jozz mercy1

Interaksi antara Tubuh dan Ruang dalam Performing Spiral

Koreografer: Josh Marcy
Penampil: Althea Sri Bestari, Florentina Windy, 
Nudiandra Sarasvati, Syanindita Prameswari
Kolaborator Artistik: Taufik Darwis
Komposer: Arham Aryadi
Lighting design: Deden J. Bulqini
Kostum: IyoNono
Manajer Produksi: Christy Ratna Gayatri

Teater Salihara, 06 & 07 Agustus 2022 | 19:00 WIB (Sabtu) & 16:00 WIB (Minggu)

 

Jakarta, 06 Agustus 2022 – Musim Seni Salihara memasuki babak pertama dalam festival seni yang berlangsung selama satu (1) bulan lamanya. Gelaran ini dibuka dengan penampilan pembuka dari koreografer dan seniman tari, Josh Marcy lewat pertunjukan Performing Spiral pada 6 dan 7 Agustus lalu. Karya yang berlangsung selama 80 menit ini berbicara mengenai hasil riset sang koreografer yang telah ia lakukan sejak 2018.

Pertunjukan pembukaan ini menjadi titik awal bagi Komunitas Salihara dalam menyuarakan semangat berkesenian luring pasca-pandemi. Pertunjukan ini meninggalkan beragam kesan terhadap 240 orang yang hadir dalam dua hari pertunjukan. Pertunjukan ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dan politisi seperti Inayah Wahid, Slamet Rahardjo, Saras Dewi, Hilmar Farid, dan Rangga Riantiarno.

Cahyo, salah satu penonton Performing Spiral, turut merasakan energi di dalam pementasan tersebut dan menangkap bahwa dalam menyampaikan sesuatu bisa dilakukan dengan medium yang beragam. “Acara tadi itu sangat membuat saya berpikir bahwa dalam gerak ada momen atau bahasa yang bisa disampaikan dengan cara-cara yang sangat beragam (seolah) gerak memiliki motivasi untuk menyampaikan maksud-maksud tertentu. Itu yang saya rasakan tadi.” 

Josh Marcy, bercerita mengenai latar belakang akan kekaryaan termutakhirnya “Berawal dari ketertarikan terhadap dialog antar tubuh dan ruang, saya kemudian mencatatkan beberapa material gerak yang signifikan mengenai bagaimana tubuh dan mekanismenya berdialog terhadap ruangnya – baik internal maupun eksternal. Salah satunya adalah gerak spiral.”

“Saya mempelajari dan mengalami bagaimana kemampuan tubuh melakukan gerak rotasi ini merupakan salah satu hal penting dalam membentuk proses rekognisi. Dalam hal ini, gerak spiral membuka akses sirkulasi pada tubuh terhadap ruang di sekelilingnya, serta kemungkinannya untuk berinteraksi dengan tubuh dan subjek lain”, lanjut Josh.

Sebagai sebuah karya seni Performing Spiral tidak hanya hadir sebagai sebuah objek pertunjukan saja melainkan dapat diinterpretasikan sebagai sebuah praktik terbuka dan refleksi tubuh yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sosial sehari-hari. 

Sang koreografer berharap bahwa karya ini dapat mengundang keterlibatan penonton di dalam praktik ketubuhan spiral dan berinteraksi seturut dengan subjektivitasnya masing-masing – baik secara intelektual, sensori, maupun respon kreatif lainnya. 

 

Tentang Josh Marcy:

Seorang seniman tari yang berbasis di Jakarta, Indonesia. Praktik artistiknya berada di seputar pembacaan kritis mengenai “apa itu tubuh” dan “apa itu ruang”, serta bagaimana dialog antar keduanya membentuk realita. 

Josh mengembangkan riset gerak yang diberi tajuk Body/Space; sebagai sebuah pendekatan artistik terhadap medium ketubuhan. Riset ini yang kemudian diterapkan ke dalam berbagai proses kreatif yang ia lakukan, baik dalam penciptaan karya maupun dalam pelatihan gerak sehari-hari. Praktik artistiknya merujuk pada proses rekognisi – untuk merefleksikan, mengalami, serta membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, yang menjadi bagian maupun realita yang lain.

Beberapa karyanya telah dipertunjukan di berbagai program kesenian, antara lain : Pedestrian di Jakarta Dance Meet Up Reguler and Jakarta Dance Meet Up selection (2017-2018), Spasial di Komunitas Salihara (2018), The Meeting di Jakarta Dance Extravaganza (2019), Side To side, In Scale di Bintaro Design District (2019). Sejak 2018, Josh juga terlibat dalam konstelasi seniman kolaborator di dua karya koreografer Jerman, Isabelle Schad, yaitu Reflection dan Inside Out

 

Tentang Musim Seni Salihara:

Musim Seni Salihara (MSS) adalah festival dua tahunan yang merupakan kelanjutan dari Salihara International Performing Arts Festival (SIPFest). Dalam penyelenggaraannya, MSS tetap mempertahankan nilai-nilai dari SIPFest yaitu tetap mempersembahkan kebaruan dalam pertunjukan seni yang dikombinasikan dengan bentuk adaptasi terhadap perkembangan teknologi dan situasi. Tahun 2022 ini, MSS tidak hanya diisi oleh rangkaian seni pertunjukan saja namun juga dilengkapi oleh pameran (Kelana Boneka) dan juga seri diskusi (Fokus!). Musim Seni Salihara 2022 juga secara khusus menampilkan sejumlah eksperimentasi dari para seniman boneka kontemporer dan mengapresiasi keragaman teater boneka dan wayang yang sudah hadir begitu lama di Nusantara.

 

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

promo-acara-480p

Berseni Kembali bersama Musim Seni Salihara 2022

06 Agustus – 04 September 2022 
Komunitas Salihara Arts Center & musimseni.salihara.org 

 

Jakarta, Agustus 2022 – Masa pandemi mulai berakhir, beragam kegiatan secara bertahap mulai normal kembali. Khususnya kegiatan seni budaya yang sudah mulai diterapkan secara 100% di mana-mana. Momen pulih inilah yang patut disambut dengan suka cita khususnya Komunitas Salihara lewat persembahan Musim Seni Salihara 2022 atau MSS 2022.  Melalui jargon “Berseni Kembali”, MSS 2022 semangat untuk menghadirkan sajian baru yang tidak hanya mempertontonkan pertunjukan seni saja melainkan pameran —yang bertajuk Kelana Boneka— dan juga diskusi seni  dengan nama Fokus!.

Nirwan Dewanto, Direktur Program Komunitas Salihara Arts Center memaparkan makna Berseni Kembali dalam kata pengantarnya, “Bersemi kembali—dan berseni kembali. Bukan berarti bahwa di hari-hari kemarin kita kekurangan seni…. 

Namun sudah waktunya seni mengambil tempat lagi di tengah kancah hidup kita bersama, yakni bahwa kita, pemirsa, hadir berhadapan langsung dengan karya-karya seni. Pameran seni rupa dan pertunjukan teater, misalnya, adalah peristiwa yang—sebaik-baiknya—kita alami langsung.”

Bagi Komunitas Salihara, kehadiran MSS 2022 ini menjadi wujud komitmen kami untuk terus menghidupkan semangat berkesenian setelah pembatasan sosial berskala besar di masa pandemi. Meskipun pandemi belum berakhir, kami terus berupaya untuk bisa memberikan perkembangan teraktual dalam dunia seni tanah air kepada masyarakat melalui program-program kami.

Pertunjukan dalam MSS 2022 akan dimeriahkan oleh penampilan dari 14 seniman individu atau kelompok dari Indonesia maupun mancanegara. Dari total 14 seniman yang bisa disaksikan penampilannya, empat di antaranya merupakan tayangan arsip atau pertunjukan yang sudah pernah ditampilkan di Komunitas Salihara. 

Ugo Untoro, salah satu seniman dan perupa boneka yang karyanya juga akan ditampilkan dalam pertunjukan Musim Seni Salihara, untuk pertama kalinya akan berkolaborasi dengan grup teater, Komunitas Sakatoya. Ini merupakan penampilan perdana bagi boneka Ugo Untoro untuk tampil dalam sebuah pertunjukan teater.

“Awalnya kalau tidak salah diminta untuk main sendiri padahal saya belum pernah memainkan boneka-boneka saya dalam bentuk sebuah pertunjukan. Namun akhirnya dipertemukanlah saya (oleh Komunitas Salihara) dengan Komunitas Sakatoya dan jadilah kami berdua berkolaborasi bersama.”

Pertunjukan Amongraga oleh Komunitas Sakatoya dan Ugo Untoro menjadi salah satu pertunjukan yang bisa dilihat secara langsung di Komunitas Salihara dimulai dari tanggal 6 Agustus hingga 4 September 2022. Para penampil akan terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu luring (on-site), daring (online), dan pertunjukan arsip. Untuk pertunjukan luring pengunjung dapat menyaksikan: Bar(u)atimur Ensemble, Fitri Setyaningsih, Josh Marcy, Komunitas Sakatoya dengan Ugo Untoro, dan Motekar; sedangkan untuk daring ada: Cloud Gate, Dewa Alit, Sinta Wullur dan Tatiek Maliyati. Salihara juga menyediakan pertunjukan lama yang dapat disaksikan kembali dalam pertunjukan arsip yang terdiri dari: Arica Theater Company, Speak Percussion, Otniel Tasman dan Rendra Bagus Pamungkas.

Selain pertunjukan, pengunjung juga bisa menikmati pameran boneka teater Nusantara yang bisa disaksikan di Galeri Salihara. Pameran dengan tajuk “Kelana Boneka” ini akan menghadirkan puluhan boneka dari sembilan (9) seniman Indonesia seperti Boneka Koran Sena Didi Mime, Kuntilanak Miss Tjitjih, Papermoon Puppet Theatre, Wayang Baja Hitam Enthus, Wayang Faisal Kamandobat, Wayang Golek Asep Sunandara Sunarya, Wayang Golek Den Kisot, Wayang Heri Dono dan Wayang Ukur Sukasman.

Tahun ini, berbeda dengan penyelenggaraan di tahun 2020, Musim Seni Salihara juga menghadirkan diskusi seni berbasis kesejarahan dengan nama Fokus!. Dengan tema “Pertumbuhan Teater Modern (di) Indonesia” seri diskusi daring ini akan mengajak peserta untuk mengikuti perjalanan teater di Indonesia dari era kolonial hingga pascareformasi 1998 melalui enam (6) sesi diskusi. 

Diskusi ini akan diisi oleh tokoh-tokoh ternama dari kalangan penulis, sejarawan, pelaku seni, serta peneliti yang diantaranya adalah Arthur S. Nalan, Barbara Hatley, Benny Yohanes, Cahyaningrum Dewojati, Goenawan Mohamad, Ibed S. Yuga, Kurniasih Zaitun, M. Yoesoef, Matthew Isaac Cohen, N. Riantiarno, Slamet Rahardjo dan Yudi Ahmad Tajudin.

Seluruh jadwal pertunjukan, pemesanan tiket, dan detail acara bisa disaksikan secara lengkap di musimseni.salihara.org.

Tentang Fokus!:

Sebelumnya dikenal dengan nama Zoom In Salihara. Program ini berupa serangkaian diskusi yang terfokus membahas topik-topik dalam bidang seni tertentu dan diselenggarakan secara daring (online). Setelah membahas topik-topik seperti seni rupa dan musik pada tahun-tahun sebelumnya, kali ini Fokus! hadir dengan diskusi mengenai teater. Menjadi salah satu program dalam Musim Seni Salihara 2022, seri Fokus! kali ini akan membahas  “Pertumbuhan Teater Modern (di) Indonesia”.

Tentang Kelana Boneka:

Pameran ini menggarisbawahi irisan di antara dua atau lebih disiplin seni, antara seni rupa dan seni pertunjukan. Pilihan pada “teater wayang dan boneka kontemporer” adalah untuk menimbang bahwa lingkup tersebut bukan hanya bersifat transdisiplin yang melibatkan para seniman dari seni pertunjukan maupun seni rupa, tetapi juga mengetengahkan persilangan antara yang lama, yang berangkat dari khazanah tradisi, dan yang baru, atau disebut kontemporer.

Pameran ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menunjukkan potensi teater boneka dan wayang di Nusantara. Pameran ini juga ingin menekankan hasil-hasil eksperimen yang dikerjakan oleh para seniman yang bersangkutan.

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jb2023

Undangan Terbuka Salihara Jazz Buzz 2023

Komunitas Salihara membuka kesempatan seluas-luasnya kepada musisi di seluruh Indonesia untuk tampil di acara Salihara Jazz Buzz 2023 dengan tema Pertukaran/Exchange.

Sejak berdirinya Salihara (2008) salah satu acara yang paling diminati musisi dan penonton adalah acara Jazz Buzz. Tim kurator Salihara selalu mengupayakan mencari tema baru dan memilih musisi berkualitas yang berminat terhadap karya-karya inovatif. Selama kurang lebih lima tahun ini Salihara menggunakan tema Sans Frontiéres, sebuah gagasan musikal yang mengetengahkan kebaharuan melalui konsep “lintas-batas”. Program Jazz Buzz selalu berusaha mencari format baru dalam kaitannya dengan pilihan genre, komposisi maupun presentasi musik.

Tanpa meninggalkan semangat kebaharuan sesuai dengan arah dan tujuan Jazz Buzz, kali ini Salihara mengetengahkan tema yang lain yaitu Pertukaran/Exchange sebuah gagasan untuk terus mencari bentuk dan estetika baru.

Tema ini merupakan sebuah cara yang menawarkan gagasan baru melalui Undangan Terbuka Salihara Jazz Buzz 2023 di masa pasca-pandemi Covid-19.

 

Batasan

Tema Pertukaran/Exchange sesuai dengan pilihan Komunitas Salihara untuk mengusung semangat kebaharuan dalam program-program pertunjukannya. Tema ini tentunya masih menampung sifat jazz yang menjelajah ke genre-genre musik yang lain.
Bagi para grup yang terpilih, Salihara akan mengundang musisi senior untuk berkolaborasi/pembimbingan dalam 2-3 karya yang sudah dipilih.
Tiap grup terpilih akan didampingi oleh satu musisi.

Ketentuan

  1. Musisi adalah warga negara Republik Indonesia dan belum berusia 35 tahun pada
    tanggal 31 Desember 2023;
  2. Materi konser paling sedikit menampilkan 4 (empat) karya baru, termasuk aransemen atau komposisi ulang yang mengandung unsur kebaharuan;
  3. Durasi konser maksimal 70 menit;
  4. Format grup mulai dari 2 (dua) hingga 12 (dua belas) musisi;
  5. Bantuan produksi untuk setiap musisi terpilih maksimal Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). Jumlah bantuan akan disesuaikan dengan besaran ensambel;
  6. Selain bantuan produksi, Komunitas Salihara juga memberikan bantuan berupa
    fasilitas yang tersedia: ruang pentas dan fasilitas pendukungnya, promosi dan
    publikasi acara, dokumentasi (foto dan video), dan akomodasi di Wisma Salihara;
  7. Komunitas Salihara tidak menanggung biaya transportasi dan konsumsi musisi terpilih;
  8. Selama persiapan pementasan, musisi terpilih akan mendapatkan pendampingan dari Dewan Kurator Komunitas Salihara dan musisi senior yang akan ikut berkolaborasi dalam 2-3 karya.

Persyaratan

  1. Mengisi formulir pendaftaran, menyertakan CV dan RAB (rencana anggaran biaya);
  2. Formulir pendaftaran, CV dan RAB produksi bisa diunduh di sini;
  3. Membuat surat pernyataan yang ditandatangani musisi di atas kertas bermeterai
    Rp10.000 bahwa karya tersebut adalah karya asli, bukan karya jiplakan atau plagiat;
  4. Mengirimkan formulir pendaftaran, RAB produksi, portofolio musisi, surat
    pernyataan dan 2 (dua) contoh karya terbaru (belum pernah diterbitkan dalam bentuk
    apa pun) termasuk aransemen/komposisi ulang yang mengandung kebaharuan ke
    opencall@salihara.org.
    Seluruh berkas dikirim dengan subyek Undangan Terbuka Jazz Buzz 2023_Nama Musisi paling lambat Minggu, 16 Oktober 2022 jam 23:59 WIB;
  5. Contoh rekaman karya dikirim dalam format audio mp3 atau mp4 melalui tautan Google Drive atau We Transfer;
  6. Karya tersebut belum pernah dipentaskan di Komunitas Salihara dan tidak sedang
    diikutkan dalam perlombaan mana pun.

Waktu

Pengiriman proposal: 30 Juli s.d. 16 Oktober 2022;
Pengumuman: 31 Oktober 2022;
Pentas di Teater Salihara: Februari 2023.

Tim Juri

Dewan Kurator Salihara

Lain-Lain

Anggota keluarga inti para karyawan Komunitas Salihara dan Dewan Juri tidak diperbolehkan mengikuti undangan terbuka ini.
debat-sastra-salihara-2022

Menyambut 100 Tahun Chairil Anwar: Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2022

Menyambut 100 Tahun Chairil Anwar:
Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2022 Dibuka
Pendaftaran: Mei – September 2022
Total Hadiah: Rp44.000.000,-

 

Jakarta, Juni 2022 – Membaca karya sastra baik ditanamkan sejak dini demi menciptakan generasi yang kreatif, kritis dan berwawasan luas. Melalui karya sastra, kita dapat menumbuhkan kekayaan intelektualitas, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan menyusun kerangka berpikir yang baik. 

Dalam rangka mendukung dan menumbuhkan minat membaca sastra sejak dini, Komunitas Salihara kembali mengadakan Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA yang akan dilakukan secara hybrid. Kompetisi ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan siswa/i tentang perkembangan sastra Indonesia sekaligus menumbuhkan rasa bangga menjadi wakil sekolah masing-masing.

Tahun ini, Komunitas Salihara akan mengangkat tema tentang Membandingkan Sajak Chairil Anwar dengan Penyair Amerika Serikat. Tema tersebut diangkat sebagai bentuk peringatan akan 100 tahun sang penyair yang jatuh tepat di 2022 ini. Sebagai seorang penyair dan penulis penting di awal era kemerdekaan Indonesia, karya-karya Chairil Anwar kerap terpengaruh oleh penyair-penyair dunia seperti Belanda, Tiongkok, dan Jerman. Kompetisi ini akan terfokus terhadap hubungan karya-karya Chairil Anwar yang terpengaruh oleh karya para penyair Amerika Serikat sebagai pembandingnya.

Untuk bisa berpartisipasi, Peserta merupakan siswa yang masih duduk di bangku SMA atau setara ketika final debat berlangsung hingga 30 Oktober 2022. Kompetisi ini tertutup untuk kelompok dari sekolah yang telah menjadi finalis dan juara pada tahun sebelumnya.

Siswa/i diminta untuk membentuk satu kelompok yang terdiri dari tiga anggota. Setiap sekolah setingkat SMA dipersilakan untuk mengirimkan lebih dari satu kelompok sebagai perwakilan. Peserta juga diizinkan untuk memberi nama kelompoknya secara bebas. Setiap kelompok akan diminta untuk membuat telaah berupa tulisan atau makalah terkait dengan karya yang dibandingkan (didapat setelah mengisi formulir pendaftaran).

Peserta yang memenuhi kualifikasi akan masuk menuju babak final yang akan diadakan Oktober 2022, lokasi mengikuti perkembangan kondisi protokol kesehatan. Bila aman untuk diadakan di Komunitas Salihara, peserta yang berada di luar Jabodetabek akan ditanggung biaya akomodasi dan transportasinya.

Pendaftaran kompetisi ini dibuka secara resmi pada 07 Mei 2022 sampai 09 September 2022 Pengumpulan makalah paling lambat 10 September 2022. Juara 1 akan mendapatkan hadiah sejumlah Rp20.000.000; Juara 2 sejumlah Rp10.000.000; dan tiga makalah favorit masing-masing Rp3.000.000. 

 

Tentang Chairil Anwar dan Penyair Amerika Serikat

Demi memperbaharui perpuisian Indonesia modern pada dasawarsa 1940-an, Chairil Anwar tidak hanya membaca sajak-sajak penyair Belanda dan Jerman, tetapi juga penyair Amerika Serikat, seperti Archibald MacLeish, John Cornford, Conrad Aiken, T.S. Eliot, Ezra Pound, dan W.H. Auden. Dia bukan hanya membaca dan menerjemahkan karya-karya itu, tetapi menyadurnya atau menjadikan semua itu sebagai inspirasi dari puisi-puisinya.

Menurut H.B. Jassin, kritikus dan dokumentator sastra, ketika Chairil Anwar meninggal pada 28 April 1949, ia meninggalkan tidak kurang dari 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli dan 4 prosa terjemahan—semua jadi 94 tulisan.

Membicarakan atau membahas bagaimana pengaruh sajak-sajak penyair Amerika Serikat terhadap kompleks persajakan Chairil Anwar, akan memberi kita kesempatan untuk memahami pentingnya karya sastra di masa lalu dalam perspektif yang lebih luas dan kaya.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

Mengapa Sutan Takdir Alisjahbana

Mengapa Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane Berpolemik?

Sutan Takdir Alisjahbana (STA) adalah sastrawan yang lahir tahun 1908. Pada tahun 1933, STA menjadi salah satu sastrawan yang menerbitkan majalah sastra Poedjangga Baroe. Di penghujung masa pemerintahan kolonial Belanda, STA menjadi tokoh penting dalam pencarian identitas Indonesia. Ia menulis esai Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru yang diterbitkan Poedjangga Baroe tahun 1935. 

Jiwa yang melahirkan Borobudur yang luhur itu tidak ada sangkut pautnya dengan semangat menyala-nyala dalam dada para penganjur cita-cita keindonesiaan dalam abad kedua puluh ini.

Paragraf dari esai STA yang mewakili pemikirannya tentang masyarakat Indonesia seharusnya membawa nilai-nilai kemajuan dan modernitas ala Barat. Sanusi Pane salah satu sastrawan angkatan Poedjangga Baroe, tidak setuju dengan pemikiran STA. Ketidaksepakatan Sanusi Pane ditulis dalam esai Persatuan Indonesia tahun 1935. 

Zaman sekarang ialah kelanjutan dari zaman sebelumnya. Manusia tidak mampu menciptakan kekinian yang baru sama sekali.

Dalam esainya, ia menyatakan bahwa pemikiran STA justru menentang semangat kedaerahan. Tulisan STA dan Sanusi Pane menjadi awal masuknya perdebatan pendapat dalam menentukan orientasi kebudayaan Indonesia. Perdebatan ini tidak hanya antara STA dan Sanusi Pane, tapi juga menyulut tokoh lainnya untuk ikut berpendapat, salah satunya Ki Hadjar Dewantara. Perdebatan inilah yang memicu Polemik Kebudayaan hingga muncul pandangan identitas Indonesia yang ala Barat atau ala Timur. 

Kenapa polemik ini menjadi ramai dan penting untuk dibicarakan? Dengarkan perbincangan lengkapnya di Siniar Salihara, Ngomong-ngomong Soal Polemik Sastra dan Seni episode 01. 

 

Ditulis oleh: Udiarti

syafii

Obituari: Ahmad Syafii Maarif

Ahmad Syafii Maarif (Nagari Calau, Sumatra Barat, 31 Mei 1935-Yogyakarta, 27 Mei 2022) yang akrab dengan panggilan Buya Syafii, adalah cendekiawan Indonesia yang membawa nilai-nilai pluralisme dan toleransi. Ia juga sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah sepanjang 1998-2005. Buya Syafii dikenal dengan membawa pemikiran Islam Modern.

Pada 1942 Buya Syafii mengawali pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) Sumur Kudus. Lulus dari SR pada 1947 tidak langsung membuat Buya Syafii meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia sempat berhenti sekolah selama beberapa tahun karena kondisi ekonomi keluarganya. Pada 1950, ia melanjutkan sekolah di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Balai Tangah.

Buya Syafii mulai merantau ke Jawa pada 1953. Ia sempat menjadi pimpinan redaksi majalah Sinar, majalah pelajar Muallimin di Yogyakarta. Ia sempat berkuliah di Universitas Cokroaminoto dan pada 1964 memperoleh gelar sarjana muda. Sebagai mahasiswa, Buya Syafii bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam. Buya Syafii mendapatkan gelar doktornya dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, pada Program Studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat.

Pemikirannya yang terbuka dan mendukung nilai-nilai pluralisme ia bagikan melalui tulisan-tulisannya. Di antaranya yang terangkum dalam buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah; Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara, dan Membumikan Islam. Jasanya yang begitu besar dalam mengajak untuk terus menjaga sikap toleransi, membuat Buya Syafii kerap disebut sebagai Guru Bangsa.

Buya Syafii mendapat banyak penghargaan. Di antaranya penghargaan People of The Year 2020 kategori Lifetime Achievement pada 2020 dan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina pada 2008. Ia juga pernah menjadi presiden World Conference on Religion and Peace (WCRP), sebuah forum tokoh-tokoh lintas agama dunia di New York. Pada 2020, ia mendirikan Maarif Institute sebagai bentuk komitmennya pada nilai-nilai keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan.

Di Indonesia sangat jarang tokoh intelektual yang dengan sungguh-sungguh menanamkan nilai-nilai pluralisme dan toleransi. Buya Syafii hadir dengan pandangannya yang lebih netral terhadap Islam. Pemikiran yang berusaha untuk tidak menghakimi satu sama lain. Pandangan seorang tokoh Buya Syafii sangat kita butuhkan di tengah kondisi kita yang lebih sering terombang-ambing oleh hal-hal yang belum jelas kebenarannya. Selamat jalan, Buya Syafii. Karya dan pemikiranmu menjadi teladan bangsa ini.

unit21080

Universal Iteration: Intermissions

Memantik Kesadaran Sosial akan Dampak Nyata dari Dunia Digital

Menampilkan: Aki Onda, Eldwin Pradipta, Indah Arsyad, Rizky Lazuardi, XXLAB, Yovista Ahtajida

Kurator: Asikin Hasan & Bob Edrian

Durasi pameran: 28 Mei 2022 – 28 Mei 2023

https://galeri.salihara.org/

 

Jakarta, 28 Mei 2022 – “Ragam aktivitas di dunia maya tidak hanya menghasilkan keuntungan berupa kemudahan akses informasi serta terbukanya peluang-peluang baru di berbagai bidang. Pada kenyataannya, aktivitas-aktivitas virtual menghasilkan emisi berupa jejak karbon secara perlahan memberi pengaruhnya pada kondisi lingkungan. Gagasan Intermission menjadi tawaran untuk menelusuri kesadaran seniman dalam merespons isu internet dan lingkungan, dan tentunya juga isu manusia dan kemanusiaan.” Pernyataan Bob Edrian—kurator pameran Universal Iteration (UNIT) 2—melihat fenomena dunia digital dan konsep ruang waktu yang terjadi di dalamnya sebagai tajuk utama dalam pameran UNIT tahun ini.

Manajer Galeri Komunitas Salihara, Ibrahim Soetomo memaparkan “Universal Iteration digagas pada 2021 sebagai upaya menggunakan ruang digital sebagai ruang pameran. Alih-alih memamerkan pameran virtual dengan memindahkan pameran-pameran dalam galeri luring ke ruang virtual, Universal Iteration menampilkan karya-karya seni digital, yang dipersiapkan dengan pola pikir digital, ke dalam pameran yang sepenuhnya digital.”

Berbeda dengan penyelenggaraan pertama, Universal Iteration kali ini mengambil tema khusus, yaitu Intermissions untuk merespons sebab-akibat budaya internet. Penyelenggaraan sebelumnya tidak bertema dan sifatnya lebih praktis. Selain itu pada tahun sebelumnya pameran diadakan dalam rentang waktu Mei-November 2021, maka tahun ini durasi pameran diperpanjang 1 tahun hingga Mei 2022.

Tajuk Intermissions sendiri berasal dari permainan kata Internet emissions atau emisi internet, pameran ini berbicara mengenai dampak fisik yang mungkin terjadi akibat meningkatnya aktivitas di Internet. Tajuk ini juga diangkat sebagai pengingat untuk mengambil jeda sejenak dari dunia maya yang tidak disadari menimbulkan isu lingkungan baru, yaitu meningkatnya emisi gas rumah kaca sebesar 1-5% karena penggunaan internet yang berlebihan.

Dalam penentuan seniman UNIT, Bob Edrian menjelaskan “Pemilihan seniman didasarkan pada penentuan tema tahun ini yang banyak menyentuh wilayah batas atau terluar dari perkembangan teknologi internet. Untuk mengakomodasi gagasan-gagasan tersebut, dalam hal ini mencakup manusia dan lingkungan, nama-nama seniman kemudian dipilih berdasarkan spektrum kekaryaan mereka. Dari sejumlah seniman yang diajukan, indikator keselarasan karakteristik eksplorasi karya dengan tema pameran merupakan indikator yang paling utama.”

Tidak hanya pameran, acara ini juga akan menghadirkan berbagai aktivitas lain selama satu tahun ke depan salah satunya adalah ‘Bincang Seniman’. Bersama dengan para seniman UNIT, acara ini akan membahas lebih dalam mengenai karya-karya yang mereka pamerkan yang dapat disaksikan secara daring. Diharapkan melalui berbagai rangkaian aktivasi acara ini, para pengunjung dapat menumbuhkan sikap kritis terhadap isu-isu yang lahir di dalam dunia virtual baik yang berdampak terhadap lingkungan maupun terhadap sesama manusia lainnya.

 

Biodata Seniman

Aki Onda adalah seorang seniman dan komposer yang tinggal di Mito, Jepang. Karya-karyanya sering mengangkat isu sekitar ingatan, baik pribadi, kolektif dan sejarah. Salah satu proyeknya yang terkenal adalah Cassette Memories (2004) yang direkam selama tiga dekade. Karyanya telah dipresentasikan di berbagai negara, di antaranya documenta 14, Museum Louvre, Pompidou Center, Palais de Tokyo, Fondation Cartier, Argos, Bozar, ICA London, International Film Festival Rotterdam, Toronto Biennial of Art, The Kitchen, dan MoMA.

Eldwin Pradipta lulus dari Jurusan Intermedia, Fakultas Seni & Desain, Institut Teknologi Bandung. Karyanya kerap mengeksplorasi proyeksi video dan media digital lainnya. Ia pernah terpilih sebagai salah satu finalis BaCAA ke-4 pada 2015 dan turut mengambil bagian dalam Indonesia Art Award 2015 yang diinisiasi oleh Yayasan Seni Rupa Indonesia. Ia juga telah mengikuti beberapa pameran, seperti South East Asia Forum (Art Stage Singapore) dan Fantasy Island in Objectificts (Center for Film and Photography, Singapura, 2017). Karyanya pernah dipamerkan di Manifesto 6.0: Multipolar (Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 2018) dan Beyond Painting: Extend the Boundaries (Art Expo Malaysia, 2019).

Indah Arsyad berkarya dalam bentuk tulisan, instalasi, patung dan seni media. Karya-karyanya mengangkat isu-isu sosial, budaya dan lingkungan yang selalu didasarkan pada penelitian ilmiah. Ia menyelesaikan pendidikan di Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti. Karyanya telah dipamerkan dalam berbagai pameran nasional dan internasional, termasuk pameran tunggal di Museum Nasional Indonesia dengan tajuk On The Way (2008). Ia juga berpameran di London Art Biennale di Chelsea Old Town Hall (Inggris, 2021) dan KNOCK KNOCK KNOCK di Hancock Art Museum (Korea Selatan, 2021).

Rizki Lazuardi adalah seniman dan kurator yang bekerja dengan medium gambar bergerak dan expanded cinema. Ia menyelesaikan pendidikan Film dan Seni Media di HFBK University of Fine Arts Hamburg, Jerman. Karya dan programnya menjadi bagian dari sejumlah pameran dan festival, di antaranya IFFR Rotterdam, Singapore Art Museum, European Media Arts Festival Osnabrueck, Image Forum Tokyo, dan Jakarta Biennale. Saat ini ia menjadi salah satu konsultan program di Arsenal Berlin untuk Berlinale Forum.

XXLAB adalah grup inisiatif dari Yogyakarta yang terdiri atas beberapa perempuan dengan berbagai latar belakang disiplin dan keahlian. XXLAB berfokus pada eksplorasi seni, sains dan teknologi bebas berbasis open source (sumber terbuka) yang dikerjakan secara DIY (Do It Yourself) dan DIWO (Do It With Others). XXLAB terbentuk pada 2013, sebagai kelanjutan dari lokakarya berseri Ms. Baltazar ID. Pada 2015 XXLAB memenangi penghargaan Voestalpine Award Prix Ars Electronica, sebuah penghargaan bergengsi di bidang seni media baru untuk kategori “next idea”. XXLAB juga mengikuti berbagai pameran seni dan inovasi, serta aktif mengadakan berbagai edukasi nonformal.

Yovista Ahtajida adalah seniman independen yang tinggal di Jakarta. Karya-karyanya sering mengangkat relasi kapitalisme dan Islamisme berdasarkan pengalaman keluarga muslim fundamentalis dan latar belakang pendidikan. Pada 2012 ia mendirikan The Youngrrr, sebuah kolektif seni video. Karyanya dengan The Youngrrr telah dipresentasikan di European Media Art Festival (EMAF) 2014, Berlin International Film Festival (Berlin, 2014), South Asian Visual Art Centre (Toronto, 2014) dan Jakarta Biennale 2015. Karya tunggalnya telah dipresentasikan dalam Video Vortex XI, pada Kochi Muziris Biennale (India, 2017), W:OW 18, Torrance Art Museum (Los Angeles, 2018) dan Bandung Contemporary Art Award 2017. Pameran tunggalnya bertajuk Hijrah di LIR Space Yogyakarta (2018).

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center
Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.
___________________________________________________________________
Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

ayumenulis

Kelas Menulis Kreatif yang Berbobot: Mulai dari Karakter

Pengajar: Ayu Utami
Sabtu, 04, 11, 18 Juni; 02, 16, 23 Juli 2022, 13.00 WIB
Zoom Webinar Komunitas Salihara

 

Jakarta, Mei 2022 – Semua orang pada dasarnya bisa menulis kreatif dengan baik. Di antara semua itu, ada juga yang terlahir dengan bakat menulis yang sangat baik. Namun, kemampuan menulis tersebut akan sia-sia jika tidak diimbangi dengan latihan yang rutin dan konsisten. Melalui latihan, seseorang tidak hanya bisa menulis atau menciptakan tulisan melainkan mampu melahirkan sebuah tulisan kreatif yang berbobot.

Seperti apa tulisan kreatif yang berbobot itu? Bagaimana cara menulisnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam kelas menulis yang diadakan tahun ini oleh Komunitas Salihara Arts Center.

Komunitas Salihara kembali menyelenggarakan Kelas Menulis Kreatif yang Berbobot secara daring pada bulan Juni 2022 dengan pengajar Ayu Utami, penulis sekaligus kurator Komunitas Salihara Arts Center. Di tahun 2021, peserta Kelas Menulis Kreatif diajak untuk mempelajari bagaimana memberikan penekanan khusus dalam bobot tulisan melalui muatan intelektual dan artistik. Berbeda dengan kelas menulis sebelumnya, kali ini Ayu Utami akan mengampu kelas dengan metode pendekatan karakter.

Peserta tetap bisa mengikuti kelas menulis ini tanpa perlu menjadi peserta di kelas menulis tahun sebelumnya. Silabus Kelas Menulis Kreatif yang Berbobot kali ini, akan mengajak peserta berkenalan dengan salah satu metode menulis kreatif dari banyaknya cara mengembangkan tulisan kreatif yang berbobot. Kelas ini akan mengajak peserta untuk membangun tokoh, memilih konflik yang cocok untuk tokoh tersebut dan menciptakan tema yang sesuai untuk sang tokoh.

Melalui kelas ini, peserta diharapkan bisa membangun tokoh yang dapat membantu pembaca mengikuti alur cerita dengan mudah, melalui kondisi psikologis dan empati yang dibangun di dalam diri tokoh tersebut. Peserta juga diharapkan dapat mengajak pembaca untuk memahami diri dan orang lain melalui tulisan yang mereka ciptakan.

 

Profil Pengajar

Ayu Utami adalah salah satu penulis yang dianggap sebagai pendobrak kemapanan, khususnya masalah seks dan agama yang ia angkat dalam karya-karyanya. Karya-karya yang ditulisnya mengangkat wacana seksualitas dari sudut pandang perempuan.

Novel pertamanya, Saman (1998), memenangkan Sayembara Penulisan Roman Terbaik Dewan Kesenian Jakarta tahun 1998. Beberapa karya sastranya yang lain adalah Bilangan Fu (2008) yang beroleh Khatulistiwa Literary Award 2008 dan yang termutakhir Anatomi Rasa (2019). Atas kiprah di dunia sastra, Ayu Utami meraih Prince Claus Award pada tahun 2000 dari Prince Claus Fund (Belanda), sebuah yayasan yang memberi penghargaan kepada individu dan organisasi yang berkontribusi dalam kebudayaan.

Ayu Utami adalah salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan ikut membangun Komunitas Utan Kayu, sebuah pusat seni, pemikiran dan kebebasan informasi. Saat ini Ayu Utami aktif sebagai kurator sastra dan Direktur Literature and Ideas Festival (LIFEs) di Komunitas Salihara serta Direktur Program Teater Utan Kayu.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

jazzbuzz 2022

Mempersembahkan Warna Baru dalam Musik Jazz

Salihara Jazz Buzz 2022: Next Sound

Penampil: Aryo Adhianto, Agam Hamzah Project,  Fascinating Rhythm, dan Sandrums dengan Sri Hanuraga

13, 15, 20, 22 Mei 2022 | 19:00 WIB

www.youtube.com/salihara

 

Jakarta, Mei 2022 – Sejak berdiri pada tahun 2008, salah satu program unggulan Komunitas Salihara Arts Center adalah Salihara Jazz Buzz, festival musik jazz yang pertama kali diadakan pada 2012. Salihara Jazz Buzz selalu konsisten menampilkan ragam pilihan genre, komposisi, dan konsep bermusik yang baru dari tahun ke tahun. 

Munculnya beragam aliran baru dalam musik jazz seperti free jazz, contemporary jazz, avant-garde jazz serta aliran-aliran jazz lainnya memicu Salihara Jazz Buzz membuka ruang untuk menawarkan ragam kebaruan yang terjadi di dalam dunia jazz kepada publik. 

Tahun ini pun menjadi perayaan satu dekade berlangsungnya festival musik yang telah banyak menampilkan sejumlah musisi tanah air seperti Dewa Budjana, Tohpati, Indra Lesmana dan sebagainya, hingga generasi terbaru seperti Monita Tahalea, Sri Hanuraga, Tesla Manaf dan sebagainya.

Tentang satu dekade Salihara Jazz Buzz, Kurator musik Komunitas Salihara, Tony Prabowo mengutarakan bahwa, “satu dekade ini tentu tidak semudah yang kita harapkan. Memilih musisi yang terbaik agar penonton bisa hadir tentu membutuhkan diskusi yang panjang, terutama bagaimana terus bisa menawarkan kebaruan tersebut.” 

Tony Prabowo melanjutkan bahwa “musik-musik yang avant-garde dan hanya didengar oleh kalangan tertentu, tentu menjadi PR bagi kami kedepannya.”

Namun, tantangan tersebut menjadi pemacu bagi Komunitas Salihara untuk terus menggarap tema-tema baru. Tahun ini mengusung tema Next Sound, Salihara Jazz Buzz mengedepankan adaptasi, kreativitas dan tawaran akan kebaruan tentang situasi yang terjadi: realita tentang pandemi dan realita musik jazz yang selalu bisa melebur ke dalam genre-genre berevolusi. 

Di tahun ini pula Salihara Jazz Buzz tampil untuk kedua kalinya secara daring sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020. Rangkaian konser yang akan disiarkan melalui kanal Youtube Komunitas Salihara Arts Center menampilkan empat musisi jazz tanah air yaitu Aryo Adhianto, Fascinating Rhythm, Sandrums dan Agam Hamzah Project

Melalui penampilan dari keempat musisi dan grup tersebut, Salihara Jazz Buzz 2022 diharapkan bisa menyajikan kebaruan dan dapat membawa semangat jazz buzz tentang musik “lintas-batas” yang mampu memperkaya musik jazz. 

Profil Penampil:

  • Aryo Adhianto adalah komposer dan produser musik elektronik. Tertarik dengan jazz dan piano sejak kecil, ia menemukan kecintaannya pada musik elektronik ketika ia kuliah. Dalam perjalanan karirnya ia terlibat dalam beberapa klinik musik yang diprakarsai oleh Sacred Bridge Foundation seperti Rhythm Salad: A Bowl of Roots Music (2008), GAUNG: the 21st Century Global Music Education (2009) dan INTRASIA: the Cross-cultural Performing Arts Clinic (2013). 
  • Fascinating Rhythm adalah sebuah band jazz kontemporer berbasis di Jakarta. Band ini mengusung ide untuk memainkan berbagai jenis ritmik dari seluruh dunia seperti samba, choro, bikutsi, cuban dan lain-lain. Berbagai jenis ritmik tersebut dibalut dengan sentuhan jazz yang menarik dan juga variasi “call and response” pada setiap solo instrumennya. Band ini beranggotakan Timoti Hutagalung (drum), Noah Revevalin (piano), Jonathan Prawira (klarinet), Hafiz Aga (bas), dan Yosua Sondakh (gitar). 
  • Sandy Winarta memiliki sebuah proyek eksperimental yang dinamakan Sandrums. Sandrums sendiri adalah eksplorasi spektrum suara elektronik yang luas dan digunakan dalam improvisasi musik yang berakar pada jazz secara harmonis dan berirama. Dalam pertunjukan kali ini, Sandy mengajak Sri Hanuraga sebagai rekan duetnya mempersembahkan komposisi irama yang khusus bisa disaksikan di Salihara Jazz Buzz 2022.
  • Agam Hamzah Project merupakan grup musik baru dari Agam Hamzah yang sebelumnya dikenal melalui grup musik Ligro Trio. Agam Hamzah adalah musisi yang konsisten menciptakan karya musik dengan konsep fusion sejak tahun 90an. Konsep fusion adalah satu genre musik di mana idiom-idiom musik seperti jazz, rock, kontemporer klasik dan musik etnik dipadukan menjadi satu karya yang utuh. Dalam Agam Hamzah Project kali ini, ia memiliki format instrumen dalam bentuk Quintet, terdiri dari bas, drum, gitar, keyboard dan biola.

 

Tentang Komunitas Salihara Arts Center

Komunitas Salihara Arts Center adalah sebuah institusi kesenian dan kebudayaan yang selalu menampilkan kesenian terkini dari Indonesia dan dunia, baik yang bersifat pertunjukan maupun edukasi, dalam lingkungan kreatif dan sejuk di tengah keramaian selatan Jakarta.

___________________________________________________________________ 

Untuk mengetahui detail pertunjukan silakan kunjungi sosial media Komunitas Salihara: Twitter @salihara | Instagram @komunitas_salihara | atau hubungi: media@salihara.org

debat-sastra-salihara-2022

Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA 2022

Perkembangan sastra Indonesia modern, khususnya puisi, tidak lepas dari pengaruh kesusastraan asing. Di Indonesia, Chairil Anwar adalah penyair terpenting dari Angkatan 45 yang terpengaruh oleh sastra dunia. Sajak-sajak Chairil Anwar tidak hanya menyerap pengaruh dari penyair Belanda, Jerman dan Cina, tetapi juga Amerika Serikat.

Komunitas Salihara mendorong kreativitas dan intelektualitas generasi muda dengan kembali mengadakan:

Kompetisi Debat Sastra SMA 2022: Membandingkan Chairil Anwar dan Penyair Amerika Serikat.

Tahun ini peserta akan membandingkan hubungan dan pengaruh sajak-sajak penyair Amerika Serikat terhadap sajak-sajak Chairil Anwar.

 

Jadwal Kompetisi

  • Pendaftaran dan pengumpulan makalah: 07 Mei 2022-9 September 2022;
  • Tenggat pengumpulan makalah: 10 September 2022 (Tanggal kirim surat elektronik);
  • Penjurian tahap 1: 11-28 September 2022;
  • Pengumuman finalis: 5 Oktober 2022;
  • Final: Oktober 2022.

Hadiah

Juara 1: Rp20.000.000
Juara 2: Rp15.000.000
Tiga makalah favorit (maksimal) masing-masing Rp3.000.000
*pajak ditanggung pemenang

Syarat dan Ketentuan

  • Peserta adalah kelompok yang terdiri atas 3 (tiga) siswa dari satu sekolah setingkat SMA. Setiap sekolah boleh mengirimkan lebih dari satu kelompok. Peserta boleh memberi nama kelompoknya secara bebas;
  • Peserta adalah siswa yang masih duduk di bangku SMA atau setara ketika final debat berlangsung hingga 30 Oktober 2022;
  • Kelompok dari sekolah yang telah menjadi finalis dan juara pada tahun sebelumnya tidak diperkenankan mendaftar;
  • Peserta yang telah melengkapi pendaftaran dan menerima karya, tetapi tidak mengumpulkan makalah hingga batas akhir pengumpulan, akan didiskualifikasi pada tahun penyelenggaraan berikutnya;
  • Karya yang ditelaah dapat diunduh setelah menyelesaikan proses pendaftaran (mengisi dan melengkapi formulir);
  • Peserta (atas nama kelompok) membuat telaah (berupa tulisan atau makalah) dalam bahasa Indonesia setelah membaca dan membandingkan karya sastra di atas;
  • Makalah dikirim tanpa mencantumkan identitas di dalam makalah dan tanpa menggunakan sampul (cover) berlogo sekolah atau nama kelompok. Tidak perlu menambahkan lembar persetujuan, lembar ucapan terima kasih maupun kata pengantar;
  • Telaah yang diunggulkan adalah yang menawarkan kedalaman pemahaman dan keluasan perspektif;
  • Format pelaksanaan final akan ditentukan dengan melihat perkembangan kondisi kesehatan (bila diadakan secara langsung di Salihara, Salihara akan menanggung akomodasi dan transportasi kelompok peserta dari luar Jabodetabek);
  • Kirim hasil telaah karya sesuai jadwal yang ditentukan ke alamat surel berikut:debatsastra2022@salihara.org dengan subyek: Kompetisi Debat Sastra Tingkat SMA (nama sekolah/kelompok)

Teknis Penilaian

  • Juri Tahap I menilai karya tulis berdasarkan mutu argumen, pendalaman dan penggalian masalah serta ketertiban dan keindahan bahasa Indonesia yang digunakan;
  • Masing-masing kelompok finalis boleh memilih satu wakil untuk presentasi atau mengatur anggota-anggota kelompok berbicara secara bergiliran (gaya presentasi bebas);
  • Juri Tahap II menilai keterampilan peserta dalam menyampaikan gagasan secara lisan dan kekuatan argumen dalam perdebatan;
  • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.