Obituari: Ahmad Syafii Maarif

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Ahmad Syafii Maarif (Nagari Calau, Sumatra Barat, 31 Mei 1935-Yogyakarta, 27 Mei 2022) yang akrab dengan panggilan Buya Syafii, adalah cendekiawan Indonesia yang membawa nilai-nilai pluralisme dan toleransi. Ia juga sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah sepanjang 1998-2005. Buya Syafii dikenal dengan membawa pemikiran Islam Modern.

Pada 1942 Buya Syafii mengawali pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) Sumur Kudus. Lulus dari SR pada 1947 tidak langsung membuat Buya Syafii meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia sempat berhenti sekolah selama beberapa tahun karena kondisi ekonomi keluarganya. Pada 1950, ia melanjutkan sekolah di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balai Tangah.

Buya Syafii mulai merantau ke Jawa pada 1953. Ia sempat menjadi pimpinan redaksi majalah Sinar, majalah pelajar Muallimin di Yogyakarta. Ia sempat berkuliah di Universitas Cokroaminoto dan pada 1964 memperoleh gelar sarjana muda. Sebagai mahasiswa, Buya Syafii bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam. Buya Syafii mendapatkan gelar doktornya dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, pada Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat.

Pemikirannya yang terbuka dan mendukung nilai-nilai pluralisme ia bagikan melalui tulisan-tulisannya. Di antaranya yang terangkum dalam buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah; Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara, dan Membumikan Islam. Jasanya yang begitu besar dalam mengajak untuk terus menjaga sikap toleransi, membuat Buya Syafii kerap disebut sebagai Guru Bangsa.

Buya Syafii mendapat banyak penghargaan. Di antaranya penghargaan People of The Year 2020 kategori Lifetime Achievement pada 2020 dan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina pada 2008. Ia juga pernah menjadi presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP), sebuah forum tokoh-tokoh lintas agama dunia di New York. Pada 2020, ia mendirikan Maarif Institute sebagai bentuk komitmennya pada nilai-nilai keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan.

Di Indonesia sangat jarang tokoh intelektual yang dengan sungguh-sungguh menanamkan nilai-nilai pluralisme dan toleransi. Buya Syafii hadir dengan pandangannya yang lebih netral terhadap Islam. Pemikiran yang berusaha untuk tidak menghakimi satu sama lain. Pandangan seorang tokoh Buya Syafii sangat kita butuhkan di tengah kondisi kita yang lebih sering terombang-ambing oleh hal-hal yang belum jelas kebenarannya. Selamat jalan, Buya Syafii. Karya dan pemikiranmu menjadi teladan bangsa ini.

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter