandasi oleh pengalaman musisi-musisi sebelumnya yang pernah mengikuti Undangan Terbuka ini di tahun-tahun sebelumnya.

Kembali mengingatkan, Salihara Jazz Buzz merupakan festival musik jaz persembahan Komunitas Salihara yang mengusung ide Jazz Sans Frontières, sebuah gagasan dan konsep musikal “lintas-batas”. Hal tersebut menjadikan Salihara Jazz Buzz sebagai salah satu acara yang paling diminati oleh pemirsa seni Komunitas Salihara. Salah satu upaya Komunitas Salihara untuk menemukan bakat-bakat terbaru dari musisi muda di bawah usia 35 tahun dalam bermusik jaz. Salihara mengadakan Undangan Terbuka untuk seluruh musisi yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Dewan Juri. Dari hasil Undangan Terbuka yang sudah dilakukan sejak 2023 lalu, terpilihlah tiga musisi yang telah disebutkan di atas yakni: A6 Ensemble, Borderline, dan Riki Danni yang mendapat kesempatan untuk bermain di Teater Salihara pada 24 Februari (Riki Danni), 25 Februari (A6 Ensemble), dan 02 Maret (Borderline).

Semangat untuk menemukan estetika baru dalam mendengarkan jazz diharapkan masih terus berkobar untuk tahun-tahun kedepannya, mengingat antusias dan respons masyarakat yang begitu baik di tiap-tiap tahun penyelenggaraan Salihara Jazz Buzz. Salah satunya adalah Muhammad Febriyanto (29) yang mengatakan pengalaman menonton musik jaz yang dipersembahkan Riki Danni merupakan sesuatu yang baru dan membuat nyaman,

“Untuk sebuah showcase ini adalah pertunjukan yang membuat nyaman meskipun memang jenis musiknya tidak untuk semua kalangan. Vibes yang dibangun sangat menarik dan saya suka walaupun ini (konsep) acara musik jaz pertama kali saya lihat.”

Kurator Musik Salihara, Tony Prabowo berharap ke depannya Salihara sebagai presenter pada acara musik jaz tetap bisa menghadirkan tawaran yang lebih progresif terutama terhadap genre musik yang sesuai dengan visi/misi yang sudah dipegang Salihara selama lebih dari 15 tahun ini.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

kartono-pers

Mengamati Harta Karun Sejarah Seni Rupa Indonesia dalam Pameran Kartono Yudhokusumo

Pameran: 10 Desember 2023 – 21 Januari 2024
Jam Buka: Selasa – Minggu | 11:00 – 19:00 WIB
Senin & Libur Nasional Tutup

 

Jakarta, 08 Desember 2023 – Menutup tahun 2023, Komunitas Salihara menyelenggarakan programpameran karya dan arsip dari salah satu tokoh seni rupa Indonesia; Kartono Yudhokusumo. Pameran ini menghadirkan kurator tamu Amir Sidharta, seorang kolektor, pengamat seni, penulis, dan juga pemilik dari rumah lelang ternama “Sidharta Auctioneer”. Pameran yangberlangsung dari 10 Desember 2023 – 21 Januari 2024 ini akan memperlihatkan beragam karya-karya drawing dari Kartono yang hampir tidak pernah diperlihatkan kepada publik, dan pameran kali ini menjadi kesempatan yang tepat untuk melihat harta karun sejarah seni rupa Indonesia.

 

Asikin Hasan, Kurator Galeri Salihara mengatakan bahwa Kartono Yudhokusumo merupakan tokoh penting yang gagasan artistiknya belum banyak dibicarakan. “Kartono Yudhokusumo adalah satu dari tokoh penting pelukis Indonesia yang gagasan artistiknya belum banyak dibicarakan. Ia mengembangkan gaya seni lukis dekoratif yang sangat khas. Kita dapat melihat jejak tradisi, sekaligus artikulasi modern dalam banyak lukisannya.” Melalui pameran ini kita tidak hanya melihat karyanya saja, namun juga dapat melihat perjalanan hidupnya melalui dokumentasi baik berupa gambar, lukisan, artefak, catatan, dan berita tentang dirinya yang dimuat di media massa.

 

Siapa Kartono Yudhokusumo?

Lahir di Lubuk Pakam, Sumatera Utara, pada 18 Desember 1924,  Kartono telah belajar melukis sejak usia belia. Sejak muda ia banyak berguru kepada pelukis-pelukis pemandangan ternama seperti Chiyoji Yazaki, S. Sudjojono, B.J.A. Rutgers dan W.F.M Bosschaert. . Kartono banyak melukis pemandangan, alam benda, bangunan, suasana revolusi, dan objek sehari-hari dengan berbagai medium seperti cat air, pastel, cat minyak, tinta cina, dan masih banyak lainnya.

Kemampuan melukis Kartono sudah diakui sejak usia muda. Terbukti dalam pemberitaan harian Jawa Nippo (sebuah harian Jepang) pada 13 Agustus 1934, pelukis Jepang; Chiyoji Yazaki mengakui bakat seorang laki-laki dari Jawa berusia kira-kira 10 tahun yang diharapkan akan memiliki masa depan yang baik. Karya-karyanya dari 1934 kemungkinan besar dibuat ketika Kartono muda sedang ikut dalam kegiatan Masyarakat Pelukis Pastel, yang beberapa kali keliling kota Batavia untuk melukis bersama di bawah bimbingan pelukis senior Yazaki sebagai ketua kelompok itu.

Di masa pendudukan Jepang, Kartono mendapat penghargaan dan kesempatan untuk berpameran. Menurut pemberitaan di harian Soeara Asia, 16 Oktober 1943, dalam pameran yang diselenggarakan 12 hingga 26 Oktober 1943 itu dipamerkan 43 karyanya yang dibuatnya selama 8 tahun.

Kartono Juga sempat menggambar tema-tema perjuangan dan revolusi saat masa kemerdekaan Indonesia. Objek prajurit baris-berbaris, berlatih, dan istirahat sering menjadi sumber inspirasi Kartono dalam melukis. Kartono menggambarkan aksi perjuangan dalam lukisan yang berjudul Penyerangan pada Pengok dan Wonosari, yang mengisahkan upaya perjuangan pejuang-pejuang Indonesia melawan Belanda yang kembali ingin menjajah tanah air.

Setelah pengakuan kedaulatan di 1949, Kartono pindah ke Bandung dan banyak melahirkan lukisan-lukisan pemandangan dari tempat-tempat yang ia kunjungi. Bahkan di Bandung, Kartono terus menggambar dan melukis pemandangan Bandung dan beragam tempat lain di Jawa Barat dengan mengendarai motor besarnya. Kartono meninggal di usia 33 tahun dan pameran ini akan mengajak kita untuk melihat kekaryaan hidupnya yang terbilang singkat serta mengapresiasi apa yang telah ia tinggalkan untuk sejarah seni rupa Indonesia.

Pameran Kartono Yudhokusumo: Karya dan Arsip mulai dibuka untuk umum dari 10 Desember 2023 – 21 Januari 2024 dengan jam buka Selasa-Minggu dari 11:00 – 19:00 WIB. Pengunjung bisa melakukan pemesanan tiket melalui tiket.salihara.org atau datang langsung dengan biaya masuk Rp35.000 (Umum) dan Rp25.000 (Pelajar).

Selain pameran, juga akan ada diskusi dengan tajuk Menilik Kartono Yudhokusumo yang akan diselenggarakan di Komunitas Salihara padaRabu, 13 Desember 2023 pukul 19:00 WIB. Diskusi ini akan menghadirkan Danuh Tyas Pradipta dan  Sally Texania yang merupakan kurator dan periset yang akan mencoba menggali dan melebarkan makna pada karya-karya Kartono dari segi-segi artistik, tematik, dan situasi yang melingkupinya di masa itu.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

 

jb2023

Menilik Dinamika Sejarah dan Identitas Diri Bangsa Korea Selatan dalam Koreans Week di Salihara

Pameran: 18-26 November 2023 (11-19:00 WIB)
Pertunjukan: 18 November 2023, 20:00 WIB & 19 November 2023, 16:00 WIB

 

Jakarta, 10 November 2023 – Memperingati 50 tahun hubungan diplomatik antara Korea-Indonesia, Komunitas Salihara bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan menyelenggarakan rangkaian pameran dan pertunjukan dalam Koreans Week. Pekan kebudayaan ini akan berlangsung dari 18-26 November 2023 di Teater dan Galeri Salihara. Pengunjung bisa menikmati persembahan karya dari 12 seniman asal Korea Selatan termasuk pertunjukan tari yang akan dibawakan pada 18-19 November mendatang.

Berangkat dari dinamika sejarah bangsa Korea Selatan yang unik, emosional, dan penuh nilai historis, delapan kurator yang tergabung dalam sebuah kolektif seni yang berbasis di Seoul, WESS, Korea Selatan menghadirkan sebuah projek trilogi dengan tajuk “Natural Born Odds” yang khusus dibuat untuk para penyimak di Indonesia. 

Koreans Week menampilkan12 seniman/kolektif yang memperlihatkan bagaimana identitas visual Seoul–kota dengan penduduk terbanyak di Korea Selatan–menjelma dalam bentuk simbol, tontonan, dan bentuk tertentu. Dua belas seniman Korea Selatan tersebut adalah: Minhee Kim, Sungsil Ryu, Donghoon Rhee, Chorong An, Hyun Nahm, Choi Yongjoon, Don Sun Pil, Moony Perry, Youngzoo Im, Jeamin Cha, Yeoreum Jeong, dan Mu:p.

“Karya-karya (seniman kami) menampilkan bagaimana identitas visual Seoul menjelma simbol, bentuk, dan tontonan tertentu. Sebagian besar lahir pada 1980–1990-an, para seniman ini mencirikan Korea Selatan kontemporer, misalnya, melalui perpaduan antara tradisi dan realitas masa kini, keingintahuan terhadap media dan teknologi mutakhir, dan percepatan pembangunan infrastruktur perkotaan yang tak wajar.” Ujar WESS dalam keterangan tertulisnya.

Koreans Week menghadirkanpameran yang berlangsung selama sepekan penuh di Galeri Salihara dan Studio Musik Salihara. Selain pameran, rangkaian program ini akan menampilkanpertunjukan tari oleh Mu:p yang diselenggarakan pada 18-19 November 2023 di Teater Salihara dengan judul Further, Higher, Faster_A boring accelerating city; sebuah karya yang membicarakan gerak kinetik tubuh dan irisannya dengan jarak, kecepatan, dan permainan ruang yang akan mengisi Teater Salihara. Mu:p adalah kolektif seni dengan delapan tim yang disutradarai oleh Hyeongjun Cho dan Minsun Son yang merupakan koreografer dan arsitek. Karya ini dihadirkan atas ketertarikan mereka berdua terhadap ruang dan fenomena yang muncul ketika tubuh atau objek disusun dalam konteks spasial tertentu. Sebelumnya pertunjukan ini pernah dibawakan pada 2017 namun diperbarui kembali di 2023.

WESS sebagai kurator dalam acara ini ingin menghadirkan bagaimana Indonesia dan Korea–terutama Jakarta dan Seoul–menjadi titik referensi dan berharap bahwa kedua negara, dalam rangka merayakan 50 tahun hubungan diplomatiknya, dapat membina komunikasi melalui seni kontemporer.

Bagi pengunjung yang ingin menyaksikan langsung bagaimana karya dari para seniman muda Korea bisa langsung mendaftarkan diri di tiket.salihara.org. Baik pameran dan pertunjukan yang diselenggarakan gratis. Informasi mengenai jadwal pertunjukan dan jam buka pameran silakan kunjungi laman tiket atau media sosial resmi Komunitas Salihara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

videografer

Final Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2023:
Melihat Perspektif Kritis terhadap Sastra dari Kacamata Siswa SMA

Jakarta, 20 Oktober 2023– Setelah melalui proses seleksi yang panjang sejak Maret lalu, Komunitas Salihara telah menetapkan tiga kelompok dari 50+ pendaftar untuk mengikuti Final Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2023. Proses seleksi dilakukan pada 27 September lalu oleh tiga dewan juri yakni; Ari Bagus Panuntun, Areispine Dymussaga Sevilla Miraviori, dan Ari Bagus Panuntun. Ketiganya memutuskan bahwa kelompok-kelompok di bawah ini terpilih untuk menjadi finalis dalam Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2023:

  1. “Coup de Coeur; Hasrat, Ambisi, dan Moralitas Perempuan dalam Novel Nyonya Bovary karya Gustave Flaubert dan Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado” oleh kelompok La Lutte Continue – SMAN 7 Garut.
  2. “Gelap Terang Jiwa Manusia: Reinterpretasi Perempuan Feminis dalam Novel Nyonya Bovary dan Kerudung Merah Kirmizi” oleh kelompok Srikandi – SMAN 7 Garut.
  3. “Analisis Novel Nyonya Bovary dan Kerudung Merah Kirmizi: Sebuah Realita Entitas Perempuan dalam Utopia Laki-laki” oleh Kelompok Sekolah Cikal Serpong – Sekolah Cikal Serpong

Sebelumnya, Komunitas Salihara membuka pendaftaran pada 16 Maret 2023 dengan acuan untuk membandingkan novel Nyonya Bovary karya Gustave Flaubert (Prancis) dengan Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado (Indonesia).

Kedua novel ini dipilih untuk dibandingkan karena sama-sama mengangkat tokoh utama perempuan yang ditulis oleh pengarang laki-laki. Meski jarak antara kedua novel tersebut adalah 150 tahun–Nyonya Bovary terbit pada 1857 dan Kerudung Merah Kirmizi terbit pada 2002–masing-masing ditulis dalam kuatnya sensor negara serta hadir di tengah masyarakat dengan budaya patriarki yang kuat.  

Fokus perbandingan yang diminta adalah: penggarapan atas tokoh utama perempuan dalam hubungan dengan tokoh-tokoh lainnya serta bagaimana penggarapan itu merupakan kritik atau justru konfirmasi atas nilai-nilai masyarakat zamannya. Pendaftaran ditutup pada 17 Agustus 2023 dan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Para peserta yang terpilih saat ini sedang memasuki masa persiapan sebelum mereka mempresentasikan makalah di hadapan Dewan Juri pada 28 Oktober 2023 di Teater Salihara. Salah satunya adalah Ainaya Qurrota A’yuni dari kelompok La Lutte Continue (SMAN 7 Garut) yang mengapresiasi kegiatan ini dan membuka pola pikirnya terhadap proses kritik yang bisa dilakukan dengan berbagai cara.

“Sangat menyenangkan, menantang, dan membuka pola pikir dan pandangan saya terhadap perempuan. Tak hanya itu saya juga menjadi sadar bahwasannya kritik terhadap pemerintahan tidak melulu harus dilakukan dalam bentuk aksi demo, melainkan melalui tulisan yang mampu menyuarakan protes terhadap kebijakan yang justru menurut saya lebih memberikan dampak yang besar.

Saya juga berharap agar Komunitas Salihara bisa terus menyelenggarakan Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA karena memberikan manfaat yang sangat besar seperti meningkatkan minat baca siswa SMA dan memberikan kesempatan untuk menyampaikan sudut pandang siswa terhadap suatu karya.” tutup Ainaya.

Bagi umum yang ingin melihat keseruan Final Kompetisi Debat Sastra 2023 bisa hadir secara daring di Komunitas Salihara pada Sabtu, 28 Oktober 2023 pukul 13:00 WIB dengan melakukan registrasi di tiket.salihara.org. Pengumuman pemenang Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2023 serta pemenang makalah terbaik diumumkan di Komunitas Salihara dan disiarkan di kanal YouTube Peta Sastra Indonesia pada 28 Oktober 2023, 17:00 WIB. Jangan sampai terlewatkan!

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

fundraising

Siniar Salihara 2023
Ngomong-ngomong Soal: Intervensi Digital dalam Seni, Sastra dan Ilmu Pengetahuan

Jakarta, 16 Oktober 2023 – Setelah sukses menyelenggarakan Siniar Salihara musim ketiga di awal 2023 dengan tema Penulis Perempuan kali ini Salihara hadir kembali dengan Ngomong-ngomong Soal: Intervensi Digital dalam Seni, Sastra dan Ilmu Pengetahuan. Dalam musim keempat ini program Siniar Salihara akan dipandu oleh moderator, Rebecca Kezia yang akan berbincang mengenai Humaniora Digital atau Digital Humanities terhadap posisi sentral manusia. Dalam pembahasan tiga episode ini kita akan diajak merenungkan bagaimana teknologi beririsan dengan cabang-cabang disiplin seni dan mengubah cara pandang manusia dalam mengapresiasi dan menciptakan seni. Tidak hanya itu, diskusi ini juga akan mendiskusikan bagaimana respons manusia saat teknologi mulai masuk ke kehidupan sehari-hari dan bagaimana kita berinteraksi dengannya.

Siniar Salihara 2023 musim keempat sudah bisa didengarkan melalui kanal-kanal audio dan video Komunitas Salihara. Berikut adalah jadwal penayangan program kami:

 

Episode 1: Reformasi Ilmu dalam Budaya Digital

Narasumber: Fajar Ibnu Thufail | Tayang Perdana: 09 Oktober 2023

*******

Hampir semua aspek kehidupan manusia dipengaruhi oleh teknologi digital serta mengubah cara bertindak dan cara berinteraksi kita dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, pengaruh teknologi digital masuk dalam salah satu cabang ilmu pengetahuan yaitu humaniora, yang mempertanyakan kembali tentang manusia dan sekitarnya. Tapi, bagaimana posisi manusia ketika teknologi digital telah masuk dalam ilmu humaniora? Apakah ada yang berubah dan apakah perubahan ini memperkaya cara pandang kita dalam memaknai kehidupan?

 

Episode 2: Puitika Mesin: Pedang Bermata Dua

Narasumber: Martin Suryajaya | Tayang Perdana: 16 Oktober 2023

********

Sastra sebagai salah satu cabang penciptaan sebuah kesenian yang lekat dengan unsur kepengarangan seperti adanya konteks, sejarah, dan bentuk bahasa yang menjadi ekspresi pengarangnya, kini telah dimasuki oleh sesuatu yang lebih objektif melalui kerja teknologi digital seperti adanya perangkat kecerdasan atau AI. Dalam episode ini kita akan melihat bagaimana Martin Suryajaya melatih mesin kecerdasan untuk menciptakan puisi dan apakah pemanfaatan teknologi ini merupakan sebuah temuan yang positif atau pedang bermata dua?

 

Episode 3: Imajinasi, Manipulasi dan Ilusi dalam Rupa Digital

Narasumber: Bob Edrian | Tayang Perdana: 23 Oktober 2023

Hubungan antara teknologi digital dengan seni rupa sebetulnya bukanlah hal yang baru. Hubungan tersebut juga tidak lepas dari beberapa aspek yang memengaruhi pemutakhiran teknologi dalam kehidupan sehari-hari kita. Melalui prinsip kerja ini dan semakin canggihnya teknologi digital yang bisa kita gunakan untuk mencipta atau mengapresiasi, adakah perubahan dalam cara kita memandang seni? Dan bagaimana relasi antara seniman, teknologi, karya, dan audiensnya?

 

Diskusi lengkap terkait tiga topik intervensi digital ini sudah bisa didengarkan melalui  kanal Siniar Salihara di Spotify, Apple Podcast dan aplikasi NOICE, serta dapat ditonton di kanal YouTube Komunitas Salihara. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

web banner-salihara jazz buzz 2024-1920x1080

Open Call Salihara Jazz Buzz 2024:
Upaya Menemukan Kebaharuan Musik Jazz Tanah Air

Penutupan pendaftaran: 16 November 2023

 

Jakarta, 10 September 2023 – Salah satu program unggulan yang mendapat tanggapan dan perhatian besar dari publik terkait Komunitas Salihara Arts Center adalah Salihara Jazz Buzz; sebuah festival jazz tahunan yang menampilkan pilihan genre, komposisi dan presentasi konsep musik baru. Kali ini, Komunitas Salihara kembali membuka kesempatan dan mengundang musisi-musisi Jazz termasuk grup-grup muda di seluruh tanah air untuk mempresentasikan musik mereka dalam Salihara Jazz Buzz 2024.

Sejak 2016, Salihara Jazz Buzz selalu mengusung ide besar Jazz Sans Frontières, sebuah gagasan dan konsep musikal “lintas-batas”. Hal tersebut menjadikan Salihara Jazz Buzz sebagai salah satu acara yang paling diminati oleh pemirsa seni Komunitas Salihara. Undangan terbuka Jazz Buzz berawal dari 2019 dengan harapan ingin membuka kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh musisi muda tanah air untuk menambah warna dalam bermusik jazz. Undangan ini juga selaras dengan visi dan misi Komunitas Salihara yang dibangun sejak 15 tahun lalu dan selalu menawarkan sesuatu yang baru dan progresif.

Kurator Musik dan Tari Komunitas Salihara, Tony Prabowo mengatakan bahwa jazz dalam kehidupan musik di Indonesia menjadi salah satu genre musik yang banyak peminatnya dan salihara hadir untuk memberikan tawaran kebaharuan akan hal tersebut, “jazz dalam kehidupan musik di Indonesia menjadi salah satu ‘genre musik’ yang cukup banyak peminatnya. Salihara sebagai presenter pada acara Jazz Buzz memberikan tawaran yang lain yang lebih progresif dan tawaran akan kebaharuan akan genre jazz ini.” 

Melalui Undangan Terbuka, Salihara Jazz Buzz memperluas proses kuratorial untuk mencari grup yang dapat menawarkan kebaharuan dalam musik jazz tanah air. Bagi grup yang terpilih nantinya, akan mendapatkan bantuan produksi maksimal Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) disesuaikan dengan besaran ensambel. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara juga memberikan bantuan berupa fasilitas yang tersedia: ruang pentas dan fasilitas pendukung, promosi dan publikasi acara, dokumentasi, serta akomodasi di Wisma Salihara. 

Untuk bisa menjadi bagian dari Salihara Jazz Buzz calon pendaftar adalah warga negara Republik Indonesia dan belum berusia 35 tahun pada 31 Desember 2023 dan menampilkan materi konser paling sedikit 4 (empat) karya baru, termasuk aransemen atau komposisi ulang yang mengandung unsur kebaharuan. Durasi konser antara 60-90 menit dengan format grup mulai dari dua (2) hingga 12 musisi.    

Musisi yang tertarik dapat mendaftarkan dirinya dengan mengikuti prosedur yang tertera di laman salihara.org atau buka tautan mulai dari 06 September–16 November 2023. Undangan terbuka ini tidak berlaku untuk anggota keluarga inti karyawan Komunitas Salihara dan anggota Tim Juri. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

menulis23

Kelas Menulis Kreatif Tingkat Lanjut

Pengampu: Ayu Utami
Setiap Sabtu 02, 09, 16, 23, 30 September 2023
07, 14, & 21 Oktober 2023 | 13:00 WIB
Serambi Salihara 

 

Jakarta, 15 Agustus 2023 – Komunitas Salihara kembali lagi dengan salah satu kelas unggulannya yakni Kelas Menulis Kreatif bersama Ayu Utami. Berbeda dengan tahun sebelumnya–Kelas Menulis Kreatif yang Berbobot: Dimulai dari Karakter–yang bisa diikuti oleh tingkat pemula, dalam kelas kali ini peserta diwajibkan sudah pernah menerbitkan karyanya atau mengikuti Kelas Menulis Salihara agar bisa berpartisipasi dalam Kelas Menulis Tingkat Lanjut.

Dalam Kelas Menulis Tingkat Lanjut peserta diminta untuk sudah menguasai struktur dasar narasi gramatika, dan pengejaan yang benar. Sebab, dalam kelas ini hal-hal seperti itu tidak akan diajarkan lagi. Menariknya, peserta yang  karyanya sudah pernah diterbitkan atau akan diterbitkan, karya tersebut bisa dibahas di dalam kelas ini. Bagi yang belum pernah menerbitkan karya, peserta setidaknya sudah pernah mengikuti Kelas Menulis Kreatif sebelumnya atau pernah mengikuti kursus menulis. Peserta juga diwajibkan untuk memiliki ketertarikan membaca karya sastra. 

Di kelas ini peserta akan mempelajari:

  • Apa itu tulisan yang standar dan yang tidak?
  • Memilih antara plot dan suasana.
  • Apa saja unsur dalam suasana dan peristiwa, dan bagaimana mengembangkannya?
  • Memahami dan mengembangkan potensi.
  • Keseimbangan antara rencana besar dan garapan kecil.
  • Keseimbangan antara ketertiban dan keliaran.
  • Menganalisa diri dan unsur-unsur yang menghambat proses penulisan.
  • Inventarisasi dan distribusi tema.
  • Memilih suara yang tepat.
  • Memahami solusi mudah dan paradoks.

Untuk bisa mengikuti kelas ini, peserta bisa langsung mendaftarkan diri melalui laman resmi kami di kelas.salihara.org dengan biaya Rp2.500.000 per orang. Kelas akan diadakan setiap Sabtu mulai dari 02 September hingga 21 Oktober 2023. Kedelapan sesi ini akan berlangsung selama dua jam di Serambi Salihara, Ps. Minggu, Jakarta Selatan. 

 

Tentang Pengampu

Ayu Utami adalah salah satu penulis yang dianggap sebagai pendobrak kemapanan, khususnya masalah seks dan agama yang ia angkat dalam karya-karyanya. Karya-karya yang ditulisnya mengangkat wacana seksualitas dari sudut pandang perempuan.

Novel pertamanya, Saman (1998), memenangkan Sayembara Penulisan Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998. Beberapa karya sastranya yang lain adalah Bilangan Fu (2008) yang beroleh Khatulistiwa Literary Award 2008 dan yang termutakhir Anatomi Rasa (2019). Atas kiprah di dunia sastra, Ayu Utami meraih Prince Claus Award pada tahun 2000 dari Prince Claus Fund (Belanda), sebuah yayasan yang memberi penghargaan kepada individu dan organisasi yang berkontribusi dalam kebudayaan.

Ayu Utami adalah salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan ikut membangun Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat seni, pemikiran dan kebebasan informasi. Saat ini Ayu Utami aktif sebagai kurator sastra dan Direktur Literature and Ideas Festival (LIFEs) di Komunitas Salihara serta Direktur Program Teater Utan Kayu.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org