Let’s Save the Earth! oleh Wayang Motekar: Menutup Perhelatan Musim Seni Salihara 2022

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Teater Salihara, 3 & 4 September 2022 | Sabtu & Minggu: 20:00 & 16:00 WIB

 

Jakarta, 7 September 2022 – Musim Seni Salihara menutup tirainya melalui pementasan wayang kontemporer oleh kurator dan  perupa asal Bandung, Herry Dim pada 04 September lalu setelah berjalan selama satu bulan lamanya. Melalui pertunjukan Let’s Save the Earth!, Herry Dim dan kelompok Wayang Motekar mempersembahkan perpaduan antara pertunjukan wayang konvensional dengan pemanfaatan teknologi digital berupa pemetaan video (video mapping).

Wayang Motekar sendiri merupakan sebuah karya rupa yang terbuat dari potongan plastik berwarna. Digagas pertama kali oleh Herry pada tahun 1991-1993 dan merupakan karya yang interaktif dan menarik di kalangan anak-anak; di mana di era tersebut mereka menggunakan medium OHP (Over Head Projector) untuk memantulkan dan menciptakan siluet yang berwarna-warni. Kebanyakan cerita-cerita Wayang Motekar yang dimainkan juga akrab terhadap dunia anak dan dimunculkan dengan tokoh-tokoh karikatur yang banyak menggambarkan sosok binatang.

Pada tajuk Let’s Save the Earth! dengan dalang Opick Sunandar Sunarya bercerita tentang kerusakan alam dan pentingnya merawat kelestarian bumi. Sebuah karya dengan wacana yang mudah dicerna namun selalu penting untuk dibahas berpuluh-puluh tahun ke depan.

“Masalah ancaman lingkungan hidup yang rusak sesungguhnya telah banyak diungkap berita ataupun uraian teks informatif lainnya. Tapi itu semua akan lain jika diungkap dengan seni, khususnya Wayang Motekar yang berlandas pada seni gambar,” jelas Herry Dim terkait pesan apa yang ingin diangkat dalam pertunjukan di Teater Salihara kemarin.

Tidak hanya mengandalkan kekuatan pesan dan proyeksi dari pemetaan video, pertunjukan Let’s Save the Earth! juga mengadaptasi berbagai unsur kesenian lain seperti instrumen band yang dimainkan secara langsung untuk membangun suasana dan adegan teatrikal yang menampilkan siluet gerakan tari oleh Ine Arini.

Penampilan tari Ine Arini dalam lakon Let’s Save the Earth! | Dok. Komunitas Salihara/Witjak Widhi Cahya

 

Sebagai acara puncak, pertunjukan Let’s Save the Earth berhasil menarik 223 penonton dan menjadi salah satu pertunjukan yang berhasil menarik lebih dari 200 penonton dalam dua hari pementasan. Respons baik ini juga disambut oleh para penikmat baru Komunitas Salihara yang baru pertama kali merasakan pengalaman menonton pertunjukan seni secara luring.

Ardhi (23), mahasiswa asal Pasar Minggu mengungkapkan pengalaman pertamanya yang membuat ia puas pada pertunjukan dan pameran yang dipersembahkan oleh Komunitas Salihara. “Pertunjukkan ini membuat saya terkesima. Hal ini didasari oleh cara penyajian yang diberikan sangat memanjakan mata dan telinga. Visual, musik, cahaya, dan bunyi yang disuguhkan membuat durasi 45 menit terasa sebentar.” Seperti Ardhi, melalui survei yang dibagikan kepada seluruh penonton pertunjukan,  pengunjung lainnya pun berharap agar Salihara tetap hadir secara konsisten membawakan karya-karya yang menawarkan konsep kebaharuan di Jakarta.

 

Tentang Wayang Motekar:

Pertama kali digagas oleh seniman rupa Herry Dim seusai pentas Metateater sepanjang 1991-1993, dan kali pertama dipentaskan pada 30 Juni 2001. Saat ini Wayang Motekar telah memasuki generasi keempat. Awalnya, Herry Dim menggunakan plastik sebagai bahan untuk membuat wayang hingga menghasilkan bayang-bayang berwarna dari sorot lampu pada layar. Eksperimen itu melahirkan pentas wayang yang semula dan pada umumnya berupa siluet menjadi warna-warni. Kini, pada Wayang Motekar generasi keempat bergerak menuju pertunjukan rupa dan bunyi.

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________

 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter