Sekilas tentang Kritik Heidegger
pada Cara Berpikir Modern-Teknologis

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Keseharian manusia berjalan semakin bising dan pesat, beberapa kebutuhan manusia telah terakomodir oleh teknologi yang semakin canggih. Fenomena ini muncul di tengah masyarakat kontemporer. Martin Heidegger, seorang filsuf Jerman abad ke-20 dan sering dianggap sebagai filsuf kontroversial, menawarkan kritik yang mendalam terhadap cara berpikir modern-teknologis yang menjadi landasan bagi perkembangan masyarakat kontemporer. Menurut Heidegger, teknologi tidak hanya menjadi alat atau instrumen bagi manusia, tetapi lebih dari itu, teknologi telah sampai pada fase menentukan cara pandang manusia terhadap dunia. Heidegger menyoroti bahwa kita cenderung memandang teknologi hanya sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tanpa mempertimbangkan dampak filosofis dan eksistensial yang lebih dalam.

Salah satu konsekuensi utama dari pandangan teknologis ini adalah alienasi manusia. Dalam mengejar kemajuan teknologi, manusia cenderung melupakan hubungannya dengan alam dan makna yang lebih dalam tentang kehadirannya di kehidupan. Heidegger menunjukkan bahwa kesadaran akan keterbatasan manusia dan ketergantungan mereka pada alam semakin terkikis oleh dominasi teknologi. Manusia mulai kehilangan makna dalam kehidupan manusia itu sendiri, karena teknologi tidak mampu memberikan jawaban atas pertanyaan eksistensial yang mendasar. 

Untuk menghadapi itu semua, Heidegger menawarkan konsep Dasein, bahwa manusia sejatinya memiliki kemampuan untuk menyadari diri sendiri dan menjadi sadar akan keberadaannya sendiri, dalam hal ini termasuk keberadaan manusia di dunia dan interaksinya dengan lingkungan. Untuk mengurai bagaimana manusia mampu menyadari keberadaannya, maka dibutuhkan pertanyaan-pertanyaan seperti “mengapa manusia ada?”, “mengapa manusia tiada?”, “apa posisi manusia di dunia ini?”, “apakah keberadaan manusia di dunia ini terbatas?”. Heidegger juga menawarkan konsep Aletheia (ketaktersembunyian). Istilah Aletheia merujuk pada penyingkapan tak henti realitas dari persembunyiannya. Manusia perlu memiliki upaya untuk menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pengalaman kebenaran dan kehadiran yang otentik. 

Dalam dunia yang dikuasai oleh teknologi, manusia seringkali terjebak dalam kesibukan dan nyaris terperangkap dalam dunia digital yang mengaburkan pengalaman langsung dengan dunia nyata. Heidegger menyarankan agar kita kembali kepada pengalaman otentik, di mana kita dapat merasakan kehadiran diri kita sendiri dalam hubungan yang lebih intim dengan alam dan sesama manusia. Melalui kritiknya terhadap cara berpikir modern-teknologis, Heidegger mengajak kita untuk merefleksikan kembali hubungan kita sebagai makhluk hidup dengan teknologi dan alam. 

Urai lebih lengkap bagaimana kritik Heidegger atas cara berpikir modern-teknologis dalam Kelas Filsafat Salihara putaran pertama, Heidegger: Akar Filsafat Ilmu, yang juga akan membahas perspektif “akar heideggerian” untuk memahami perkembangan Filsafat Ilmu sejak tahun 1920 – 1970-an. Kelas Filsafat kali ini akan diampu oleh A. Setyo Wibowo dan F. Budi Hardiman. 

Shopping Basket

Berlangganan/Subscribe Newsletter