Empat Kisah Mochtar Lubis Selama di Jeruji Besi

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Selain dikenal sebagai pengarang novel Harimau Harimau dan Senja di Jakarta, Mochtar Lubis (1922-2004) adalah salah satu tokoh jurnalis yang berperan penting dalam perkembangan pers di Indonesia. Ia adalah pendiri sekaligus pemimpin harian Indonesia Raya.

Mochtar Lubis sangat kritis terhadap pemerintah. Pada dua masa pemerintahan yang berbeda, ia pernah merasakan dingin besi penjara, disusul dengan pembredelan harian Indonesia Raya.

Pada masa Orde Lama, Mochtar Lubis dipenjara selama sepuluh tahun (1956-1966) karena sikapnya yang kritis terhadap pemerintahan. Sementara pada masa Orde Baru, ia dipenjara selama satu bulan lebih pada tahun 1974, karena kritik-kritiknya terhadap korupsi di pemerintahan Soeharto dan peristiwa Malari.

Nah selama mendekam di penjara, Mochtar Lubis menulis sebuah catatan harian. Dirangkum berdasarkan buku Nirbaya: Catatan Harian Mochtar Lubis dalam Penjara Orde Baru (Yayasan Obor Indonesia, 2008) inilah empat kisah yang penting untuk kita ketahui selama Mochtar Lubis berada di penjara pada masa Orde Baru.

1. Tentang Penjara Nirbaya

Kalau kita cari hari ini, penjara Nirbaya memang sudah tidak ada. Mochtar Lubis menggambarkan lokasi penjara ini berada di dekat Taman Mini Indonesia Indah, di bagian timur Jakarta. Selain musuh politik Orde Baru, penjara ini juga menahan tokoh-tokoh penting dari masa lalu, termasuk dari peristiwa 1965/1966. Tidak heran jika   disebut tempat pertemuan lintas generasi yang berbeda pandangan ideologi dan politik.

2. Sikap Optimis dan Positif Seorang Mochtar Lubis

Jika membaca catatan-catatannya di dalam buku ini, jarang sekali kita menemukan sebuah emosi Mochtar Lubis yang marah maupun bersedih atas kondisinya di penjara. Dengan ringan dan santai, Mochtar Lubis menceritakan kegiatannya sehari-hari, terutama tentang menu-menu makanan, kegiatannya berolahraga dan bercakap-cakap dengan tahanan lain.

3. Ia Satu Penjara bersama Tahanan Politik 1965/1966

Meskipun Mochtar Lubis dikenal sebagai tokoh yang anti terhadap komunisme, namun selama berada di penjara Nirbaya, ia melihat sesuatu yang lain. Mochtar Lubis menemukan fakta bahwa tahanan peristiwa 1965/1966 di penjara di Nirbaya merupakan tahanan tanpa proses pengadilan, dan bahkan ada yang mengalami penyiksaan fisik. Ia juga menemukan bahwa para tahanan ini hanya diberi jatah makan dua kali sehari (tanpa sarapan pagi). Selain itu para tahanan juga tidak boleh mendapatkan bahan bacaan kecuali bacaan-bacaan agama. Jadi ketika Mochtar Lubis dibawakan beragam buku bacaan, para tahanan juga ikut meminjam buku-buku tersebut.

4. Berada di Penjara Tidak Berarti Berhenti Bersikap Kritis

Berdasarkan persoalan di atas Mochtar Lubis tetap kritis terhadap pemerintah Orde Baru. Ia mengkritisi “lembaga pemasyarakatan” yang tak manusiawi terhadap tahanan-tahanan tersebut. Selain itu ia juga mengungkapkan kembali kritik-kritiknya tentang korupsi-korupsi dan kebijakan-kebijakan pada masa Orde Baru.

Nah itu dia empat kisah yang perlu kita ketahui ketika Mochtar Lubis berada di penjara pada masa Orde Baru. Tapi tidak hanya Mochtar Lubis, kita juga punya sastrawan-sastrawan lain yang mengalami pahitnya rezim Orde Baru dan menjalani masa-masa itu dengan sikap realistis. Mau tahu siapa saja sastrawan itu? Yuk tonton peta sastra episode 08 untuk mencari tahu! Klik di sini untuk menonton.

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter