debat-sastra2023

MENYAMBUT LIFEs 2023: Frankofon
PENDAFTARAN KOMPETISI DEBAT SASTRA TINGKAT SMA DIBUKA

Pendaftaran: 16 Maret–17 Agustus 2023

Total Hadiah: Rp44.000.000

 

Jakarta, 17 Maret 2023– Membaca karya sastra penting dilakukan sejak usia dini sebab sastra seperti novel, cerpen, atau puisi dapat memberikan kekayaan psikologis dan perspektif dalam memahami persoalan manusia atau dunia. Untuk mendukung minat baca yang dipupuk sejak dini serta mendorong peningkatan intelektualitas generasi muda, Komunitas Salihara kembali mengadakan Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2023. Sesuai dengan tema Literature and Ideas Festival (LIFEs) 2023 yakni Sastra Prancis & Frankofoni–negara berbahasa Prancis–, tahun ini Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA akan mengajak calon peserta untuk membandingkan novel Nyonya Bovary karya Gustave Flaubert (Prancis) dengan Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado (Indonesia).

Kedua novel ini dipilih untuk dibandingkan karena sama-sama mengangkat tokoh utama perempuan yang ditulis oleh pengarang laki-laki. Meski jarak antara kedua novel tersebut adalah 150 tahun–Nyonya Bovary terbit pada 1857 dan Kerudung Merah Kirmizi terbit pada 2002–masing-masing ditulis dalam kuatnya sensor negara serta hadir di tengah masyarakat dengan budaya patriarki yang kuat.

Fokus perbandingan yang diminta adalah: penggarapan atas tokoh utama perempuan dalam hubungan dengan tokoh-tokoh lainnya serta bagaimana penggarapan itu merupakan kritik atau justru konfirmasi atas nilai-nilai masyarakat zamannya.

Bagi calon peserta yang ingin mengikuti “Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA” ini diharapkan untuk membentuk tim yang terdiri dari 3 (tiga) siswa tingkat SMA/sederajat dari sekolah yang sama. Tiap sekolah dapat mengirimkan lebih dari 1 (satu) tim. Siswa/i yang mendaftar harus merupakan siswa yang masih bersekolah di bangku SMA ketika final debat berlangsung di 28 Oktober 2023.

Kompetisi ini tertutup bagi peserta yang sudah menjadi juara 1 (satu) pada tahun sebelumnya. Peserta yang mendaftar akan membuat karya tulisan telaah (berupa tulisan atau makalah) dalam bahasa Indonesia setelah membaca dan membandingkan kedua karya (Nyonya Bovary dan Kerudung Merah Kirmizi) yang dapat diunduh setelah proses pendaftaran.

Pendaftaran sudah dapat dimulai sejak 16 Maret–17 Agustus 2023, sedangkan untuk makalah dapat dikumpulkan mulai 17 Agustus–4 September 2023 (tenggat kirim surat elektronik). Perlu diingat, sekolah yang mendaftar namun tidak mengirimkan makalahnya akan didiskualifikasi pada tahun penyelenggaraan berikutnya.

Makalah yang terpilih akan dilihat dari mutu argumen, pendalaman, penggalian masalah, dan ketertiban serta keindahan bahasa Indonesia yang digunakan. Pemenang Kompetisi Debat Sastra akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp20.000.000 dan Rp15.000.000 untuk pemenang kedua. Tiga makalah favorit juga akan mendapatkan masing-masing Rp3.000.000 (pajak ditanggung pemenang). 

 

Tentang Nyonya Bovary dan Kerudung Merah Kirmizi 

Kedua karya ini sama-sama mengangkat tokoh perempuan yang berhadapan dengan situasi zaman dan masyarakatnya. Nyonya Bovary sempat mendapat perlawanan dari otoritas setempat saat peluncurannya atas amoralitas yang terdapat di dalamnya. Namun tetapi, karya tersebut juga mendapatkan respon yang baik dari masyarakat Prancis bahkan menjadi karya terlaris di masanya. Di era modern, novel ini telah diadaptasi ke berbagai medium seperti film, televisi, layar lebar, opera, dan bahkan disebut sebagai salah satu sastra Prancis yang penting dalam kesusastraan dunia.

Sedangkan Kerudung Merah Kirmizi yang terbit di awal 2000-an membawa Remy Sylado meraih penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2002, sebuah penghargaan bergengsi di bidang sastra  yang pernah diraih oleh penulis-penulis ternama seperti Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, dan Seno Gumira Ajidarma. Karya ini menceritakan kisah cinta dengan latar Orde Baru–yang sensitif untuk dibahas di masa tersebut–yang penuh kesewenang-wenangan dan pandangan budaya patriarki yang kuat di dalamnya.

Membaca dua karya ini secara berdampingan akan memberi kita kesempatan untuk memahami masalah yang mirip sekaligus berbeda dalam perspektif yang lebih luas dan kaya. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jb2023

MENYAMBUT LIFEs 2023: Frankofon
UNDANGAN TERBUKA PENULISAN MAKALAH “PRANCIS DAN FRANKOFON DALAM SASTRA DAN GAGASAN”

Pendaftaran: 20 Maret-08 Mei 2023

 

Jakarta, 21 Maret 2023 – Sastra dan gagasan dari negara maupun bahasa Prancis telah meluas ke wilayah-wilayah lain dunia. Melalui kolonialisme, bahasa Prancis kini digunakan di negeri-negeri yang digolongkan sebagai Frankofon (di mana bahasa Prancis digunakan). 

Jika kesusastraan Prancis lebih mencerminkan dinamika kehidupan khas Prancis dan Eropa, kesusastraan Frankofon adalah sebuah ruang besar yang menggambarkan kompleksitas identitas, keragaman budaya, isu-isu sosial, gender, ras, dan agama dalam konteks poskolonial, yang membentang dari tanah Afrika, negara-negara Maghribi, Timur Tengah, Asia Tenggara, hingga Kanada dan Karibia. Selain itu, Prancis juga memiliki jejak sejarah dan hubungan tersendiri dengan Indonesia.

Komunitas Salihara dan Program Studi Prancis Universitas Indonesia menyelenggarakan Seminar Sastra dan Gagasan Prancis dan Frankofoni dalam Literature & Ideas Festival Salihara (LIFEs) 2023. LIFEs sendiri merupakan program dua tahunan yang menghadirkan rangkaian kegiatan seperti ceramah, seminar dan diskusi, pameran, kompetisi, serta pertunjukan artistik yang dikemas ke dalam rangkaian program satu pekan. 

Untuk meramaikan pekan sastra dan gagasan tersebut, kami mengundang akademisi, peneliti, mahasiswa, dan masyarakat umum pecinta sastra dan gagasan untuk turut berpartisipasi dalam seminar yang berjudul:

“Prancis dan Frankofon dalam Sastra dan Gagasan: Ruang Pertemuan Budaya, Identitas, dan Kritik Sosial”

Kami mengundang partisipan untuk membuat makalah presentasi mengenai kesusastraan atau pemikiran dari Prancis dan negara-negara Frankofoni. Berikut adalah beberapa subtema atau perspektif untuk panduan pembuatan makalah:

  • Kritik Poskolonialisme
  • Konflik Identitas dan Kritik Sosial
  • Tantangan Multikulturalisme 
  • Gender dan Budaya Patriakal
  • Tubuh dan Perlawanan Perempuan
  • Hubungan Indonesia dan Prancis
  • Pemikiran tentang seni dan estetika mutakhir

Undangan terbuka ini ditujukan untuk seluruh peserta baik WNI/Asing yang ingin terlibat. Makalah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. Makalah yang dikirimkan harus memuat 4.000-7.000 kata Ms-Word sudah termasuk judul, abstrak, dan isi. Calon peserta juga wajib melampirkan biodata pendek dan Surat Pernyataan Bebas Plagiarisme (materai 10.000) yang dilampirkan di lembar terpisah. 

Pengumpulan makalah akan berlangsung dari 20 Maret hingga 08 Mei 2023 dan dikirim ke alamat surat opencall@salihara.org. Delapan makalah terpilih nantinya akan diperesentasikan oleh pemakalah dalam program Seminar Prancis & Frankofon LIFEs di bulan Agustus 2023. Tiap pemakalah yang terpilih akan mendapatkan biaya presentasi sebesar Rp1.500.000,-. Detail dan keterangan lebih lengkap mengenai undangan terbuka ini dapat dilihat di .

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Salihara Jazz Buzz 2023: Pertukaran Tanpa Batas antara Dua Generasi

Jakarta, 23 Februari 2023 – Salihara Jazz Buzz 2023 telah sukses digelar dari 04-11 Februari lalu. Acara ini menghadirkan tiga musisi hasil Undangan Terbuka Jazz Buzz 2023. Selain mendapatkan bantuan produksi dan akomodasi, tahun ini para musisi yang terpilih mendapat kesempatan untuk bermain bersama musisi senior seperti Adra Karim, Indra Perkasa, dan Sri Hanuraga.

Acara ini juga berhasil menarik lebih dari 300 pengunjung dalam tiga hari penyelenggaraannya. Antusiasme dalam menikmati musik jazz dengan warna baru berkonsep Pertukaran/Exchange ini pun dirasakan oleh pengunjung. Salah satunya adalah Daffa Rasendriya (Mahasiswa) yang hadir saat penampilan Filipus Cahyadi Project membawakan Odd Matters bersama Indra Perkasa,

“Ini (Salihara Jazz Buzz) merupakan pengalaman pertama yang membawa suasana baru dan oke banget! Dari flow acaranya juga rapi, on time, dan tentunya venuenya sangat mendukung jalannya pementasan.”

Euforia tidak hanya dirasakan oleh pengunjung namun juga dirasakan oleh para pemain Undangan Terbuka. Sebab, bagi para penampil, ini merupakan panggung pertama mereka tampil di Salihara. Di sini, ketiga musisi tersebut secara langsung merasakan suasana bermusik di teater yang mengusung konsep black box dengan memaksimalkan performa mereka di atas panggung dari segi suara, ruangan, tata cahaya, dan keintiman terhadap pengunjung.

Rainer James Adrian, selaku pemain saksofon dan perwakilan dari Guernica Quartet mengatakan bahwa pengalaman bermain di Salihara begitu berkesan terlebih dengan adanya konsep bermain bersama kolaborator yang dapat melakukan pertukaran (exchange) dari segi penciptaan karya,

“Sangat luar biasa dan sangat bersyukur mendapatkan pengalaman di Salihara ini. Dengan penonton yang sangat memperhatikan dan mendengarkan musik kita, kita sangat merasa dihargai dan sangat berterima kasih. Tentunya kami juga sangat berterima kasih kepada kolaborator kami, kak Adra Karim yang sudah membimbing kita dan memberikan kita banyak sekali insight yang tentunya akan kami ingat sepanjang karir bermusik kami.”

Kesan jazz lintas batas yang menjadi fokus utama Salihara Jazz Buzz sejak diusung dari 2016 ini menjadi landasan yang berkesan juga bagi Filipus Cahyadi, salah satu penampil dari grup Filipus Cahyadi Project. Menurutnya, hadirnya acara ini mendukung seniman untuk berkarya seidealisnya dan mendapat apresiasi baik dari wadah hingga fasilitas,

“Acara ini memberi kesempatan pada musisi-musisi untuk berkarya idealis dan mendapat dukungan baik dana, kebutuhan perform, promosi, serta konsep kolaborator, yg sangat membuat saya banyak belajar dr musisi senior.”

Sebelumnya, Salihara Jazz Buzz merupakan festival jazz persembahan Komunitas Salihara yang mengusung ide Jazz Sans Frontières, sebuah gagasan dan konsep musikal “lintas-batas”. Hal tersebut menjadikan Salihara Jazz Buzz sebagai salah satu acara yang paling diminati oleh pemirsa seni Komunitas Salihara. Tahun ini Salihara mantap dengan tema Pertukaran/Exchange untuk menemukan warna musik baru di industri jazz tanah air. Dari hasil Undangan Terbuka yang sudah dilakukan sejak 2022 lalu, terpilihlah tiga musisi yakni: Filipus Cahyadi Project, Guernica Quartet, dan Sandikala Ensemble yang mendapat kesempatan untuk bermain di Teater Salihara pada 04, 05, dan 11 Februari 2023 lalu.

Semangat untuk menemukan estetika baru dalam mendengarkan jazz diharapkan masih terus berkobar untuk tahun-tahun kedepannya, mengingat antusias dan respons masyarakat yang begitu baik di tiap-tiap tahun penyelenggaraan Salihara Jazz Buzz.

 

 

Para Penampil Salihara Jazz Buzz 2023

 

Sandikala Ensemble dengan kolaborator Sri Hanuraga (04 Februari 2023)

Foto: Witjak Widhi Cahya

 

Grup ini merupakan grup asal Yogyakarta  dengan direktur artistik Dion Nataraja ini adalah sebuah grup dengan format yang banyak menggunakan  instrumen gamelan. Dion Nataraja, komponis dan direktur artistik SE yang saat ini sedang menyelesaikan program doktoralnya di University of California, menawarkan konsep yang lebih dalam pada improvisasi gamelan dan jazz. SE tidak sekadar mencampurkan  instrumen gamelan dan instrumen lain yang biasa digunakan dalam jazz, melainkan mencari titik temu yang lebih dalam misalnya mengeksplorasi konsep pathetan dalam gamelan ke improvisasi yang lebih bebas.

 

Filipus Cahyadi Project dengan kolaborator Indra Perkasa (05 Februari 2023)

Foto: Witjak Widhi Cahya

 

Merupakan grup dengan format kuintet. Sebagai direktur artistik dari FCP, Filipus Cahyadi menggunakan konsep pola hitungan ganjil di dalam komposisinya. Kuintet ini menghadirkan Restha Wirananda (piano), Arini Kumara (selo), Kuba Skowronski (flute & tenor saksofon), Ferdinand Chandra (kontrabas & elektrik bas), Filipus Cahyadi (drum)

 

Guernica Quartet dengan kolaborator Adra Karim

Foto: Witjak Widhi Cahya

 

Guernica Quartet merupakan grup yang merepresentasikan karyanya lewat pencampuran berbagai genre musik dan instrumental yang beragam. Mereka mencoba mengeksplorasi suara dan berbagai jenis musik lain seperti musik tradisional Jepang, India, musik-musik Timur Tengah dan musik Armenia serta sequencer yang menyuarakan elemen suara-suara ‘etnis’.

 

 

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

pers-helateater2023

Helateater 2023: Teater Objek

Menampilkan Permainan Ritual, Gender, dan Pelestarian Lingkungan

18 Februari-12 Maret 2023

Teater & Galeri Salihara |Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu | 12:00, 16:00, dan 20:00 WIB

Penampil: Flying Balloons Puppet, SEKAT Studio, Wayang Suket Indonesia, Institut Tingang Borneo Utara, dan Papermoon Puppet Theatre

 

Jakarta, 7 Februari 2023 – Menjadi salah satu program unggulan di Komunitas Salihara, Helateater kembali menyapa para penikmat seni teater pada 18 Februari mendatang di Teater dan Galeri Salihara. Program ini merupakan acara dua tahunan yang berjalan beriringan dengan Helatari; yakni sebuah festival yang terfokus kepada seni tari yang berakar dari berbagai latar belakang baik kontemporer maupun tradisi. Tahun ini Helateater hadir dengan tema Teater Objek, sebuah gagasan yang mengedepankan pertunjukan dengan memanfaatkan objek–wayang, boneka, benda sehari-hari–sebagai jantung utamanya.

Tiga periode belakangan Helateater 2023 mengusung format “Undangan Terbuka” yang khusus ditujukan kepada para seniman muda untuk mengirimkan konsep dan gagasan yang matang baik dengan basis riset, tradisi, maupun eksplorasi. Kurator Teater Komunitas Salihara, Hendromasto Prasetyo beserta jajaran Dewan Juri (Iwan Effendi dan Zen Hae) mengatakan bahwa tahun ini Helateater memilih empat kelompok teater yang kuat secara cerita dan objek yang terukur.

“Merujuk pada tema Helateater 2023, kami memutuskan untuk memilih empat karya yang dinilai paling menjanjikan keberhasilan sebuah pentas teater berbasis objek seturut konsep karya masing-masing dalam Helateater 2023. Empat karya itu menawarkan pertunjukan yang kuat pada cerita dan berbeda satu sama lain. Juga, memiliki ansambel permainan objek yang rapi dan terukur.”

Keempat kelompok seniman tersebut akan meramaikan Teater dan Galeri Salihara mulai 18 Februari hingga 05 Maret 2023 dengan harga tiket Rp50.000 (pelajar) dan Rp75.000 (umum). Selain itu acara Helateater akan ditutup oleh penampilan spesial dari Papermoon Puppet Theatre asal Yogyakarta yang sudah melakukan banyak sekali pertunjukan di tingkat nasional maupun mancanegara. Berikut adalah sinopsis serta jadwal pertunjukan Helateater.

 

1. Jalinan Kusam di Lemari Sosi

Penampil:  Flying Balloons Puppet ( Yogyakarta). 

Sabtu, 18 Februari 2023, 20:00 WIB | Minggu, 19 Februari 2023, 16:00 WIB

Pentas ini menyajikan permainan boneka di atas meja yang digabungkan dengan aktor dan manipulasi benda-benda keseharian. Hubungan aktor dengan objek dikembangkan ke dalam tiga kemungkinan: aktor sebagai dalang, aktor menggunakan objek sebagai properti pentas dan aktor adalah objek yang dimanipulasi oleh ruang dan aktor lainnya. Karya ini mengusung tema memori dan tantangan bagi perempuan terkait dunia domestik yang membesarkannya sekaligus kungkungan dunia sosial di sekitarnya.

 

2. Identikit

Penampil: SEKAT Studio (Bekasi, Jawa Barat)

Sabtu, 25 Februari 2023, 20:00 WIB | Minggu, 26 Februari 2023, 16:00 WIB

Identikit bercerita tentang seorang seniman yang mencoba menembus kerinduan kepada kekasihnya melalui permainan jailangkung, yang pada beberapa tempat di Indonesia dipercaya sebagai ritus penghubung dunia manusia dengan dunia arwah. Di dalamnya pemanggung akan menghadirkan serangkaian objek, mulai dari topeng, boneka, aktor, bayangan hingga instrumen musik. Pada bentuknya yang paripurna, pentas ini akan menyuguhkan serangkaian permainan metafora terkait tubuh, pikiran dan jiwa manusia.

 

3. Bandung Bondowoso 

Penampil: Wayang Suket Indonesia (Tuban, Jawa Timur)

Kamis, 02 Maret 2023, 20:00 WIB | Jumat, 03 Maret 2023, 20:00 WIB

Pentas ini memberi watak baru kepada Bandung Bondowoso sebagai lelaki baik dan bertanggung jawab terhadap pilihannya membangun seribu candi bagi Roro Jonggrang hanya dalam semalam. Penceritaan kembali legenda terkenal, tetapi dengan sudut pandang perwatakan yang berbeda, akan memberikan penonton kenikmatan tersendiri. Pementasan akan menampilkan wayang suket (wayang yang terbuat dari rumput) dengan teknik teatrikal dan permainan bayangan, serta imbuhan elemen tari, musik dan seni rupa. Kelompok ini punya perhitungan terperinci mengenai konsep pemanggungan dan eksekusinya di atas panggung. 

 

4. Himba 

Penampil: Institute Tingang Borneo Theater (Palangka Raya, Kalimantan Tengah)

Sabtu, 04 Maret 2023, 20:00 WIB | Minggu, 05 Maret 2023, 16:00 WIB

Himba akan dipentaskan menggunakan boneka yang dikolaborasikan dengan permainan bayangan, topeng khas suku Dayak dan pantomim. Dengan tema pelestarian hutan dan tegangan kepentingan antara adat dan industri perkebunan, antara kakek penjaga hutan keramat dan anak muda yang ambisius, kisah ini mengantarkan kita kepada permainan boneka yang kolaboratif; memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan, tanpa kehilangan permainan bentuk boneka dan anasir pentas lainnya yang tidak kalah menarik.

 

5. A Bucket of Beetles

Penampil: Papermoon Puppet Theatre

Jumat, 10 Maret 2023, 20:00 WIB | Sabtu, 11 Maret 2023, 16:00 & 20:00 WIB

Minggu, 12 Maret 2023, 10:00 & 16:00 WIB

Pertunjukan ini menyajikan kisah tentang persahabatan antara Wehea dan seekor kumbang hutan. Tidak hanya kisah persahabatannya yang ditonjolkan, pertunjukan ini juga menyajikan hubungan antara manusia dan alam. Sebuah kisah yang membuat kita bertanya-tanya: apakah kita sudah cukup menjaga air, tanah, dan udara kita? 

 

Pertunjukan ini terinspirasi dari kisah yang diceritakan oleh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun. Semua desain boneka hewan dalam lakon diambil dari lukisannya. Produksi ini sebelumnya disajikan secara virtual dengan live streaming performance dari studio Papermoon Puppet di Yogyakarta 2020 lalu. Pada rangkaian Helateater kali ini, A Bucket of Beetles akan ditampilkan secara langsung di atas panggung Teater Salihara.

 

Tentang Penampil

Flying Balloons Puppet adalah grup teater yang berdiri pada Januari 2015 dan digawangi oleh Rangga Dwi Apriadinnur. Flying Balloons Puppet sudah menampilkan lebih dari 15 pementasan baik karya tunggal maupun kolaborasi dengan pelaku seni dan kelompok kesenian di Yogyakarta sejak 2015. Salah satu karya tunggalnya adalah Cerita Origami Merah Muda yang dipentaskan Agustus 2015 pada Festival Teater Remaja Nusantara di ISI Yogyakarta. Beberapa pentas kolaborasinya adalah The Bird bersama Les Rémouleurs (Prancis) dalam Printemps Francais (2016) dan Sori in the Land of Lembuna bersama Gwen Knoxx (Australia) dalam Pesta Boneka #6 (2018). Flying Balloons Puppet menjadi 10 Besar kelompok terpilih untuk Ruang Kreatif Seni Pertunjukan 2017, Galeri Indonesia Kaya dan kelompok terpilih untuk Parade Seni Pertunjukan Media Baru 2020 oleh Garin Workshop dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

SEKAT Studio muncul sebagai sebuah komunitas rumah hantu yang terus mencari formula dan media komunikasi yang tepat dengan ‘dunia hantu’ di tahun 2010. Dalam perjalanannya, SEKAT Studio berusaha mendengar dan melihat cerita-cerita tentang hantu, kemudian mereka mencoba menghidupkannya lewat berbagai bentuk interaksi dan imitasi di tempat-tempat yang penuh dengan aktivitas manusia. Beberapa karya SEKAT Studio, di antaranya adalah Trektrek dan Lapangan Bintang (2021) dan Si Mata Besar dan Si Mulut Besar (2022). 

Komunitas Wayang Suket Indonesia didirikan oleh Gaga Rizky sebagai upaya untuk melestarikan budaya wayang suket. Pada mulanya komunitas Wayang Suket Indonesia dibentuk saat berada di Kota Surakarta, ketika Gaga Rizky merantau untuk  berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Pada 2019 Wayang Suket Indonesia melakukan pementasan dan residensi Shadowlight Production bersama Larry Reed (USA) di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta, dengan lakon Dewi Sri. Karya-karyanya antara lain, Timun Emas (2018), Roro Jonggrang (2019), dan Jaka Tarub (2022). Wayang Suket Indonesia juga menjadi salah satu kelompok terpilih dalam program Ruang Kreatif 2019 dari Indonesia Kaya, Garin Workshop, dan Bakti Budaya Djarum Foundation. 

Institute Tingang Borneo Theater berdiri pada 2013 di Kalimantan Tengah. Karya-karyanya antara lain adalah Siapa Aku, Siapa Kamu (2013), Jangan Coblos Saya (2014), dan Sendratari – Air Mata Primata (2021). Mereka juga pernah berkolaborasi dalam The Mapping of Experimental Music, Noise, Sound Art Act from Borneo bersama musisi Theo Nugraha. Pada 2021 menjadi kelompok terpilih pada Gulali Festival yang diinisiasi oleh Papermoon Puppet Theater dan Ayo Dongeng Indonesia. 

Papermoon Puppet Theatre didirikan pada April 2006 di Yogyakarta, Indonesia oleh Maria Tri Sulistyani (Ria). Ia kemudian memelihara, mengembangkan, dan memperluas kerja-kerja  komunitas teater boneka ini bersama Iwan Effendi, seorang seniman visual dan desainer boneka Papermoon. Mereka bekerja sama dengan seniman boneka lainnya, antara lain Anton Fajri, Pambo Priyojati, Beni Sanjaya, Muhammad Alhaq dan Hardiansyah Yoga. Hingga saat ini, Papermoon Puppet Theatre telah menciptakan lebih dari 30 pertunjukan boneka dan instalasi serta pameran seni visual dan telah kelilingi ke lebih dari 10 negara. Pada 2008, Papermoon Puppet Theatre menggagas program Pesta Boneka, sebuah biennale boneka internasional yang menyambut para seniman boneka dari seluruh dunia untuk ditampilkan di Indonesia.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

filsafat-maret-23-luring-thumbnail

Kelas Filsafat 2023 Putaran Pertama – Filsuf Prancis Menafsir Platon

Pengampu: Augustinus Setyo Wibowo dan Anugrah Bayu
Setiap Sabtu, 04, 11, 18, 25 Maret 2023, 14:00 WIB
Zoom Webinar

 

Jakarta, 20 Januari 2023 – Dalam tradisi filsafat modern, filsafat Yunani Klasik adalah sumber atau asal-muasal terpenting. Hampir seluruh puncak-puncak filsafat Barat hari ini bisa ditelusuri asal-muasalnya atau dikembalikan ke tradisi filsafat Yunani Klasik, bahkan yang lebih awal dari itu. Salah satu filsuf dari era Yunani Klasik yang terpenting adalah Platon (Plato). Platon adalah pemikir kuno, berasal dari 2500 tahun yang lalu yang telah ditafsirkan oleh banyak filsuf dari berbagai era tidak terkecuali oleh para filsuf Prancis kontemporer. Maka dari itu, pemikiran filsuf Plato ini menjadi sangat tepat untuk dijadikan tema Kelas Filsafat Salihara di 2023 ini.

Kurator Edukasi dan Gagasan, Zen Hae mengatakan Perspektif filsuf Prancis diambil sebagai bentuk pemanasan dari program Literature and Ideas Festival (LIFEs) yang akan diadakan Agustus 2023 mendatang. LIFEs tahun ini akan mengangkat tema “Frankofon”; sebuah istilah yang digunakan untuk negara-negara penutur bahasa Prancis.

“Meski baru berlangsung pada Agustus, sejak awal tahun kami sudah merancang sejumlah program yang bisa disebut sebagai semacam “pemanasan” atas Festival nanti. Salah satunya adalah Kelas Filsafat bertema “Filsuf Prancis Menafsir Platon” dan bagaimana filsuf kontemporer Prancis membahas pascamodernisme, pascastrukturalisme, historiografi, studi Islam, sastra dan feminisme.”

Kelas Filsafat ini akan dijalankan secara daring setiap Sabtu di bulan Maret 2023 dalam empat pertemuan yang diampu oleh A.Setyo Wibowo untuk pertemuan 1-3 dan Anugrah Bayu pada pertemuan ke-4. Pertemuan pertama kita membahas mengenai Platon yang ditafsir oleh filsuf Alain Badiou. Alain Badiou menerjemahkan Politeia Platon ke dalam bahasa Prancis (The Republique) secara nyleneh; misalnya, gambaran tentang Alegori Goa tiba-tiba menjadi kisah mengenai Gedung Bioskop. Namun, isi tafsiran Badiou atas politik Platon di The Republique tetap menarik: filsuf raja bukanlah realitas, melainkan idea untuk dipikirkan.

Di pertemuan kedua kita akan membahas mengenai pandangan dari Jacques Derrida. Pemikiran Derrida tentang différance yang unik bisa diberi gambaran jelas di teks Platon berjudul Timaios tentang khôra: genus ketiga di antara yang inderawi dan yang intelligible. Derrida sendiri menulis sebuah analisis menarik atas teks Timaios ini. Derrida juga menulis analisis menarik tentang buku Platon berjudul Phaidros. Di situ, pharmakon, yang tidak bisa diterjemahkan, adalah gambaran jenis ketiga di luar oposisi biner yang mencirikan metafisika Barat.

Selanjutnya ada Jacques Rancière, seorang pemikir demokrasi kontemporer. Ia menengarai rezim politik Platon sebagai archipolitique sebuah cara berpolitik yang dilandaskan pada prinsip tertentu, yaitu pengetahuan. Alih-alih mengemansipasi rakyat, model pengetahuan sebagaimana dipraktikkan Socrates, justru mengekalkan pembodohan. Dalam bidang seni, rezim archipolitique menekankan fungsi etis seni bagi masyarakat, sehingga seni dalam arti sebenarnya tidak muncul. 

Terakhir kita akan melihat pandangan Emmanuel Levinas terhadap Platon. Dalam pertemuan ini kita akan membahas Relasi etis dengan Liyan (l’Autre) yang mudah dipahami lewat alegori Goa di mana Platon membicarakan The Good (Kebaikan) yang melampaui pengetahuan.

Untuk mengetahui detail dari para pemikiran tersebut, peserta bisa langsung mendaftarkan diri lewat laman resmi kami di kelas.salihara.org dan media sosial kami.

 

Tentang Pengampu
A. Setyo Wibowo adalah dosen tetap di STF Driyarkara. Ia meraih Baccalaureat Teologi di Universitas Gregoriana, Roma, Italia (1999). Ia menyelesaikan studi Filsafat S2, DEA dan S3 di Université Paris-1, Panthéon-Sorbonne, Paris, Prancis pada 2000-2007. Beberapa buku termutakhirnya antara lain Paideia: Filsafat Pendidikan-Politik Platon (2017), Gaya Filsafat Nietzsche (2017), Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme (2019) dan Platon: Lakhes (Tentang Keberaian) (2021). Ia juga menerbitkan Filokomik (2020), terjemahan buku komik filsafat dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia.

Anugrah Bayu adalah seorang peminat filsafat yang menyelesaikan studi S1 dan S2 di STF Driyarkara. Sekarang bekerja sebagai penerjemah. Ia juga salah satu pengajar program Philosophy Underground di Komunitas Utan Kayu. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jb2023

Menemukan Bentuk Estetika Baru dalam Musik Jazz Tanah Air

Salihara Jazz Buzz 2023:
Pertukaran/Exchange

04, 05, & 11 Februari 2023
Teater Salihara | Sabtu, 20:00 WIB | Minggu, 16:00 WIB
Penampil: Filipus Cahyadi Project, Guernica Quartet, dan Sandikala Ensemble
Kolaborator: Adra Karim, Indra Perkasa, dan Sri Hanuraga

 

Jakarta, 19 Januari 2022 – Salah satu program unggulan yang mendapat tanggapan dan perhatian besar dari publik terkait Komunitas Salihara Arts Center adalah Salihara Jazz Buzz; sebuah festival jazz tahunan yang menampilkan pilihan genre, komposisi dan presentasi konsep musik baru. Berkaca dari suksesnya acara Salihara Jazz Buzz 2022 digelar, kini Komunitas Salihara kembali hadir pada Februari 2023 bersama para musisi pilihan hasil undangan terbuka pada pertengahan 2022 lalu. 

Sejak 2016, Salihara Jazz Buzz selalu mengusung ide besar Jazz Sans Frontières, sebuah gagasan dan konsep musikal “lintas-batas”. Hal tersebut menjadikan Salihara Jazz Buzz sebagai salah satu acara yang paling diminati oleh pemirsa seni Komunitas Salihara. Tema Pertukaran/Exchange ini menjadi bukti nyata bahwa Salihara Jazz Buzz ingin menampilkan sifat jazz yang mampu menjelajah ke genre musik lain.

Kurator Musik dan Tari Komunitas Salihara, Tony Prabowo mengatakan tema Exchange ini dapat menghadirkan konsep baru di tengah masyarakat penikmat musik Jazz.

 “Salihara sebagai penyelenggara pesta kesenian, tentu harapannya bisa memberikan suguhan yang segar, berkualitas, kebebasan berekspresi dan menawarkan konsep-konsep kebaharuan untuk masyarakat peminat musik dan peminat seni seluas-luasnya, di tengah banyaknya festival-festival jazz di negeri ini.”

Hasil dari Open Call (Undangan Terbuka) lalu menghadirkan tiga kelompok musisi terbaik versi tim kurator Salihara. Ketiga musisi tersebut adalah Filipus Cahyadi, Guernica Quartet, dan Sandikala Ensemble yang hadir dengan estetika masing-masing dalam menghadirkan nuansa baru musik jazz.

 

Pendatang Baru yang Perlu Diperhatikan

Tahun 2023 menjadi penanda baru bagi Salihara Jazz Buzz setelah masa pandemi berangsur usai. Di tahun ini, kita akan menyaksikan pertunjukan jazz lewat pengalaman yang sebagaimana mestinya yakni secara langsung pada 04, 05, dan 11 Februari mendatang di Teater Salihara. Selain memperlihatkan karya-karya orisinal mereka, ketiga musisi pilihan ini juga akan berkolaborasi dengan musisi senior untuk membawakan pertunjukan yang hanya bisa disaksikan di Salihara Jazz Buzz 2023.

Penampil pertama adalah Sandikala Ensemble (SE), grup ini merupakan grup asal Yogyakarta  dengan direktur artistik Dion Nataraja ini adalah sebuah grup dengan format yang banyak menggunakan  instrumen gamelan. Dion Nataraja, komponis dan direktur artistik SE yang saat ini sedang menyelesaikan program doktoralnya di University of California, menawarkan konsep yang lebih dalam pada improvisasi gamelan dan jazz. SE tidak sekadar mencampurkan  instrumen gamelan dan instrumen lain yang biasa digunakan dalam jazz, melainkan mencari titik temu yang lebih dalam misalnya mengeksplorasi konsep pathetan dalam gamelan ke improvisasi yang lebih bebas. Dalam kesempatan di Jazz Buzz ini, SE berkesempatan untuk berkolaborasi bersama musisi senior Sri Hanuraga dalam karya Hyperkembangan III  dan Improvisation I.

Selanjutnya adalah Filipus Cahyadi Project (FCP) yang merupakan grup dengan format kuintet. Sebagai direktur artistik dari FCP, Filipus Cahyadi menggunakan konsep pola hitungan ganjil di dalam komposisinya. kuintet ini menghadirkan Restha Wirananda (piano), Arini Kumara (selo), Kuba Skowronski (flute & tenor saksofon), Ferdinand Chandra (kontrabas & elektrik bas), Filipus Cahyadi (drum)  dan musisi senior Indra Perkasa yang akan berkolaborasi dengan FCP.

Terakhir ada Guernica Quartet (GQ) yang menjadi musisi penutup Salihara Jazz Buzz 2023. Guernica Quartet merupakan grup yang merepresentasikan karyanya lewat pencampuran berbagai genre musik dan instrumental yang beragam. Mereka mencoba mengeksplorasi suara dan berbagai jenis musik lain seperti musik tradisional Jepang, India, musik-musik Timur Tengah dan musik Armenia serta sequencer yang menyuarakan elemen suara-suara ‘etnis’. Dalam penampilan kali ini, Guernica Quartet juga akan berkolaborasi bersama musisi jazz senior Adra Karim.

Pertunjukan Salihara Jazz Buzz ini terbuka untuk umum. Untuk menyaksikannya, pengunjung bisa langsung melakukan pemesanan via tiket.salihara.org dengan harga Rp. 75.000 (dewasa) dan Rp. 50.000 (pelajar/mahasiswa).

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

semalam-masa silam

Teater Satu hadir membawakan Semalam Masa Silam Mengunjungiku

Sabtu, 10 Desember 2022 | 20:00 WIB
Minggu, 11 Desember 2022 | 16:00 WIB
Teater Salihara

 

Jakarta, 01 Desember 2022– “Ketika desa-desa berubah menjadi kota; ladang, sawah, kebun-kebun yang hijau berubah menjadi bangunan-bangunan beton, tiang listrik, pemancar satelit, jalan layang, toko-toko, supermarket, minimarket, bioskop, tersebar bak jamur di mana pun. Bersamaan dengan itu, setiap orang kehilangan ikatannya dengan masa lalunya; sejarahnya, dan biografi hidupnya”. Berikut merupakan penggalan dari sinopsis mengenai pentas Semalam Masa Silam Mengunjungiku yang akan dibawakan oleh Teater Satu (Bandar Lampung); ditulis dan disutradarai oleh Iswadi Pratama selaku salah satu pendiri dari kelompok teater tersebut.

Pementasan ini merupakan bentuk kerja sama antara Teater Satu dengan Komunitas Salihara yang bisa disaksikan di Teater Salihara pada Sabtu (10 Desember 2022) dan Minggu (11 Desember 2022). Lakon Semalam Masa Silam Mengunjungiku dibawakan secara khusus sebagai bentuk hasil riset dan eksplorasi yang dilakukan oleh rekan-rekan Teater Satu sebagai bentuk persembahan kepada seniman-seniman yang sudah wafat. Karya ini bercerita mengenai kerinduan akan “masa silam” setelah lama terkapar di dalam bangsal-bangsal Rumah Sakit Besar bernama “Jakarta”.

Teater Satu (Bandar Lampung) adalah kelompok teater yang berdiri pada 18 Oktober 1996. Didirikan oleh Iswadi Pratama, Imas Sobariah, dan Ema. Sejak 1996 teater ini telah memproduksi 52 nomor pertunjukan dan aktif mengembangkan, merintis, dan menghimpun teater pelajar seprovinsi Bandar Lampung. Dalam rentang 1996 hingga sekarang, teater ini juga aktif memainkan naskah-naskah baik dari karya Indonesia dan mancanegara, Teater Satu juga meraih berbagai prestasi berskala nasional maupun internasional.

Untuk bisa menikmati pertunjukan ini, pengunjung bisa melakukan pemesanan tiket melalui tiket.salihara.org dengan biaya Rp150.000,- (umum) dan Rp75.000,- (pelajar). 

 

Jajaran Produksi 

Sutradara: Iswadi Pratama
Asisten Sutradara: Rarai Masae
Koreografer: Ari Ersandi
Manajer: Imas Sobariah
Tim Produksi: Baysa Deni & Vita Oktaviana
Manajer Panggung: M. Aria Gibran
Penata Cahaya: Ahmad Jusmar
Penata Musik: Anas Nurhada, Alex, Nigel, Nursini, Taufik
Penata Artistik: Ari Ersandi, Ikhtiar Pratama, M Aria Gibran, M Ragah
Penata Rias & Kostum: Afrizal AR, Wika Widya
Penata Seni Video: Adji Nugroho
Pemain: Afrizal AR, Amelia Yusmaneti, Baysa Deni, Denta Pratama, Deri Efwanto, Deri Setiawan, Desi Susanti, Dodi Firmansyah, Dona Sabatina, Gandi Maulana, Ikhtiar Pratama, Izzati Isyarah, Jayen Sugianto, Laras Utami, M Ragah, Riza Kharisma, Wika Widya.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Event-Slider-T1

Kelas Akting Salihara 2022 Hadir dalam Tiga Lakon

Jumat, 25 November 2022 |Kotak Teka-Teki | 20:00 WIB
Sabtu, 26 November 2022 |Tuhan, Tolong Bunuh Emak & Makan Malam | 20:00 WIB
Teater Salihara

 

Jakarta, November 2022 – Komunitas Salihara dengan bangga mempersembahkan pementasan Kelas Akting Salihara 2022 pada 25 dan 26 November 2022. Pementasan ini menghadirkan peserta Kelas Akting Tingkat 1 dan 2 yang akan membawakan tiga lakon yakni: Kotak Teka-Teki, Tuhan, Tolong Bunuh Emak, dan Makan Malam.

Kelas Akting Salihara sendiri merupakan program reguler yang diselenggarakan setiap tahun; kelas dibagi dalam Tingkat 1 dan Tingkat 2. Dalam program ini, peserta akan mendalami metode keaktoran menggunakan Sistem Stanislavski selama tiga bulan dan kelas ini bisa diikuti oleh siapa saja yang tertarik untuk menyelami seni peran tanpa menimbang latar belakang keaktoran masing-masing peserta. Pada akhir kelas, para peserta harus mempresentasikan hasil latihan mereka dalam bentuk sebuah pementasan yang bisa dilihat pada Jumat dan Sabtu pekan ini.

Kurator Teater Komunitas Salihara, Hendromasto Prasetyo mengatakan tujuan utama dari program Kelas Akting ini adalah untuk mendistribusikan pengetahuan kepada mereka yang tertarik mendalami seni peran. Hasil dari pelatihan ini tentunya dapat diimplementasikan sesuai kebutuhan masing-masing peserta dalam kehidupan sehari-hari.

“Program ini sejak awal didesain untuk menjadi ruang mendistribusikan pengetahuan yakni seni peran. Kita percaya seni peran tidak hanya berguna bagi para aktor di panggung atau di depan kamera, tetapi juga bisa untuk keseharian. Bagaimana seni peran dapat dipahami semua orang tanpa peduli latar belakangnya. Jadi hadirnya kelas ini adalah untuk mereka bisa mendalami dan mengimplementasikannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.”

Kelas ini dilatih langsung oleh Rukman Rosadi yang juga akan hadir sebagai sutradara dalam tiga lakon yang akan dipentaskan. Menariknya, dalam Kelas Akting tahun ini, peserta Tingkat 2 akan memainkan dua naskah hasil dari Kelas Menulis Lakon Salihara yakni Tuhan, Tolong Bunuh Emak yang ditulis oleh Yessy Natalia dan Makan Malam oleh Aziz Azthar. Ini merupakan terobosan baru yang dilakukan oleh Kelas Akting Salihara 2022 ini. Melalui kedua karya ini, peserta Tingkat 2–yang sebelumnya harus sudah mengikuti Tingkat 1–akan menghadirkan karakter-karakter khusus dalam lakon yang belum pernah dipentaskan dalam bentuk teater sebelumnya.

Pada pentas peserta Tingkat 1 yang akan dipentaskan pada Jumat, 25 November 2022, peserta akan membawakan Kotak Teka-Teki yang ditulis oleh Rukman Rosadi. Naskah ini sendiri bercerita tentang  garis-garis yang membingkai perjalanan hidup tiap manusia. Garis yang pada satu langkah perhentian kadang membawa pada keterasingan yang penuh teka-teki. Melalui pentas yang berdurasi 40 menit, peserta akan menguji diri mereka masing-masing seturut dengan Sistem Stanislavski yang telah mereka pelajari.

 

Tentang Acara: 

Kotak Teka-Teki 

Penampil: Kelas Akting Salihara Tingkat 1 2022
Sutradara: Rukman Rosadi
Durasi: 40 menit

Sinopsis:

Peserta Kelas Akting Salihara Tingkat 1 akan mementaskan Kotak Teka-Teki karya Rukman Rosadi. Karya ini menyajikan garis-garis yang membingkai perjalanan hidup tiap manusia. Garis yang pada satu langkah perhentian kadang membawa pada keterasingan penuh teka-teki. Garis-garis itu merupa kotak persembunyian yang mempertemukan aku dan ‘aku’ di mana tak ada lagi celah keluar dari diri sendiri. Di sana, kerap muncul dialog-dialog tanpa bunyi yang kadang sesak dengan tanda baca.

Daftar Pemain:

Ade Manggoana, Amanda Gondowijoyo, Anne Yasmine, Dimas Danang Suryonegoro, Ego Heriyanto, Elghandiva Astrilia T., Erik Lasmono, Fifira A. Maharani, Henry C. Widjaja, Karen Beverly, Maudy Puteri Agusdina, Nadine Adyla, Natalius Chendana, Natanya Aloifolia, Ravi Septrian, Sal Priadi, Zulfa Maharani

 

********

 

Tuhan, Tolong Bunuh Emak 

Penampil: Kelas Akting Salihara Tingkat 2 2022
Sutradara: Rukman Rosadi
Naskah: Yessy Natalia
Durasi: 40 menit

 

Sinopsis:

Tuhan, Tolong Bunuh Emak menceritakan tentang Bekti seorang pegawai rendahan yang tengah gundah. Uang bonus tahunan yang ia terima masih jauh dari cukup untuk menutup kebutuhannya. Ia dikejar utang sementara anaknya butuh dana masuk kuliah dan ibunya perlu biaya pengobatan akibat kanker.

Ia juga menyaksikan tetangganya mati bunuh diri akibat terbelit utang. Di saat yang sama, ibu Bekti meminta hidupnya diakhiri demi melenyapkan rasa sakit dan tak menjadi beban hidup bagi Bekti. 

Daftar Pemain:

Anton E. Girgis, Ranggih Wukiranuttama (pemain tamu), Rezky Dwimarsya, Tisha Hudaya Winny Diyah Triswandhani 

 

*******

 

Makan Malam

Penampil: Kelas Akting Salihara Tingkat 2 2022
Sutradara: Rukman Rosadi
Naskah: Aziz Azthar
Durasi: 45 menit

 

Sinopsis:

Gadis berulang tahun ke-80 mengadakan makan malam bersama keempat anaknya. Mereka adalah Ruben, Nora, Wina, dan Fajar. Makan malam itu menjadi tegang karena masing-masing anak menumpahkan masalah dalam hidup mereka. Selain itu, Wina ingin meja tua di ruang makan diganti dengan yang baru, sedangkan Gadis menolak mengganti meja yang sudah menemani keluarganya sejak tahun 1960-an. Satu per satu anaknya mengungkapkan kenangan terhadap meja itu. Dari cerita tersebut, ternyata ada rahasia yang belum dipahami oleh anak-anaknya. Apakah keluarga ini akan saling memahami atau malah tercerai berai?

Profil Pemain:

Andhika Prabowo, Fransisca Desy Aryani, Marsha Habib, Rizal Iwan, Winny Diyah Triswandhani

Tentang Sutradara dan Penulis Naskah

Rukman Rosadi adalah pengajar seni peran di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Bersama Saturday Acting Club (SAC) ia menjelajahi panggung-panggung teater di dalam dan luar Indonesia. Pada 2018 ia memanggungkan The Decision karya Bertolt Brecht dalam Asian Directors Festival di Toyama, Jepang. Di tahun sebelumnya ia menggarap pementasan Hedda Gabler karya Henrik Ibsen. Selain teater, ia banyak terlibat dalam film dari Marsinah (2001), Rudy Habibie (2016), hingga Pengabdi Setan II dan Srimulat (2022). 

Aziz Azthar menulis sejak belajar alfabet di Sekolah Dasar. Setelah menulis puisi, cerpen, novel, artikel, sampai skenario, kini ia juga menulis naskah lakon. Makan Malam adalah naskah hasil dari Kelas Menulis Lakon Salihara 2022.

Yessy Natalia bergabung dengan komunitas seni D’ArtBeat sejak 2000. Ia juga tampil dalam drama musikal dan menulis naskah drama. Tuhan, Tolong Bunuh Emak adalah naskah teater well-made pertamanya sekaligus hasil dari Kelas Menulis Lakon Salihara 2021. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

web banner-2022-sep-membaca BPUPKI

Melihat Proses Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI bersama Komunitas Salihara

Zoom Webinar Salihara | 04 Oktober – 22 Desember 2022 

Jakarta, 01 November 2022 – Setelah sukses menggelar delapan sesi awal program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI, Komunitas Salihara berterima kasih kepada antusiasme peserta yang hadir untuk sama-sama membaca dan menilik buah pemikiran para pendiri bangsa dalam program ini. Mulai dari pembahasan dasar negara, bentuk negara, dan yang terakhir (dalam sesi kedelapan ini) yakni pembahasan mengenai batas-batas negara dalam rapat yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat.

Program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI merupakan program pembacaan secara daring yang diinisiasi oleh Komunitas Salihara dengan kolaborator Teater Ghanta. Tujuan dari program ini adalah untuk melihat kilasan sejarah dan berempati terhadap kejadian yang terjadi di detik-detik kelahiran NKRI. Program yang sudah berjalan sebanyak delapan sesi dari 25 sesi ini mengajak peserta untuk memilih peran yang mereka kehendaki mulai dari tokoh-tokoh bangsa seperti Soekarno, Muhammad Yamin, Agoes Salim, Oto Iskandardinata dan tokoh lainnya.

Ikke Dirga Santoso, selaku perwakilan dari Teater Ghanta mengatakan bahwa kegiatan ini menarik bila menilik dari sisi kontroversi yang muncul selama pembacaan sembilan sesi terakhir. Menurutnya, pembacaan ini membuat kita dapat melihat sistem pengambilan keputusan yang terjadi di masa itu, yang dipengaruhi oleh desakan atau kepentingan elit.

“Hal menarik terkait BPUPKI sampai sesi sembilan ini adalah kontroversinya. Pada intinya risalah ini memang belum matang, karena desakan dan kepentingan elit untuk membangun kemerdekaan. Ini (program) sangat menarik, karena apa yang dihadirkan dalam sidang ini adalah gambaran ekosistem cara mengambil keputusan ala negara kita. Nilai sejarah di sini jadi bukan terletak pada bentuk arsipnya namun pada tokoh dan kebijakan yang dibuat dalam mengambil keputusannyalah yang menjadi sejarah.”

Salah satu peserta pembacaan risalah BPUPKI, Amilia Amin mengatakan bahwa program ini menarik diikuti karena selain dapat dilihat dari sisi kesejarahannya, dapat juga membangun atmosfir yang kurang lebih sama seperti dengan keadaan saat sidang terjadi.

“Dengan mengikuti program membaca risalah ini, menjadi lebih tahu akan penuansaan yang terjadi saat rapat BPUPKI berlangsung. Menurutku prosesnya cukup seru karena ternyata ada banyak sumber literasi lain mengenai BPUPKI yang ditemukan selain risalah yang dibaca. Ditambah lagi dengan kita ikut terlibat seakan-akan diajak untuk “terlibat” di dalam rapat BPUPKI.”

Untuk bisa merasakan suasana yang sama dengan Amilia, publik masih bisa mengikuti sesi selanjutnya yang rutin dilaksanakan hingga 22 Desember 2022, setiap Selasa dan Kamis pukul 19:00 WIB via Zoom Salihara. Selain dapat memilih peran, peserta juga dipersilakan untuk menjadi narator, atau hadir sebagai pendengar saja. Untuk bisa mengetahui jadwal sesi, publik bisa melihat di laman kami:

https://salihara.org/membaca-kitab-yang-hilang-risalah-bpupki/

Tidak hanya membaca, peserta juga bisa berdiskusi bersama membicarakan hasil pembacaan terkait temuan-temuan baru yang didapat setelah sesi pembacaan berakhir. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

loker

Tafsir Pribadi Karna dalam Pentas Surat-Surat Karna

Teater Salihara | 12-13 November 2022
Sutradara & Penulis: Goenawan Mohamad
Tiket: Rp100.000 (umum) | Rp75.000 (pelajar/hahasiswa)

 

Jakarta, 03 November 2022 – Sebagai tokoh pewayangan, tokoh Karna diceritakan berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya seperti para Kurawa maupun Pandawa. Ia bertempur di pihak Kurawa meski bukan seorang Kurawa; Ia merupakan anak Kunthi meskipun bukan bagian dari Pandawa. Goenawan Mohamad, selaku Penulis Lakon dan Sutradara menaruh perhatian khusus terhadap tokoh ini. Baginya, Karna bukanlah siapa-siapa, bukan dari kalangan bangsawan dan juga tidak perkasa. Sisi minoritas dalam diri Karna inilah yang diharapkan dapat memantik empati bagi siapa pun yang mendengar kisahnya. Seorang kesatria dari golongan minoritas yang mendambakan status bangsawan. 

“Ini (Surat-Surat Karna) adalah pentas yang bagus dan sudah 11 tahun lamanya tidak dipentaskan. Karna ini kan manusia yang tidak perkasa, tidak dalam golongan manapun. Dia minoritas dalam minoritas. Sehingga kita harus punya empati. Dia anak rakyat yang ingin menjadi bangsawan.” ujar Goenawan.

Goenawan menafsirkan kisah Karna dengan memanfaatkan naskah Jawa Kuno, cerita tentang nasib tragis anak “rahasia” Kunthi; ibu dari para Pandawa–Arjuna, Bima, dan Yudhistira–tersebut. Dalam Perang Bharatayudha, Karna berada di pihak Kurawa yang akan bertempur melawan Arjuna. Sosoknya begitu misterius, asal usulnya tidak jelas. Ia lahir sebelum kelima Pandawa dan hidup jauh dari sorotan keluarga kesatria, ia diasuh oleh keluarga dari kasta Sudra yang merupakan seorang kusir kereta para bangsawan. Karna tidak tahu bahwa dia adalah seorang anak bangsawan karena ia dibuang setelah ia dilahirkan, ia dipisahkan secara paksa tanpa sepengetahuan Kunthi, ibunya.

Cerita ini dikemas dengan menggunakan sudut pandang empat tokoh yakni Karna, Radha; ibu yang mengasuh Karna, Kunthi; ibu yang melahirkan, dan Parashurama; guru yang melatih dan memberikan pengetahuan menceritakan kisah sang kesatria misterius tersebut. Sebelas tahun lalu, pada 2011 Surat-Surat Karna pernah dipentaskan di Teater Salihara pada 17-20 November. Berbeda dengan pementasan sebelumnya, pada pertunjukan kali ini produksi Surat-Surat Karna akan dipentaskan ala teater Brecht yakni menggunakan metode dramaturgi berdasarkan pada ide Bertold Brecht, seorang tokoh teater Marxis terkemuka di tahun 1930-an.

Hendromasto Prasetyo, Kurator Teater Komunitas Salihara mengatakan bahwa metode Brechtian yang digunakan dalam pertunjukan ini mengusung gaya pemanggungan di mana secara sengaja memperlihatkan kepada penonton bahwa apa yang dipresentasikan di atas panggung adalah peristiwa yang kontras dan berjarak dengan realitas keseharian. Metode ini sangat berbeda dengan ala realisme Stanislavski yang mengejar kewajaran demi menyakinkan penonton lewat pendekatan sehari-hari.

“Tidak seperti realisme ala Stanislavski yang mengejar kewajaran demi menyakinkan penonton hingga memerlukan kedekatan dengan kenyataan sehari-hari, Brechtian justru secara sengaja menuntun audiens agar sadar bahwa presentasi di atas pentas adalah peristiwa panggung yang berjarak lagi kontras dengan realitas keseharian. Dari sana, pertunjukan di jalan Brechtian diharapkan mampu mengetuk kesadaran penonton dan mengubah kenyataan.” 

Surat-Surat Karna akan dimainkan oleh sejumlah tokoh seperti Landung Simatupang sebagai Parashurama, Ruth Marini sebagai Kunthi, Syam Ancoe Amar sebagai Karna, dan Rebecca Kezia sebagai Radha. Dipentaskan di Teater Salihara, 12 November 2022 pukul 20:00 WIB dan 13 November 2022 pukul 16:00 WIB. Pementasan ini akan dimainkan dalam durasi 90 menit menyajikan sudut pandang baru terhadap tokoh Karna yang jarang disorot dalam kisah-kisah pewayangan pada umumnya.

 

Tentang Sutradara

Goenawan Mohamad dikenal sebagai penulis esai, penyair dan perupa. Ia juga menulis lakon di antaranya, Karna, Tan Malaka, Gundala Gawat dan Visa. Ia membuat dua cerita untuk wayang kulit: Wisanggeni dan Alap-alapan Surtikanti. Karya terbarunya adalah Kitab Kurawa (2022).

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org