Melihat Proses Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI bersama Komunitas Salihara

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Zoom Webinar Salihara | 04 Oktober – 22 Desember 2022 

Jakarta, 01 November 2022 – Setelah sukses menggelar delapan sesi awal program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI, Komunitas Salihara berterima kasih kepada antusiasme peserta yang hadir untuk sama-sama membaca dan menilik buah pemikiran para pendiri bangsa dalam program ini. Mulai dari pembahasan dasar negara, bentuk negara, dan yang terakhir (dalam sesi kedelapan ini) yakni pembahasan mengenai batas-batas negara dalam rapat yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat.

Program Membaca Kitab yang “Hilang”: Risalah BPUPKI merupakan program pembacaan secara daring yang diinisiasi oleh Komunitas Salihara dengan kolaborator Teater Ghanta. Tujuan dari program ini adalah untuk melihat kilasan sejarah dan berempati terhadap kejadian yang terjadi di detik-detik kelahiran NKRI. Program yang sudah berjalan sebanyak delapan sesi dari 25 sesi ini mengajak peserta untuk memilih peran yang mereka kehendaki mulai dari tokoh-tokoh bangsa seperti Soekarno, Muhammad Yamin, Agoes Salim, Oto Iskandardinata dan tokoh lainnya.

Ikke Dirga Santoso, selaku perwakilan dari Teater Ghanta mengatakan bahwa kegiatan ini menarik bila menilik dari sisi kontroversi yang muncul selama pembacaan sembilan sesi terakhir. Menurutnya, pembacaan ini membuat kita dapat melihat sistem pengambilan keputusan yang terjadi di masa itu, yang dipengaruhi oleh desakan atau kepentingan elit.

“Hal menarik terkait BPUPKI sampai sesi sembilan ini adalah kontroversinya. Pada intinya risalah ini memang belum matang, karena desakan dan kepentingan elit untuk membangun kemerdekaan. Ini (program) sangat menarik, karena apa yang dihadirkan dalam sidang ini adalah gambaran ekosistem cara mengambil keputusan ala negara kita. Nilai sejarah di sini jadi bukan terletak pada bentuk arsipnya namun pada tokoh dan kebijakan yang dibuat dalam mengambil keputusannyalah yang menjadi sejarah.”

Salah satu peserta pembacaan risalah BPUPKI, Amilia Amin mengatakan bahwa program ini menarik diikuti karena selain dapat dilihat dari sisi kesejarahannya, dapat juga membangun atmosfir yang kurang lebih sama seperti dengan keadaan saat sidang terjadi.

“Dengan mengikuti program membaca risalah ini, menjadi lebih tahu akan penuansaan yang terjadi saat rapat BPUPKI berlangsung. Menurutku prosesnya cukup seru karena ternyata ada banyak sumber literasi lain mengenai BPUPKI yang ditemukan selain risalah yang dibaca. Ditambah lagi dengan kita ikut terlibat seakan-akan diajak untuk “terlibat” di dalam rapat BPUPKI.”

Untuk bisa merasakan suasana yang sama dengan Amilia, publik masih bisa mengikuti sesi selanjutnya yang rutin dilaksanakan hingga 22 Desember 2022, setiap Selasa dan Kamis pukul 19:00 WIB via Zoom Salihara. Selain dapat memilih peran, peserta juga dipersilakan untuk menjadi narator, atau hadir sebagai pendengar saja. Untuk bisa mengetahui jadwal sesi, publik bisa melihat di laman kami:

https://salihara.org/membaca-kitab-yang-hilang-risalah-bpupki/

Tidak hanya membaca, peserta juga bisa berdiskusi bersama membicarakan hasil pembacaan terkait temuan-temuan baru yang didapat setelah sesi pembacaan berakhir. 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter