Di Seni Senang dalam SIPFest 2018

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Catatan pendek SIPFest 2018

Pada SIPFest 2018 memasuki penyelenggaraan yang ketujuh bertepatan dengan peringatan sepuluh tahun Komunitas Salihara. Peringatan ini dirayakan dengan menampilkan pementasan perdana (premiere) dua buah karya seniman Indonesia yang diproduksi oleh Komunitas Salihara. SIPFest yang ketujuh ini hadir dengan 12 kelompok seni musik tari, teater dan musik dengan reputasi tinggi dari mancanegara maupun Indonesia. Mereka yang sudah mencapai status “kanonik” turut tampil maupun mereka yang muda-segar dan akan menjadi penting di tahun-tahun mendatang.

Dengan 1001 masalah yang harus dipecahkannya, ternyata Jakarta bisa memiliki sejumlah peristiwa seni-budaya yang edgy, yang membuat ia punya tempat tersendiri di peta seni pertunjukan kontemporer dunia. SIPFest adalah salah satunya. Masyarakat Jakarta, sebagaimana diwakili oleh penonton Komunitas Salihara, membuktikan bahwa Jakarta bisa melompat tinggi dan jauh ke depan. Membuat Jakarta bergaya dan bergengsi.

Di seni senang adalah slogan yang dibawa SIPFest 2018. Happy go artsy. Seni itu menyenangkan, justru ketika ia mengajak kita menyelam lebih dalam ke dalam kehidupan. Seni itu menggoda, mengejutkan, sekaligus menyenangkan. Untuk menggarisbawahi keistimewaan SIPFest 2018, Saihara juga secara khusus memproduksi sebuah karya tari kontemporer berdasarkan khazanah lengger Banyumasan bersama koreografer Otniel Tasman, dan sebuah karya teater Monolog Sutan Sjahrir bersama sutradara Rukman Rosadi dan aktor Rendra Pamungkas. Yang baru dalam SIPFest 2018 adalah juga ceramah-pertunjukan, lecture as performance, bersama Ananda Sukarlan (musik), Didik Nini Thowok (tari), dan Jim Adhi Limas (teater). Ada pula showcase, forum bagi karya-karya para seniman tari dan teater yang sedang tumbuh.

Pameran di ruang terbuka

SIPFest 2018 mengundang tiga perupa muda untuk menanggapi ruang luar Komunitas Salihara. Mereka mengembangkan gagasan visual menjadi tiga karya trimatra yang dibangun berdasarkan kondisi dan kontur ruang luar Komunitas Salihara. Di area depan, pengunjung bisa melihat instalasi neon There’s Never A Forever Things karya Achmad Krisgatha. Di bawah tangga menuju Teater Salihara, ada instalasi Mneme karya Meliantha Muliawan, berupa bebulir imaji benda-benda personal yang digambar dengan tinta akrilik serta helaian kain kanvas yang dibalut dengan resin bening. Adapun di area Anjung Salihara Gabriel Aries Setiadi membangun Personifikasi, instalasi yang dapat menyala dalam gelap akibat LED dan sensor gelap-terang yang memanfaatkan cahaya matahari.

Mereka telah beroleh pengakuan di dunia seni rupa. Achmad Krisgatha banyak berkontribusi bagi industri kreatif di Indonesia. Meliantha Muliawan baru saja memenangi Young Artist Award ARTJOG 2018 untuk seri karya terbarunya. Gabriel Aries Setiadi banyak melahirkan beberapa karya yang terpasang di ruang publik di Jakarta dan Bandung.

 

Pertunjukan, dan Showcases

SIPFest menampilkan koreografer dari dalam dan luar negeri. Koreografer asal Australia, Lucy Guerin menampilkan karya Split dengan dua penari menghadapi ruang yang kian menyempit dan waktu yang makin habis. Dari Indonesia, koreografer Otniel Tasman membawakan karya Cablaka, sebuah karya kontemporer yang bertolak dari kosagerak lengger Banyumasan dan pentas dangdut. Karya ini juga dapat disebut sebagai dialog antara tradisi, baik secara gerak maupun simbolisasi.  Abderzak Houmi bersama kelompok tari Compagnie X-press , koreografi Prancis mementaskan Paralleles, berupa tarian hip-hop kontemporer. Koreografer Ayelen Parolin dari Belgia, mementaskan Heretics, karya tari yang didasarkan pada pengulangan dan daya tahan tubuh atas konstruksi gerakan tangan secara matematis. Selain pertunjukan tari, Salihara juga menampilkan Lecture Performance: Transgender dalam Tari Tradisi Indonesia oleh Didik Nini Thowok, ia adalah satu dari sedikit seniman yang meneruskan tradisi panjang seni lintas gender dalam bentuk tarian. 

Dari pertunjukan teater, SIPFest 2018 menampilkan diskusi dan pertunjukan pembacaan naskah oleh tokoh teater Indonesia Jim Adhi Limas yang saat ini bermukim di Prancis. Salihara juga memproduksi karya teater Monolog Sutan Sjahrir yang disutradarai oleh Rukman Rosadi, naskah ditulis oleh Ahda Imran dan diperankan oleh aktor Rendra Bagus Pamungkas. Aktor Reza Rahadian dan Sita Nursanti turut tampil dengan membacakan naskah yang segelnya baru dibuka ketika pentas akan dimulai, yaitu naskah White Rabbit Red Rabbit ditulis oleh Nassim Soleimanpour, seniman teater multidisiplin asal Iran. Karya ini dimainkan dengan tata cahaya dan ruang minimalis, tanpa latihan, sutradara dan kehadiran si penulis naskah. Pertunjukan teater yang menggali arsip sejarah sebuah bangsa juga ditampilkan oleh kelompok Five Arts Centre (Malaysia) dalam pertunjukan Baling. 

Penampilan spesial Ananda Sukarlan, pianis Indonesia turut memeriahkan pertunjukan musik dalam SIPFest 2018. Dari Kanada kelompok musik Quatuor Bozzini tampil membawakan karya empat komposer muda Indonesia secara perdana. Quatuor Bozzini yang sama-sama dari Kanada, tampil membawakan karya-karya akustik dan campuran yang dimainkan dengan ciri khas kwartet saksofon kontemporer. Ju Percussion Group, kelompok musik dari Taiwan membawakan komposisi yang memperlihatkan keanggunan musik perkusi, perpaduan antara irama-irama Amerika Latin hingga karya yang lahir dari mitologi tradisi Asia, terutama Taiwan dan Cina, dengan penggunaan perkusi yang bervariasi. Kelompok musik dari Malaysia, Toccata Studio menampilkan pertunjukan lintas disiplin yang menempatkan musik, seni rupa dan sains dalam satu ruang.

SIPFest 2018 juga memberi ruang pada karya yang sedang bertumbuh dalam program Showcases, menampilkan koreografer dan seniman teater muda Indonesia. Seniman tersebut adalah koreografer Daniel Espe, Densiel Lebang, Eyi Lesar, Fitri Anggraini, Irfan Setiawan, dan Alisa Soelaeman. Sementara seniman teater di antaranya, Komunitas Arteri, Mainteater Bandung, Teater Ghanta, dan Bandung Performing Arts Forum. 

Tak hanya pertunjukan dan showcases, SIPFest 2018 juga menyediakan program diskusi dan lokakarya musik dan tari dari beberapa penampil luar negeri, seperti Lucy Guerin, Quatuor Bozzini, dan Ju Percussion Group. Jangan lewatkan program menarik lainnya dari SIPFest mendatang!

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter