KUSUKUSU II dan Perasaan yang Beragam

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Catatan pendek pertunjukan tari karya Jecko Siompo.

 

Panggung teater blackbox Salihara menjelma dua sisi ruang; gelap dan terang. Dari kegelapan yang gulita di bagian panggung belakang, seperti tempat bersarang hewan-hewan misterius. Satu persatu penari muncul dari kegelapan menuju bagian bercahaya. Gerakan tubuhnya mewakili gestur-gestur hewan yang beragam. Di kursi penonton, kita seperti diajak untuk menebak hewan apakah yang sedang diperankan. Ia bisa komodo, kangguru, ular, burung, hingga kura-kura yang berjalan dengan tempo pelan. Tubuh penari tuntas sempurna mewujudkan mimikri hewan dalam bentuk yang lebih estetis. 

Pertunjukan tari ini bertajuk KUSUKUSU II, judul ini diambil dari sebuah dialek yang dipakai masyarakat Papua untuk menunjukkan sesuatu yang berbahaya, tak kasat mata, mencekam dalam kegelapan di antara semak-semak belukar. Lima menit awal pertunjukan ini diberi musik yang membawa kita pada suasana padang sabana luas. Selanjutnya, suara vokal penari dan dentuman tubuh pada lantai panggung menggiring penonton untuk sesekali tertawa dan takjub.

Jecko Siompo dikenal sebagai koreografer dengan eksplorasi gerakan hewan, menyusun karya ini sejak 2022. Salah satu fragmen menarik dalam karya ini adalah refleksi Jecko pada pulau Nusa Tenggara Timur. Satu penari muncul dari kegelapan dengan gestur komodo, setengah melata dengan kaki yang diseret. Pergerakannya cepat dan sesekali kepala mereka meliuk selayaknya lidah komodo. Satu penari melompat dari kegelapan, membawa ranting kayu panjang yang ujungnya digunakan untuk menahan leher komodo, persis dengan adegan pawang yang menghadapi komodo. Sebelum dipentaskan di SIPFest 2024, fragmen gerakan komodo ini sempat ditampilkan oleh Jecko dan penari Animal Pop di depan warga lokal NTT. Presentasi itu disambut baik oleh warga. 

Pertunjukan tari KUSUKUSU II, karya Jecko Siompo terasa begitu serasi dihadirkan dalam pembukaan SIPFest 2024, pada 03 Agustus lalu. Penampilan para penari dengan gerakan yang tegas, teknik yang terlihat rumit namun penuh dengan kejutan gestur hewan yang diperagakan dengan tepat, kerampakan bunyi yang dihasilkan dentuman tubuh penari pada lantai, dan fragmen-fragmen kemunculan hewan dari sisi panggung yang gelap menjahit keutuhan karya tari ini. 

KUSUKUSU II, adalah juga menandai keragaman gerak tari yang muncul dari gestur hewan-hewan. Tari tak hanya muncul dari sebuah kemolekan penari, atau upaya meniru gerakan aktivitas sehari-hari manusia seperti berjalan, berlari, duduk, yang diolah dengan gagasan estetika. Tari adalah juga upaya mengidentifikasi budaya, struktur masyarakat, dan kekayaan flora-fauna yang kita miliki. 

Selama 60 menit, penonton dibawa pada bermacam perasaan, misalnya dibuat tertawa dengan gerakan dan celotehan lucu para penari, takjub dengan daya tahan tubuh dan keringat dramatis luruh dari tubuh penari, hingga ketegangan ketika melihat sesekali penari melakukan salto, jungkir balik, dan membanting tubuh dari posisi berdiri menuju duduk. Perasaan yang timbul selayaknya sensasi yang muncul ketika manusia melihat alam dan makhluk hidupnya. 

Jecko Siompo sadar betul tentang bagaimana memunculkan keragaman dalam karya tari ini. Melalui lima penari laki-laki yang ketika kita lihat dari bangku penonton akan terlihat memiliki model rambut dan postur tubuh yang sama. Namun, ketika kita mencoba mengamatinya dengan saksama dan detail, model rambut mereka jelas berbeda. Siasat lainnya dimunculkan lewat penampilan satu penari yang mampu mewakili lebih dari dua gestur hewan yang berbeda melalui koreografi Jecko. Jika lima penari ini digabungkan, maka kita akan menemukan lebih dari lima jenis gestur hewan. 

Sebelum sepuluh menit terakhir, pertunjukan ini sempat membuat kita yakin bahwa akan segera usai. Lima penari menghilang dalam cahaya gelap bagian panggung belakang. Lalu tak lama musik hiphop mengisi ruang blackbox. Para penari muncul kembali dari kegelapan dan secara rampak menarikan sebuah koreografi yang kental dengan gestur hiphop bertempo cepat. Sejenak penonton akan bisa curiga bahwa bagian ini adalah upaya para penari menarik napas panjang setelah koreografi gestur hewan yang padat. Namun, musik hiphop hilang dan penari masuk kembali pada beberapa koreografi gestur hewan. Barulah lima menit kemudian pertunjukan ini selesai. Bagian ini sedikit membuat kita merasa melewati waktu yang panjang. 

KUSUKUSU II adalah pilihan menarik sebagai pembukaan sebuah festival seni pertunjukan berskala internasional, SIPFest 2024 yang mengusung slogan “Orde Seni Baru”. Sensasi yang dimunculkan lewat ragam gerak yang diciptakan Jecko Siompo mampu mewakili seperti apa ragam karya seni pertunjukan yang dimunculkan dalam festival ini.

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter