LIFEs 2021 yang Asyik dalam Arab Asyiq

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Catatan pendek dari LIFEs 2021: Arab Asyiq

Khazanah kebahasaan dan kesusastraan Arab menyebar ke penjuru dunia bersamaan dengan penyebaran agama Islam sejak pertengahan abad ke-7 masehi. Dari satu perspektif, agama Islam dan bahasa Arab tidak bisa dipisahkan. Tapi, dari perspektif lain, keduanya tidak selamanya melekat. Ada kompleksitas, khazanah dan kekayaan pemikiran yang lahir dari persoalan itu.

Pada 2021, LIFEs (Literature and Ideas Festival Salihara) yang hadir dengan jargon Arab Asyiq, mengajak kita semua untuk merayakan kekayaan intelektual dari khazanah kesusastraan Arab. Kita diajak menyaksikan beragam program seru dari seminar, pembacaan karya, ceramah dan pentas musik yang berlangsung pada 25 September – 02 Oktober 2021. Berbeda dengan LIFEs 2017 dan 2019 yang diadakan secara langsung di Komunitas Salihara, LIFEs 2021 diadakan secara daring (online) melalui Zoom dan Youtube. Penyelenggaraan melalui daring ini juga salah satu upaya untuk tetap menghidupkan kesenian di tengah situasi pandemi. 

 Selama enam hari LIFEs mengajak kita untuk memperbincangkan bagaimana pengaruh tradisi pemikiran dan sastra Arab di Indonesia. Berangkat dari perbincangan tokoh, budaya, hingga karya sastra yang kemudian banyak mempengaruhi karya sastra di Nusantara. LIFEs 2021 dibuka dengan Bintang-Bintang di Bawah Langit Jakarta yang menampilkan Usman Arrumy, Heru Joni Putra, Sasti Gotama dan Andre Setiawan, para sastrawan yang dalam beberapa tahun belakangan ini telah menghasilkan karya-karya menarik dan tercatat dalam beberapa penghargaan sastra di Indonesia. Bersama Sakdiyah Ma’ruf yang menampilkan komedi tunggal, empat sastrawan ini membacakan karya-karya mutakhir mereka dalam pembukaan LIFEs Bintang-Bintang di Bawah Langit Jakarta.

Tak hanya pembacaan karya, LIFEs juga menghadirkan lokakarya Goresan Kaligrafi dalam Bait-Bait Puisi bersama Boby es-Syawal el-Iskandar. Belajar menulis kaligrafi bisa membentuk kemahiran gerakan tangan, melatih kesabaran, ketenangan dan kreativitas diri. Di lokakarya ini peserta belajar menulis kaligrafi dari penggalan syair Abu Nawas, sajak Mahmoud Darwish dan Umru al-Qais. Lokakarya ini terbuka untuk semua kalangan, para peserta bisa menggunakan alat tulis dan media yang mudah dan sederhana untuk menulis kaligrafi.

Pembahasan tentang urusan dagang, pertemuan masyarakat Arab dengan Nusantara yang diiringi dengan akulturasi agama dan kebudayaan, khususnya sastra dihadirkan dalam seminar Identitas Arab dan Wajah Kita bersama Ulil Abshar Abdalla dan Zacky Khairul Umam. Seminar ini membahas pengaruh kesusastraan Arab pramodern pada bentuk-bentuk sastra yang ditulis oleh kaum santri, terutama dalam bahasa Melayu dan Jawa. Seminar ini juga mengangkat pengaruh modernisasi pada kebudayaan Arab dan bagaimana pembacaan kita pada kesusastraan Arab yang ditulis di zaman modern. Seminar tersebut adalah salah satu rangkaian seminar berseri dengan tajuk Sastra Arab dan Gemanya pada Kita. Menghadirkan pula peneliti-peneliti muda dengan temuan termutakhir dan menggali serta menelusuri kompleksitas masalah dan kekayaan intelektual dari khazanah kesusastraan Arab dan pengaruhnya ke khazanah sastra dan pemikiran di Nusantara. Dibagi dalam lima sesi, tema seminar LIFEs 2021 mengangkat beragam persoalan menarik berdasarkan apa yang mungkin kita pahami sekaligus keliru dalam kebudayaan Arab yang hadir di Nusantara. Pembicara seri ini di antaranya adalah  Adib M. Islam, Muhammad Aswar, Neneng Nurjanah, Nuruddin Al Akbar, Rosida Erowati, Akhmad Idris, Lilis Shofiyanti, Frengki Nur Fariya Pratama, Mashuri, Rofiq Hamzah, Abdullah Maulani, Rahmatia dan dipandu oleh kurator tamu LIFEs 2021, Hamzah Muhammad. 

Program Ceramah Kunci juga dihadirkan dalam LIFEs 2021, dengan tajuk Sastra, Islam, dan Keragaman di Nusantara yang dipaparkan oleh Oman Fathurahman. Khazanah kesusastraan Arab (dan Persia) muncul seiring dengan masuknya Islam ke Nusantara sejak akhir abad ke-8. Sastra sebagai bagian dari kehidupan intelektual muslim adalah juga bagian yang terserap menjadi salah satu penanda peradaban Melayu-Islam Nusantara. Ceramah kunci ini memaparkan bagaimana proses penyerapan pengaruh sastra Arab dan Persia hingga ia menjadi sebuah karya baru dalam khazanah Melayu klasik. Lebih luas, bagaimana hal tersebut menciptakan sebuah keragaman budaya di Nusantara.

Selain membicarakan kesusastraan Arab, dalam program ini kita juga diajak membicarakan dua pemikir tentang Islam di Nusantara yang memiliki pandangan berbeda. Hamka dan Muhammad Radjab adalah dua penulis dari Sumatra Barat yang berkarya pada periode yang hampir bersamaan. Tapi pergulatan pemikiran mereka tentang islam, adat Minangkabau dan modernisme memiliki perbedaan dan pertautan. Sesi ini membicarakan bagaimana Hamka dan Radjab mengambil posisi selaku muslim pemikir dan membagi sikap antara yang-agama dan yang-kultural. Sesi diskusi bertajuk Hamka dan Muhammad Radjab: Pergulatan Adat, Modernisme, Agama ini menghadirkan penulis Heru Joni Putra dan Sudarmoko. Sesi diskusi tentang pemikir Islam di Indonesia ini dirangkum dalam seri diskusi Klasik nan Asyik. Beberapa pemikir Islam di Indonesia yang dibicarakan di antara Ali Audah, Mustofa Bisri dan D. Zawawi Imron. 

Pembicaraan tentang kompleksitas komunitas Arab di Indonesia sebagai pemaknaan terhadap identitas dan kritik terhadap politik identitas juga dihadirkan dalam acara ini melalui dua pembicara, Sakdiyah Ma’ruf dan Zeffry Alkatiri. Zeffry Alkatiri (sastrawan) kerap menulis sajak dan esai mengenai tema ini, terutama keberadaan komunitas Arab Hadrami di Indonesia. Sakdiyah Ma’ruf (aktivis dan komedian) memanfaatkan medium baru, yaitu stand-up comedy untuk membagikan pengalaman personalnya sebagai perempuan yang lahir dan tumbuh di komunitas Arab. 

Tak hanya menghadirkan pembicara, penulis dan peneliti dalam negeri, Salihara juga menghadirkan pembicara dari mancanegara. Dikemas dalam program Bincang Sastrawan yang menghadirkan Ibtisam Barakat (Palestina-Amerika Serikat), Navid Kermani (Jerman-Iran), dan Milton Hatoum (Brasil). LIFEs 2021 juga menghadirkan peluncuran buku Albert Camus: Tubuh dan Sejarah karya Goenawan Mohamad. Buku ini adalah riset baru tentang pemikiran Albert Camus dari sudut yang berbeda. Ide Camus tentang keadilan tidak berasal dari argumen filosofis melainkan dari pengalaman penderitaan. Camus berbicara tentang kelas, bukan etnis dan identitas. Karya Goenawan Mohamad ini menegaskan kembali rasa solidaritas Albert Camus dengan penderitaan masyarakat Arab. 

Setelah asyik membicarakan pengaruh khazanah kesusastraan Arab di Indonesia melalui seri diskusi, seminar, lokakarya, dan ceramah kunci, LIFEs 2021 Arab Asyiq ditutup dengan pertunjukan musik bertajuk Lintas Raso yang menampilkan METAdomus dengan komposer Syahrial Tando. METAdomus (METAMORFOKA-Indonesian Music) adalah kelompok musik asal Minangkabau. Berbasis musik tradisi, METAdomus menggabungkan berbagai macam alat dan nuansa musik untuk menghasilkan musik kontemporer. METAdomus menampilkan perpaduan dua nuansa musik: Arab dan Minangkabau melalui instrumen Hulusi, Biola, Darabuka, dan gambus. 


Seperti apa topik dan perbincangan menarik lainnya dalam LIFEs 2023 mendatang? Tema apa yang akan dihadirkan di tahun tersebut? Ikuti info selengkapnya di salihara.org.

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter