Raffaello Sanzio menciptakan lukisan dinding School of Athens, lukisan yang dikenal sebagai penggambaran dua cabang filsafat yang kuat. Dalam lukisan tersebut digambarkan tokoh filsafat Platon dan Aristoteles dengan gestur yang berbeda. Aristoteles digambarkan dengan tangan yang menunjuk ke bawah dan memegang sebuah buku, gestur ini dikaitkan dengan filsafat yang berdasarkan pada realitas dan pengalaman empirik. Sedangkan Platon dilukis dengan tangan mengarah ke atas, seperti hendak menyampaikan tentang filsafat yang menjunjung tinggi ideologi, bahwa realitas di dunia manusia dibentuk oleh gagasan-gagasannya sendiri. Lantas, siapa sebenarnya Platon dalam lukisan ini? Mengapa ia sangat menjunjung tinggi gagasan-gagasan dan ideologi?
Ia lahir di Athena pada 428/427 SM, ia meninggal di Athena pada usianya ke-80, Ia adalah Platon. Kelahiran Platon tepat ketika Athena masih memimpin Liga Delos dan masih berjaya dengan sistem pemerintahan demokrasi. Sistem demokratis inilah yang kemudian membunuh tokoh filsuf yang ia idolakan, yaitu Sokrates. Guncangan inilah yang kemudian membawa Platon untuk memberikan seluruh hidupnya pada filsafat. Pada perjalanannya, Platon membuat dua keputusan yang cukup kontroversial bagi pemerintahan Athena saat itu. Platon memilih untuk tidak menikah dan pada 387 SM ia memutuskan mendirikan sekolah filsafat bernama Akademeia. Uniknya, Platon menjalankan sekolah tersebut dengan biayanya sendiri. Akademeia dikenal sebagai titik penting pada dunia filsafat, lembaga ini bekerja dari dan untuk dirinya sendiri. Lembaga ini pula yang kemudian memicu munculnya sekolah filsafat lainnya, tentu dengan metode dan doktrin pelajaran yang berbeda-beda. Setelah sembilan abad bertahan, Akademeia ditutup oleh seorang kaisar Romawi pada 529 M.
Dunia Platon
Platon memiliki pengaruh besar pada dunia filsafat. Platon menawarkan dialektika dengan metafora mitis yang penuh dengan perumpamaan-perumpamaan. Pemikirannya tak bisa begitu saja selesai ditafsir dalam satu bacaan. Mampu membaca dan mengerti pemikiran Platon tak jarang justru membawa kita pada pemikiran yang berlawanan dengan maksud Platon. Misalkan saja tokoh Alain Badiou yang menerjemahkan Politeia karya Platon ke dalam bahasa Prancis (The Republique), ia menggambarkan Alegori Goa menjadi kisah tentang Gedung Bioskop.
Filsafat Platon seringkali disebut sebagai teori dualisme. Platon dianggap membawakan teori tentang dunia indrawi yang berlawanan dengan dunia ide. Mohammad Hatta pada tulisannya Alam Pikiran Yunani menulis tentang pemikiran Platon yang mengetengahkan dua dunia tersebut.
“Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan pengalaman. Dalam dunia itu semuanya bergerak dan berubah senantiasa, tidak ada yang tetap dan kekal. Dari pandangan dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian. Berhadapan dengan itu terdapat dunia yang tidak bertubuh daripada idea, yang lebih tinggi tingkatnya dan yang menjadi objek dari pengetahuan pengertian. Apabila pengertian yang dituju itu memperoleh bentuknya yang tepat, ia tidak berubah-ubah lagi dan bertempat di dalam dunia idea. Idea itulah yang melahirkan pengetahuan yang sebenarnya.”
Platon juga mengikuti jejak gurunya, Sokrates. Ia memilih menggunakan dialektika sebagai metode yang cocok bagi para filsuf, Platon juga memilih model dialektika yang berbeda dengan gurunya. Bagi Platon dialektika adalah hal tertinggi dari segala pengetahuan. Platon menegaskan bahwa tugas para filsuf adalah mengemukakan sudut pandangnya sekaligus memberikan tawaran tentang bagaimana cara mendapat kepastian di tengah perubahan-perubahan nyata dunia. Ia mengajak manusia untuk menelusuri segala opini yang saling bermunculan, bertentangan dan mengkritisi, menanyakan ulang kembali opini-opini tersebut dengan pemikiran yang lebih jernih dan sehat untuk menemukan segala kebaikan.
Membaca Lebih dalam Platon
Gagasan dan pemikiran Platon sangatlah luas dan penuh metafor. Sebagai salah satu tokoh filsuf terkenal, menelusuri pemikirannya adalah salah satu usaha mencari formula untuk menemukan kebenaran dan kebaikan di tengah-tengah kehidupan hari ini. Dalam rangka menyambut Literature and Ideas Festival (LIFEs) 2023 yang digagas oleh Komunitas Salihara, kali ini dengan tema “Frankofon” Kelas Filsafat hadir dengan pembahasan tentang filsafat Yunani Klasik. Dengan tajuk Filsuf Prancis Menafsir Platon, kelas ini menghadirkan bagaimana tokoh filsuf seperti Alain Badiou, Derrida, dan Emmanuel Levinas menafsirkan pemikiran Platon. Kelas berlangsung setiap Sabtu sepanjang bulan Maret 2023. Pendaftaran kelas dapat melalui kelas.salihara.org
Catatan pendek berdasarkan makalah “Pengantar Sejarah Filsafat Yunani: Platon” yang ditulis oleh A. Setyo Wibowo dalam Kelas Filsafat Salihara 2016.