Pengaba & Komposer: Marisa Sharon Hartanto
Vokal: Ardelia Padma Sawitri
Vokal & Gong: Dinar Rizkianti
Suling & Tarawangsa: Sofyan Triyana
Bonang: Marcia Dewi
Saron: Teberia Sinulingga
Flute: Ronny Gunawan
Violin: Tamariska Kristianto & Arya Kitti
Viola: Hesti Katarina
Selo: Rachman Noor
Teater Salihara, 13 & 14 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)
Jakarta, 15 Agustus 2022 – Masa kritis pandemi telah menemukan titik akhir, saat ini Indonesia memasuki tahap pemulihan di mana segala hal berangsur pulih dan kembali normal seperti di awal tahun 2020. Melalui pertunjukan Lewat Masa Kritis oleh Bar(u)atimur Ensemble pada 13 dan 14 Agustus lalu, kita seolah diajak untuk mengingat kembali masa-masa awal pandemi tersebut yang begitu mencekam serta menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian.
Pertunjukan Lewat Masa Kritis menjadi satu-satunya pertunjukan musik luring dalam rangkaian festival Musim Seni Salihara 2022. Dipimpin oleh Marisa Sharon Hartanto sebagai seorang pengaba dan komposer, acara ini sukses menarik perhatian 166 penonton. Tidak hanya bagi Salihara yang akhirnya sukses membawakan pertunjukan musik secara langsung kembali, pasca-pertunjukan pun antusiasme ini juga dirasakan oleh Sharon bersama dengan timnya.
Bermain di masa pandemi tentu dirasa Sharon lebih menantang dibanding konser di masa sebelumnya. Banyak hal yang perlu diperhatikan, apalagi bila bermain dengan massa yang terbilang banyak. Maka dari itu, terselenggaranya pertunjukan ini pada Sabtu dan Minggu lalu membuat wanita lulusan Royal Holloway Institute of London ini begitu senang dan puas.
“Senang sekali, namun tantangannya adalah kalau mempersiapkan konser di masa pandemi ini kekhawatiran bertambah, karena konser bisa langsung batal bila ada pemain yang sakit, dan akan sangat repot bila harus mengubah tanggal dan sebagainya.”
Lewat Masa Kritis merupakan perpaduan antara musik timur seperti gong, tarawangsa, dan gamelan Sunda degung temprak yang diharmonisasikan dengan instrumen barat seperti flute, violin, viola dan selo. Dalam pertunjukan ini, ensambel juga dilengkapi dengan dua orang vokal. Gabungan instrumen antar dua budaya seolah menarasikan akan kesamaan baik Timur dan Barat yang sama-sama berjuang melewati masa kritis pandemi Covid-19. Dalam keterangan resmi, permainan yang dibawakan pada pertunjukan kali ini ingin membawa makna bahwa ketegangan dan suasana yang naik turun akan berakhir dengan munculnya sinar harapan dan doa untuk segera melewati masa pandemi ini.
Tentang Bar(u)atimur Ensemble:
Merupakan permainan gabungan kata dari kata “baru”, “barat” dan “timur” di mana unsur “baru” menjadi utama, serta Barat dan Timur dilebur walau tidak menjadi acak, masing-masing berdiri sendiri tetapi bersatu melalui satu huruf “t” di tengah. Grup ini dikepalai oleh Marisa Sharon Hartanto yang berperan sebagai pengaba serta komposer. Konsep instrumentasi ensambel menjadi pondasi dasar terbentuknya grup ini. Grup ini dilengkapi oleh anggotanya yang berasal dari lintas tradisi serta bersedia untuk keluar dari zona nyaman masing-masing, mengeksplorasi pertemuan antar kedua tradisi; Barat dan Timur.
Tentang Marisa Sharon Hartanto:
Dilahirkan di Jakarta pada 1986 dan saat ini berdomisili di Jakarta. Pada 2013, ia menyelesaikan gelar Magister Komposisi di Royal Holloway University di London. Ia juga meraih gelar Sarjana Farmasi dan Profesi Apoteker dari Universitas Indonesia dan Sertifikat Master Arranging & Orchestration dari Berklee College of Music. Sebagai komposer, konduktor dan pianis, Sharon mengelola sebuah studio musik untuk anak-anak bernama Canzona Music School dan mendirikan Perempuan Komponis, sebuah platform bagi komposer wanita Indonesia, bersama empat rekannya.
Ia juga mendapatkan penghargaan, di antaranya, adalah pemenang BBC Concert Orchestra Baroque Remixed Project 2012 dan penghargaan dari Royal Holloway’s Travel Award: Dame Felicity Lott’s Bursary untuk conducting. Pada 2013 ia ditunjuk sebagai salah satu komponis associate dari London Symphony Orchestra Soundhub’s Phase II. Karya-karyanya telah ditampilkan di dalam dan di luar negeri, seperti London, Skotlandia, Taiwan, Belgia, Australia, Thailand dan Amerika Serikat.
Tentang Musim Seni Salihara:
Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.
Tentang Komunitas Salihara Arts Center
Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.
___________________________________________________________________
Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org